Suku Melayu Loloan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Mengembalikan suntingan oleh Bukan Kaos Kaki (2) (bicara) ke revisi terakhir oleh Fazily Tag: Pengembalian |
||
(18 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
|group = Melayu Loloan
|langs = [[Bahasa Melayu Bali|Melayu Loloan]]{{br}}[[Bahasa Bali|Bali]]{{br}}[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
|related = [[Suku
|rels = [[Islam]],[[Hindu]]
|poptime = 45.000-60.000
|popplace= [[Kabupaten Jembrana]]
,[[Kabupaten Buleleng]],[[Kabupaten Tabanan]]}}
'''Suku Melayu Loloan''' juga dikenal sebagai '''
== Sejarah ==
Kedatangan [[orang Melayu]] di [[Pulau Bali]] tercatat pada tahun [[1669]] ketika empat [[ulama]] dan pengikutnya tiba di Jembrana untuk menyebarkan ajaran [[Islam]] di Bali. Misi tersebut diizinkan oleh [[Kerajaan Jembrana|Raja Jembrana]] yakni I Gusti Arya Pancoran. Keempat ulama tersebut ialah Dawan Sirajuddin dari [[Sarawak]], [[Kekaisaran Brunei]]; Syeikh Basir dari [[Yaman]], [[Kesultanan Utsmaniyah]]; Mohammad Yasin dari [[Kota Makassar|Makassar]]; dan Syihabbudin juga dari Makassar.<ref name=":0" /><ref name=":1" />
Pada tahun 1799, empat kapal dari [[Kota Pontianak]], [[Kesultanan Pontianak]] tiba di Jembrana dan disambut oleh Raja Jembrana yakni Putu Seloka. Rombongan tersebut dipimpin oleh Syarif Abdullah Yahya al-Qadri dan membawa ulama dari [[Terengganu]] yakni Muhammad Ya'qub. Oleh Raja Jembrana, rombongan tersebut diizinkan tinggal di tanah seluas
Namun menurut sesepuh Loloan, Haji Achmad Damannuri, perkembangan masyarakat Melayu Bali merupakan akibat pertemuan antara
Kajian lain yang dilakukan akademisi [[Universitas Udayana]] sepaham dengan penuturan Haji Achmad Damannuri mengemukakan bahwa suku Melayu Bali merupakan akibat perkawinan campur antara suku Bugis yang diizinkan menetap di Loloan dengan suku Bali yang tinggal di sekitarnya. Gelombang kedua pembentukan identitas Melayu Bali di Loloan diterangkan pada kedatangan pendatang dari Pontianak yang juga berujung pada perkawinan campur.<ref name=":3">{{Cite web|url=http://www.linguistik-indonesia.org/images/files/GuyupMinoritasMelayuLoloandiBali.pdf|title=Guyup Minoritas Melayu Loloan di Bali dan Bahasanya|last=|first=Sumarsono|date=|website=|publisher=|access-date=}}</ref>
== Kebudayaan ==
Menurut koran [[Utusan Malaysia]], sekitar 75 persen dari sekitar 60 ribu penduduk Melayu Bali di Loloan masih menggunakan [[Bahasa Melayu Bali|bahasa Melayu]].<ref name=":0" /> Namun varian bahasa Melayu yang digunakan tersebut telah diadaptasi dan dipengaruhi bahasa Bali sehingga juga disebut sebagai ''base Loloan'' atau ''omong kampung''.<ref name=":2" /><ref name=":3" /> Hidangan khas masyarakat Melayu Bali adalah pecel ayam kampung dan [[Kelapa kopyor|kopyor]] yang terutama dihidangkan pada bulan [[Ramadan]].<ref name=":2" /> Mayoritas suku Melayu Bali menganut agama Islam
[[Rumah panggung|Rumah-rumah panggung]] Melayu masih digunakan masyarakat Melayu Bali di Loloan tetapi jumlahnya hanya tinggal beberapa puluh unit saja. Menurut budayawan dan sesepuh Loloan, Haji Musadat, keturunan Melayu Bali saat ini lebih memilih membangun rumah dengan arsitektur modern dan menjual rumah panggung yang dibagikan sebagai warisan.<ref name=":0" /><ref>{{Cite
== Referensi ==
|