Masjid Carita: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wie146 (bicara | kontrib)
Wie146 (bicara | kontrib)
k coor
 
(6 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 8:
| province = {{flag|Banten}}
| country = {{flag|Indonesia}}
| latitude coordinates = {{coord|-6.315699|105.840887|display=inline,title}}
| longitude = 105.840887
| established = [[1889]]
| year_completed = 1895
Baris 25 ⟶ 24:
'''Masjid Carita''',<ref name=bpcb/><ref name=mp/> '''Masjid Agung Carita''', atau dikenal juga sebagai '''Masjid Jami' Al Khusaeni''' adalah sebuah [[masjid]] kuno dan tertua di wilayah [[Carita, Pandeglang|Carita]], [[Pandeglang]], [[Banten]]. Masjid ini terletak di tepi [[Jalan Nasional Rute 3 (Indonesia)|jalan raya Carita]], tidak jauh dari [[Pantai Carita]] yang terkenal.
 
== Sejarah dan arsitektur ==
[[Berkas:Masjid al Khusaeni 221231-131103 crt.jpg|thumb|left|180px|Mimbar dan pengimaman]]
[[Berkas:Masjid al Khusaeni 221231-131300 crt.jpg|thumb|left|180px|Dinding sebelah selatan]]
Baris 32 ⟶ 31:
[[Berkas:Masjid al Khusaeni 221231-131727 crt.jpg|thumb|left|180px|Serambi luar]]
[[Berkas:Masjid al Khusaeni 221231-132255 crt.jpg|thumb|left|180px|Tepat di tepi s. Cicori]]
Menurut catatan para pengurusnya, masjid ini dibangun sekitar tahun 1889.<ref name=bpcb/><ref name=ant>Antara Banten: [https://banten.antaranews.com/berita/213561/dibangun-1889-masjid-al-khusaeni-pantai-carita-banten-mendunia ''Dibangun 1889, Masjid Al Khusaeni Pantai Carita Banten mendunia''], artikel Selasa, 26 April 2022 23:08 WIB diakses pada 10/ii/2023.</ref> Ketika terjadi [[Letusan Krakatau 1883|letusan G. Krakatau]] dipada tahun 1883, pembangun masjid ini, yakni KH Muhammad Husein masih menjadi santri Syekh [[Nawawi al-Bantani]], imam [[Masjidil Haram]] di [[Mekkah]], [[Saudi Arabia]]. Saat itu letusan gunung yang luar biasa itu memporak-porandakan kawasan pesisir Selat Sunda, tidak terkecuali wilayah Carita.
 
Sekembalinya dari tanah suci, Muhammad Husein berinisiatif membangun masjid di desanya, yang dimulai pada tanggal 27 bulan Haji 1309 H (1889 M). Secara berangsur-angsur dibangun, tercatat barulah pada tanggal 30 Jumadil Awal tahun 1315 H (1895 M) Masjid Carita ini dapat diselesaikan sepenuhnya. Karena peran penting Kiai M. Husein dalam membangunpembangunan, dan selanjutnya juga dalam mengelolapengelolaan masjid, itulah maka belakangan masjid ini dinamai Masjid Al-Huseini atau Masjid Al Khusaeni.<ref name=bpcb>BPCB Banten: [http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbanten/masjid-carita/ ''Masjid Carita''], artikel 01 November 2019 diakses pada 10/ii/2023.</ref><ref name=mp>Merah Putih: [https://merahputih.com/post/read/masjid-carita-peninggalan-pasca-letusan-gunung-krakatau-1883 ''Masjid Carita Banten Peninggalan Pasca Letusan Gunung Krakatau 1883''], artikel Senin, 22 Februari 2016 07:24 diakses pada 10/ii/2023.</ref>
 
== Arsitektur ==
Arsitektur masjid ini khas, merupakan campuran antara gaya lokal tradisional dengan gaya Barat. Gaya lokal tradisional terlihat kentara dari bentuk atap utamanya yang serupa meru bersusun empat, serta bagian interior masjid yang ditopang oleh empat tiang utama (soko guru); sementara gaya barat tecermin pada tiang-tiang besar berbentuk bulat torak, empat buah pada masing-masing sisi serambi ditambah satutiga yang sedikit bersegi, yang terletak pada keempat sudut bangunan masjid.<ref name=bpcb/> Sepintas, masjid ini tampak serupa dengan [[Masjid Caringin]] yang terletak hanya beberapa kilometer di sebelah selatannya, dan dibangun pada waktu yang hampir bersamaan.
 
Masjid ini memiliki bentuk dasar persegi empat, dengan lantai utamanya ditinggikan setinggi 90 [[sentimeter|cm]] dari tanah di sekitarnya. Menghadap ke timur, masjid ini memiliki empat ruang besar. Sebuah ruang utama, yang didahului oleh sebuah ruang serambi dalam di sebelah timurnya, dan diapit oleh ruang ''pangwadonan'' (''pawestren'', ruang shalat untuk perempuan) di sebelah selatan, serta ruang ''panglanangan'' (ruang laki-laki?) yang lebih kecil di sebelah utaranya.<ref name=bpcb/>
 
Di sisi barat ruang utama terdapat sebuah ceruk pengimaman (mihrab), dengan mimbar yang terletak agak sedikit ke tengah. Sementara dinding sisi selatan terhubung dengan ruang ''pawestren'' melalui satu pintu dan beberapa jendela berbentuk setengah lingkaran, dan dihias oleh tiga piringan batu bertulisan (inskripsi) dalam bahasa dan huruf Arab.<ref>{{aut|Saefullah, A.}} (2017). Inskripsi keagamaan di Banten. <u>dalam</u> Asep Saefullah (Ed.) [https://simlitbangdiklat.kemenag.go.id/simlitbang/assets_front/pdf/15943678574_inskripsi_OK_2.pdf ''Inskripsi Islam Nusantara'']. Jakarta: Litbangdiklat Press. ISBN 978-602-51270-0-7 (Edisi revisi, Desember 2017) [Inskripsi pada Mesjid Al-Khusaeni hlm. 14-27].</ref>{{rp|22}} Di sudut tenggara terdapat sebuah tangga yang menuju ke sebuah ruangruangan di atas ruang utama (loteng).<ref name=bpcb/>
 
Atap masjid terdiri dari dua bagian. Atap bagian serambi di sisi timur berbentuk limasan. Sedangkan atap ruangan utama masjid berbentuk atapkerucut tumpangsegi empat bertumpang empat susun, dengan puncak atap (mastaka) berhias sebuah memolo dari tembaga. Ketinggian puncak atap ini sekitar 8,5 m dari atas tanah.<ref name=bpcb/>
 
== Lain-lain ==
Baris 53:
{{reflist}}
 
[[Kategori:Masjid di Banten|C]]
 
 
[[Kategori:Masjid di Banten]]
[[Kategori:Bangunan bersejarah di Banten]]