Abdul Qadir bin Abdul Mutalib: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Pembatalan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(11 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 12:
|thn_lahir_h = 1329
|thn_lahir_m = 1910
|tempat_lahir = [[Sigalangan, Panyabungan, Mandailing Natal|Sigalapang]], [[Panyabungan, Mandailing Natal|Panyabungan]]
|negara_dilahirkan = [[Mandailing]] {{negara|Hindia Belanda}}
|nama_ayah = Abdul Muththalib bin Hassan
Baris 72:
}}
'''[[Syekh]] [[Haji]] Abdul Qadir bin Abdul Muthalib bin Hassan''' ({{lang-ar|الشَّيْخُ عَبْدُ القَادِرِ بْنُ عَبْدِ المُطَّلِبِ بْنِ حَسَنٍ الأَنْدُوْنِيْسِي المَنْدِيْلِي المَكِّيّ الشَّافِعِيْ}}) ([[Kabupaten
== Pendidikan Awal ==
Ia mendapat pendidikan awal di Sekolah Belanda pada 1917 dan lulus kelas Lima pada 1923. Pada 1924, Ia berhijrah ke [[Kedah]] untuk mendalami ilmu agama.<ref name=niknasri/> Merantau ke negeri Malaysia bukan hanya banyak dilakukan orang-orang Indonesia pada zaman sekarang. Bahkan sudah sejak dahulu kala masyarakat [[Indonesia]] pada umumnya dan masyarakat [[Sumatra]] pada khususnya, sudah sering mengadakan perantauan ke negeri jiran tersebut. Alasan kuat yang menyebabkan penduduk [[Sumatra]] sering menjalin hubungan dengan negeri jiran adalah karena mereka sama-sama berbangsa [[Melayu]] sehingga banyak kesamaan antara keduanya, baik dari segi agama, bahasa, maupun adat istiadat. Salah satu di antara orang [[Sumatra]] yang melawat ke negeri seberang itu adalah ‘Abdul Qadir Al-Mandili, yaitu pada tahun 1924 M, satu tahun setelah kelulusannya dari sekolah Belanda. Hanya saja perjalanan yang ia lakukan ini bukan karena dorongan kebangsaan ataupun kesukuan, namun lebih pada perjalanan menimba ilmu agama yang sudah menjadi kebiasaan penuntut ilmu di seluruh dunia. Itulah perjalanan yang oleh sahabat [[Abu Darda’]] –radhiyallahu ‘anhu– disebut sebagai perjalanan fi sabilillah.<ref name="abdul qadir al-mandili"/>
== Hijrah ke Malaysia ==
Saat ia hijrah ke [[Kedah, Malaysia]] pada tahun 1924, awalnya Syaikh Abdul Qadir muda berguru kepada Tuan Guru Haji Bakar Tobiar, di Pondok Penyarum,
Pada 1926, Syaikh Abdul Qadir bersekolah di Madrasah Darul Sa’adah Al-Islamiyah atau Pondok Titi Gajah, yang ketika itu diasuh Syaikh Wan Ibrahim bin ‘Abdul Qadir Al-Fathani atau biasa disapa Pak Chu Him yang terkenal itu.<ref name="abdul qadir al-mandili"/>
Dikisahkan pula bahwa di saat ia masih nyantri di Darul Sa’adah Al-Islamiyyah, ia biasa memanfaatkan masa liburan untuk bekerja sebagai pemukul padi karena memang lokasi madrasah terletak di lingkungan persawahan. Meski sebagai seorang santri, ia tidak canggung menjalani pekerjaannya itu. Dalam pikirannya, yang penting itu halal tidak perlu malu dijalani. Meski harus bekerja, ia tidak lantas melupakan tujuan utamanya melawat. Sambil bekerja memukul padi, ia terlihat tampak sembari menghafalkan sesuatu. Mungkin matan kitab atau semacamnya. Berkat karunia Allah, kemudian berkat ketekunannya belajar ini tidak heran jika ia sampai berhasil menguasai banyak bidang keilmuan.
Baris 89:
== Berguru ke Tanah Haram ==
Pada tahun 1355 H, Syaikh ‘Abdul Qadir bin ‘Abdul Muththalib al-Mandili bertolak ke [[Makkah|Makkah Al-Mukarramah]], suatu negeri yang selalu menjadi dambaan semua orang, apatah lagi penuntut ilmu. Adalah suatu kebiasaan yang lazim menjadi ‘sunnah’ penuntut ilmu di Nusantara, terasa belum sempurna jika tidak mengambil bagian belajar di kota kelahiran Rasulullah ﷺ tersebut. Maka pada waktu tersebut ‘Abdul Qadir tidak lagi kuat menahan hasratnya untuk segera berangkat menujunya. Sesampainya di [[Makkah]] dan setelah menyempurnakan ibadah haji pada tahun tersebut, ia bertekad untuk lebih lama tinggal di sana, tidak lain untuk menimba ilmu dari para ulamanya walaupun keilmuannya sudah bisa dibilang dalam dan matang. Akan tetapi karena dahaganya pada ilmu yang masih belum terobati, ia merasa harus lebih lanjut mendalaminya.<ref name="abdul qadir al-mandili"/>
Di Makkah ia berguru kepada banyak ulama besar,<ref name=alkisah1/> di antaranya:
Baris 100:
* Syaikh Muhammad Al-Arabi,
* Sayyid Alwi bin Abbas Al-Hasani,
* Syaikh
* Syaikh Hasan Al-Yamani,
* Syaikh Umar
* Syaikh Muhammad Nur Saif,
* Syaikh [[Muhammad Yasin Al-Fadani]],
Baris 111:
Setelah sekian lama berguru kepada banyak ulama Tanah Suci, ia mendapatkan izin mengajar di [[Masjidil Haram]]. Ia mengajar selama hampir 30 tahun, dalam berbagai cabang keilmuan.<ref name=alkisah2>{{harvnb|Majalah Alkisah Bagian 2|2014}}.</ref> Majelisnya yang terkenal adalah sebuah majelis yang terletak di sisi Bab Al-Umrah, salah satu pintu utama [[Masjidil Haram]]. Halaqahnya ini amat terkenal di kalangan penuntut ilmu di Masjidil Haram, terutama di kalangan santri Melayu.<ref name=alkisah2/>
Adapun jadwal kajian Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Mandili adalah setiap usai shalat ‘Ashar, Maghrib, dan Shubuh. Selain di Masjidil Haram, ia juga biasa memberi pelajaran di rumahnya sendiri dan tempat lainnya.<ref name="abdul qadir al-mandili"/>
Tentang halaqah pengajian Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Mandili, Syaikh Zakariya bin ‘Abdullah Bela pernah menuturkan, “Dia memeiliki beberapa pelajaran yang disampaikannya di Masjidil Haram dalam bidang fiqih madzhab Syafi’i, nahwu, sharaf, balaghah, hadits, mushthalah hadits, tafsir, selain beberapa pelajaran yang diterimanya dari guru-gurunya. Majelis pengajiannya tidak kurang dari 200 pelajar dalam setiap pengajiannya karena sebab kepiawiannya yang begitu kuat dalam metode menerjemahkan (pelajaran), pengalamannya yang luas dalam menyampaikan pelajaran, dan metode-metode pengajaran.”<ref name="abdul qadir al-mandili"/>
Baris 206:
Di antara karya-karya dia adalah:
* ''Al-Khaza‘in as-Saniyyah min Masyahir al-Kutub al-Fiqhiyyah Li A‘immatina al-Fuqaha‘ asy-Syafi’iyyah''.<ref name=niknasri/><ref name=alkisah2/>
* ''Risalah Pokok Qadiani'', memaparkan kesesatan dan bahaya ajaran [[Mirza Ghulam Ahmad]]<ref name=niknasri/><ref name=alkisah2/>
* (1949) ''Senjata Tok Haji dan Tok Labai''<ref name=niknasri/><ref name=alkisah2/>
Baris 213:
* (1953) ''Bekal Orang yang Menunaikan Haji''<ref name=niknasri/><ref name=alkisah2/>
* (1956) ''Hukm al-Ihram min Jaddah, Penawar bagi Hati, Perisai bagi Sekalian Mukallaf, Pendirian bagi agama Islam ''<ref name=niknasri/><ref name=alkisah2/>
* (1956) ''Pendirian Agama Islam'',
* (1958) ''Sinar Matahari Buat Penyuluh Kesilapan Abu Bakar al-Asy’ari'', kritik pemikiran golongan kaum muda<ref name=niknasri/><ref name=alkisah2/>
* (1958) ''Al-Madzhab atau Tiada Haram Bermadzhab''. Kandungan isi kitab ini seperti yang diterangkan penulisnya di muqaddimah, “Maka ini sebuah kitab yang kecil, yang mengandung ia akan hukum bermadzhab dan taqlid. Hamba sesunkan dia karena permintaan Tuan Guru Haji Hasan Ahmad Fathani, yang memberi ia akan hamba akan sebuah risalah ‘Al-Madzhab Wajibkah Atau Haramkah Bermadzhab?’ yang terbangsa kepada [[Ahmad Hassan|Al-Fadhil Tuan Hassan Ahmad]] [[Bandung]] (baca: [[Ahmad Hassan|Al-Ustadz A. Hassan]] Bandung), dan menyuruh ia akan hamba dengan menerangkan barang yang di dalamnya daripada segala yang menyalahi. Maka karena tiada dapat hamba menyalahi permintaan itu, terpaksalah hamba menyusun akan ini risalah, sekalipun hamba tiada ada ahli bagi yang demikian itu. Dan hamba namakan dia dengan ‘Al-Madzhab Atau Tiada Haram Bermadzhab’. Mudah-mudahan menjadikan dia oleh Allah Ta’ala ikhlas, serta memberi manfaat ia bagi hamba sendiri dan bagi sekalian maudara yang beragama Islam. Innahu ‘ala kulli syai-i’ qadir.”<ref name="abdul qadir al-mandili"/>
* (1959) ''Siasah dan Loteri dan Alim Ulama dan Islam: Agama dan Kedaulatan'', yang menjelaskan hukum judi yang dilegalisasi pemerintah lalu
* (1961) ''Kebagusan Undang-undang Islam dan Kecelaan Undang-undang Ciptaan Manusia'', menjelaskan
* ''Anak Kunci Syurga''.<ref name="abdul qadir al-mandili"/>
* Syarah ‘Aqidah Thahawiyyah yang berjudul ''Perisai Bagi Sekalian Mukallaf'' atau ''Simpulan Iman Atas Jalan Salaf''.<ref name="abdul qadir al-mandili"/>
Baris 240:
== Wafat ==
Setelah menetap 29 tahun<ref name=alkisah2/> lamanya di [[Makkah]] mengabdikan dirinya dalam keilmuan, pada 1965 M <small><nowiki>[</nowiki>[[Kalender Hijriyah]]: 18 Rabiulakhir 1385<nowiki>],</nowiki></small><ref name=niknasri/><ref name=alkisah2/> Syaikh Abdul Qadir bin Abdul Muthalib bin Hasan Al-Mandaili
Penulis ''Al-Jawahir Al-Hissan'' mengatakan, “Sekembalinya dari [[Madinah]], dia wafat pada 20 Rabi’ul Tsani tahun 1385 H. Yang menyampaikan berita wafatnya padaku adalah Al-Ustadz ‘Abdul Ghani Al-Mandili yang pada saat itu aku masih berada di Masjid Madinah Munawwarah. Semoga Allah merahmati dan memberinya berkah.”<ref name="abdul qadir al-mandili"/> Masyarakat Makkah sangat berdukacita dengan wafatnya dia, para pelajar sangat kehilangan ulama panutan mereka, isak tangis menyelubungi kewafatan seorang ulama yang alim, banyaknya para pelayat dan yang iku menyolatkan menunjukkan betapa besarnya kecintaan mereka kepada Syeikh Abdul Qadir Al-Mandili, ia di kuburkan di perkuburan Ma`la [[Makkah|Makkah Mukarramah]].<ref name=niknasri/><ref name=alkisah2/>
Baris 264:
| work = [http://www.majalah-alkisah.com/ Majalah Alkisah]
| ref = harv
| archive-date = 2014-01-13
| archive-url = https://web.archive.org/web/20140113043025/http://www.majalah-alkisah.com/index.php/dunia-islam/3421-syaikh-abdul-qadir-bin-abdul-muthalib-al-mandaili--tuan-guru-para-santri-melayu-bagian-1
| dead-url = yes
}}
* {{id}} {{cite web
Baris 275 ⟶ 278:
| work = [http://www.majalah-alkisah.com/ Majalah Alkisah]
| ref = harv
| archive-date = 2014-01-13
| archive-url = https://web.archive.org/web/20140113042725/http://www.majalah-alkisah.com/index.php/dunia-islam/3423-syaikh-abdul-qadir-bin-abdul-muthalib-al-mandaili--tuan-guru-para-santri-melayu-bagian-2tamat
| dead-url = yes
}}
* {{ms}} {{cite web
Baris 307 ⟶ 313:
* {{id}} [http://allangkati.blogspot.com/2010/09/syeikh-abdul-qadir-bin-tolib.html Syeikh Abdul Qadir Bin Tolib al-Mandili]
== Lihat
* [[Daftar tokoh Indonesia]]
* [[Daftar tokoh Mandailing]]
Baris 322 ⟶ 328:
[[Kategori:Cendekiawan Muslim]]
[[Kategori:Cendekiawan Sunni]]
[[Kategori:Ahli
[[Kategori:Tokoh dari Tapanuli Selatan|Abdul Qadir bin Abdul Mutalib]]
[[Kategori:Ulama Mandailing|Abdul Qadir bin Abdul Mutalib]]
Baris 331 ⟶ 337:
[[Kategori:Ulama Malaysia|Abdul Qadir bin Abdul Mutalib]]
[[Kategori:Ulama Syafi'i Abad ke-14 H|Abdul Qadir bin Abdul Mutalib]]
[[Kategori:Tokoh
[[Kategori:Kelahiran 1910]]
[[Kategori:Kematian 1965]]
|