Ali bin Abi Thalib: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
NaufalF (bicara | kontrib)
Terjemah
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
(90 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Under construction}}
{{expand language|langcode=en|otherarticle=Ali|date=Juli 2023}}
{{redirect|Ali}}
{{Infobox royalty
| name = Ali bin Abi Thalib<br />عليعَلِيّ بنبْن أبيأَبِي طالبطَالِب
| title = [[Amirul Mukminin]]<br>[[Abu Turab]]
| image = Rashidun Caliph Ali ibn Abi Talib - علي بن أبي طالب.svg
| image = Istanbul - Santa Sofia - Medalló (cropped).JPG
| alt =
| caption = Medali kaligrafi bertuliskan nama Ali ''radhiallahudi [[Hagia anhu''Sophia]].
| succession = [[DaftarKhulafaur khalifahRasyidin|Khalifah]] [[Kekhalifahan Rasyidin]] ke-4
| reign = 20 Juni [[656]] 29 Januari 661<br />({{age in years and days|656|6|20|661|1|29|duration=yes}})
| predecessor = [[Utsman bin 'Affan]]
| successor = ''Jabatan dihapuskan'' {{br}}[[Hasan bin Ali]] (khalifahsebagai [[Daftar Khalifah#Kekhalifahan sementara Hasan bin Ali#Kekhalifahan Hasan(661)|Kekhalifahan Hasankhalifah]])
| succession1 = [[Dua Belas Imam|Imam Syiah]] ke-1
| birth_date = 15 September 601 (13&nbsp;[[Rajab]] 21 SH)
| reign-type1 = Masa jabatan
| birth_place = [[Ka'bah]], [[Makkah]], [[Jazirah Arab]]<ref name="Guidance">{{cite book|last1=Rahim|first1=Husein A.|last2=Sheriff|first2=Ali Mohamedjaffer|title=Guidance From Qur'an|publisher=Khoja Shia Ithna-asheri Supreme Council|url=https://books.google.com/books?id=9v2qAgAAQBAJ&pg=PA52&dq=ali+was+born+in+kaaba|accessdate=11 April 2017|language=en|year=1993}}</ref>
| reign1 = Juni 632 – Januari 661
| death_date = 29 Januari 661 (21&nbsp;[[Ramadan]] &nbsp;40 H)<br /> (usia {{age|601|9|15|661|1|29}})<ref>Shad, Abdur Rahman. ''Ali Al-Murtaza''. Kazi Publications; 1978 1st Edition. Mohiyuddin, Dr. Ata. ''Ali The Superman''. Sh. Muhammad Ashraf Publishers; 1980 1st Edition. Lalljee, Yousuf N. ''Ali The Magnificent''. Ansariyan Publications; January 1981 1st Edition.</ref><ref>{{cite book|url=https://archive.org/details/aliIbNabiTalibr2Vol.Set|last=Sallaabee|first=Ali Muhammad|title=Ali ibn Abi Talib (volume 2)|page=621|accessdate=15 December 2015}}</ref>
| predecessor1 = ''Jabatan dibentuk''
| successor1 = [[Hasan bin Ali]]
| birth_date = {{circa|600}} M
| birth_place = [[Makkah]], [[Hijaz]], [[Jazirah Arab]]
| death_date = {{circa|28 Januari 661 CE}}<br />({{circa| 21 Ramadhan 40 H}})<br />(usia {{circa|60/63}} tahun)
| death_place = [[Kufah]], [[Kekhalifahan Rasyidin]]
| burial_place = Dipercaya telah dimakamkan di [[Makam Imam Ali]], [[Najaf]], [[Irak]]<br />{{coord|31.996111|44.314167|display=inline}}
| burial_place = <br />
| spouse = {{Collapsible list
*Istana Pemerintah, Kufah (menurut Sunni).<ref>Majmu' al-Fatawa, Ibnu Taimiyah, (27 / 446)</ref><ref>Wafayat al-A'yan, Ibnu Khallikan, (4 / 55)</ref><ref>Tarikh Baghdad, Al-Khathib al-Baghdadi, (1 / 136)</ref>
|title=Istri|
*Masjid Imam Ali, [[Najaf]] (menurut Syiah)
| spouse = {{unbulleted list|[[Fatimah az-Zahra|FathimahFatimah binti Muhammad]]|<br>[[Umamah binti Abi al-Ash bin ar-Rabi'|Umamah binti Abi al-Ash]]|<br>[[FatimahUmmul binti HizamBanin|FathimahFatimah binti Hizam]]|Laila binti Mas'ud|<br>[[Asma' binti Umais]]|<br>[[Khaulah binti Ja'far|Khaulah al-Hanafiyya]]|Ash-Shahba<br>Laila binti Mas'ud<br>As-Sahbah binti Rabi'ah|<br>Ummu Sa'id binti Urwah<br>Muhayyah binti Imru al-Qays}}
| issue = {{Collapsible list
| issue = {{unbulleted list |[[Hasan bin Ali|Hasan]]|[[Husain bin Ali|Husain]]|[[Zainab binti Ali|Zainab]]|[[Ummu Kultsum binti Ali|Ummu Kultsum]]|[[Muhsin bin Ali|Muhsin]]|[[Muhammad bin al-Hanafiyah|Muhammad]]|[[Abbas bin Ali|Al-'Abbas]]|'[[Abdullah bin Ali bin Abi Thalib|Abdullah]]|[[Abu Bakar bin Ali|Abu Bakar]]|[[Utsman bin Ali|Utsman]]|[[Umar bin Ali bin Abi Thalib|Umar]]|[[Ubaidillah bin Ali|Ubaidillah]]|[[Muhammad al-Ashghar bin Ali|Muhammad al-Ashghar]]}}
|title= [[Banu Ali|Keturunan Ali]]|
| full name = 'Alī ibn Abī Ṭālib
[[Hasan bin Ali|Hasan]]<br>[[Husain bin Ali|Husain]]<br>[[Zainab binti Ali|Zainab]]<br>[[Ummu Kultsum binti Ali|Ummu Kultsum]]<br>[[Muhsin bin Ali|Muhsin]]<br>[[Muhammad bin al-Hanafiyyah|Muhammad]]<br>[[Abbas bin Ali|Abbas]]<br>[[Ruqayyah binti Ali|Ruqayyah]]<br>[[Abdullah bin Ali bin Abi Thalib|Abdullah]]<br>[[Ja'far bin Ali|Ja'far]]<br>[[Muhammad al-Ausath bin Ali|Muhammad al-Ausath]]<br>[[Utsman bin Ali|Utsman]]<br>[[Umar bin Ali|Umar]]<br>[[Abu Bakar bin Ali|Abu Bakar]]<br>[[Muhammad al-Ashghar bin Ali|Muhammad al-Ashghar]]<br>[[Ubaidillah bin Ali|Ubaidillah]]
{{lang-ar|علي ابن أبي طالب}}
}}
| house = [[Bani Hasyim]] ([[Suku Quraisy|Quraisy]])
| house = [[Quraisy]] ([[Bani Hasyim]])
| house-type = Suku
| erafather name = [[KhulafaurAbu Thalib bin Abdul RasyidinMuthalib]]
| era dates = 656–661
| father = [[Abu Thalib]]
| mother = [[Fatimah binti Asad]]
| religion = [[Islam]]
| module = {{Infobox Arabic name
| succession1 = [[Dua Belas Imam#Daftar Imam|Imam]]<br />{{small|sudut pandang [[Syi'ah]]}}
| embed=yes
| reign1 = 632–661
| ism= ʿAlī
| successor1 = [[Hasan bin Ali]]
| nasab= ''ʿAlī bin Abī Ṭālib bin ʿAbd al-Muṭṭālib bin Hāsyim bin ʿAbdu Manāf bin Quṣayy bin Kilāb bin Murrah''
| kunya= ''Abul Ḥasan''}}
}}
{{Ali}}
{{Imamah12}}
'''‘Alī bin Abī Thālib''' ({{lang-ar|علي بن أﺑﻲ طالب}}, {{lang-fa|علی پسر ابو طالب}}) (lahir sekitar 13 Rajab 23 SH/[[599]] M – meninggal 21 Ramadan 40 H/661 M) adalah khalifah keempat yang berkuasa . Dia termasuk golongan [[pemeluk Islam pertama]] dan salah satu [[sahabat Nabi|sahabat utama Muhammad]]. Secara silsilah, Ali adalah sepupu dari [[Muhammad]]. Pernikahan Ali dengan [[Fatimah az-Zahra]] juga menjadikannya sebagai menantu Muhammad.
 
'''Ali bin Abi Thalib''' ({{lang-ar|عَلِيّ بْن أَبِي طَالِب|translit=ʿAlī bin Abī Ṭālib}}; {{circa|600–661}}) adalah sepupu sekaligus menantu dari [[nabi Islam]] [[Muhammad]] dan penerusnya, sebagai [[Dua Belas Imam|Imam Syiah]] pertama dan [[Khalifah]] keempat yang memerintah negara Islam pertama [[Kekhalifahan Rasyidin]] dari tahun 656 hingga kematiannya pada tahun 661 M. Lahir dari pasangan [[Abu Thalib bin Abdul Muthalib]] dan [[Fatimah binti Asad]], Ali muda dibesarkan oleh sepupunya, Muhammad, dan menjadi [[Pemeluk Islam pertama|salah satu orang pertama]] yang menerima ajarannya.
Sebagai salah satu pemeluk Islam awal, ia telah terlibat dalam berbagai peran besar sejak masa kenabian, meski usianya terbilang muda bila dibandingkan sahabat utama Muhammad yang lain. Ia mengikuti semua perang, kecuali [[Perang Tabuk]], pengusung panji, juga berperan sebagai sekretaris dan pembawa pesan Muhammad, ia juga ditunjuk sebagai pemimpin pasukan pada [[Perang Khaibar]].
 
Ali memainkan peran penting di tahun-tahun awal [[Islam]] ketika [[Muslim]] dianiaya dengan kejam di [[Makkah]]. Setelah imigrasi ({{Transl|ar|[[hijrah]]}}) ke [[Madinah]] pada tahun 622, Muhammad mengawinkan putrinya, [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]] kepada Ali dan bersumpah persaudaraan dengannya. Ali menjabat sebagai sekretaris dan wakil Muhammad pada periode ini, dan merupakan salah satu pembawa bendera pasukan Islam. Banyak ucapan Muhammad yang memuji Ali, yang paling kontroversial diucapkan pada tahun 632 di [[Ghadir Khum]], "Barangsiapa yang menganggap aku sebagai {{Transl|ar|[[mawla]]}}, Maka Ali adalah {{transl|ar|mawla}} pula untuknya." Penafsiran kata [[polisemi]] [[Arab]] {{Transl|ar|mawla}} masih diperdebatkan: Bagi [[Syiah|Muslim Syiah]], Muhammad memberikan Ali otoritas agama dan politiknya, sementara [[Sunni|Muslim Sunni]] memandang hal ini hanya sebagai pernyataan persahabatan dan hubungan baik. Ketika Muhammad meninggal pada tahun yang sama, sekelompok Muslim mengadakan pertemuan tanpa kehadiran Ali dan menunjuk [[Abu Bakar ash-Shiddiq]] ({{reign|632|634}}) sebagai khalifah baru mereka. Ali kemudian melepaskan klaimnya atas kepemimpinan dan mengundurkan diri dari kehidupan publik pada masa pemerintahan Abu Bakar dan penggantinya, [[Umar bin Khattab]] ({{Reign|634|644}}). Meskipun nasihatnya kadang-kadang diminta, konflik antara Ali dan dua khalifah pertama ditandai dengan penolakannya untuk mengikuti praktik mereka. Penolakan ini membuat Ali kehilangan peluangnya untuk menjadi khalifah hingga akhirnya jabatan khalifah jatuh ke tangan [[Utsman bin Affan]] ({{Reign|644|656}}), yang kemudian ditunjuk untuk menggantikan Umar oleh dewan pemilihan. Ali juga sangat kritis terhadap Utsman, yang banyak dituduh melakukan nepotisme dan korupsi. Namun Ali juga berulang kali menjadi penengah antara khalifah dan para pemberontak tingkat provinsi yang marah atas kebijakan kontroversial khalifah.
Sepeninggal [[Muhammad]], ia diangkat sebagai khalifah atau pemimpin umat Islam setelah [[Abu Bakar Ash-Shiddiq|Abu Bakar]], [[Umar bin Khattab|Umar]], dan [[Utsman bin 'Affan|Utsman]]. Dalam sudut pandang [[Sunni]], Ali bersama tiga pendahulunya digolongkan sebagai ''[[Khulafaur Rasyidin]]''.<ref>Biographies of the Prophet's companions and their successors, Ṭabarī, translated by Ella Landau-Tasseron, pp.37-40, Vol:XXXIX</ref>
 
Setelah [[Pembunuhan Utsman|pembunuhan]] Utsman pada tahun 656, Ali terpilih sebagai khalifah di Madinah. Dia segera menghadapi dua pemberontakan terpisah, kedua pemberontakan ini ditujukan untuk membalas kematian Utsman dan menuntut khalifah untuk menangkap pembunuhnya. Pemberontakan pertama dimulai oleh tiga serangkai [[Thalhah bin Ubaidillah|Thalhah]], [[Zubair bin Awwam|Zubair]], kedua sahabat Muhammad, dan jandanya [[Aisyah]] yang menguasai [[Basra]] di [[Mesopotamia Hilir]]; mereka berhasil dikalahkan oleh Ali dalam [[Pertempuran Jamal]] di tahun 656. Di tempat lain, [[Muawiyah I|Muawiyah bin Abu Sufyan]], yang baru saja disingkirkan Ali dari jabatan gubernur [[Bilad asy-Syam|Suriah]], berperang melawan Ali dalam [[Pertempuran Siffin]] pada tahun 657, yang berakhir dengan proses arbitrase yang gagal dan menyebabkan sebagian pendukung Ali mengasingkan diri. Mereka membentuk kelompok [[Khawarij]], yang kemudian meneror masyarakat dan dihancurkan oleh Ali dalam [[Pertempuran Nahrawan]] pada tahun 658. [[Pembunuhan Ali|Ali dibunuh]] pada tahun 661 oleh pemberontak Khawarij, [[Ibnu Muljam]]. Pembunuhan Ali membuka jalan bagi Muawiyah untuk merebut kekuasaan dan mendirikan dinasti [[Kekhalifahan Umayyah]].
Di sisi lain, kelompok [[Syiah]] memandang bahwa ia yang harusnya mewarisi [[Dua Belas Imam#Daftar Imam|kepemimpinan umat Islam]] begitu mangkatnya [[Muhammad]] atas tafsiran mereka dalam [[Teks Pidato Ghadir Khum|peristiwa Ghadir Khum]], membuat kepemimpinan tiga khalifah sebelumnya dipandang tidak sah.
 
Dalam [[budaya Islam|budaya Muslim]], Tempat Ali dikatakan berada di urutan kedua setelah Muhammad. Ali dihormati karena keberaniannya, kejujurannya, pengabdiannya yang teguh pada Islam, kemurahan hati, dan perlakuan setara terhadap semua Muslim. Bagi para pengagumnya, ia telah menjadi pola dasar Islam yang tidak korup dan kesatriaan pra-Islam. Muslim Sunni menganggapnya sebagai ''[[Khulafaur Rasyidin]]'' ({{lit|Khalifah yang mendapat petunjuk}}) terakhir, sementara Muslim Syiah menghormatinya sebagai [[Dua Belas Imam|Imam]] pertama mereka, yaitu penerus agama dan politik yang sah bagi Muhammad. [[Makam Imam Ali|Makam Ali]] di [[Najaf]], Irak, adalah tujuan utama ziarah Syiah. Warisan Ali kini dikumpulkan dan dipelajari dalam berbagai buku, yang paling terkenal di antaranya adalah {{Transl|ar|[[Nahjul Balaghah]]}}.<!--JANGAN menambahkan kutipan pada pembuka, kecuali untuk materi yang kemungkinan besar akan ditentang, per [[MOS:LEADCITE]] ([[:en:Wikipedia:Manual of Style/Lead section#Citations)]]. PINDAHKAN kutipan yang tidak diperlukan ke badan artikel.-->
Masa kekuasaannya merupakan salah satu periode tersulit dalam sejarah Islam karena saat itulah terjadi [[Perang saudara Islam pertama|perang saudara pertama]] dalam tubuh umat Muslim yang berawal dari terbunuhnya [[Utsman bin 'Affan]], khalifah ketiga.
 
==Kehidupan awal==
Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai status Ali dan hak kepemimpinannya atas umat Islam, [[Suni|Sunni]] dan Syiah sepakat mengenai pribadinya yang saleh dan adil.
{{See also|Tempat kelahiran Ali bin Abi Thalib|Pemeluk Islam pertama|Hadis peringatan}}
 
Ali lahir di [[Makkah]] dari pasangan [[Abu Thalib bin Abdul Muthalib]] dan istrinya [[Fatimah binti Asad]] sekitar tahun 600 [[Masehi|M]].{{sfn|Gleave|2008}} Tanggal lahirnya kemungkinan 13 [[Rajab]],{{sfn|Shah-Kazemi|2015b}}{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} yang merupakan acara yang dirayakan setiap tahun oleh [[Syiah|Muslim Syiah]].{{sfn|Momen|1985|p=239}} Ali mungkin satu-satunya orang yang lahir di dalam [[Ka'bah]],{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}}{{sfn|Shah-Kazemi|2015b}}{{sfn|Gleave|2008}} situs paling suci [[Islam]], yang terletak di Makkah. Ayah Ali adalah seorang tetua dan anggota terkemuka dari [[Banu Hasyim]], sebuah klan dalam suku [[Quraisy]] Makkah.{{sfn|Shah-Kazemi|2015b}} Abu Thalib juga membesarkan keponakannya Muhammad setelah orang tuanya meninggal. Kemudian ketika Abu Thalib jatuh miskin, Ali diasuh pada usia sekitar lima tahun dan dibesarkan oleh Muhammad dan istrinya, [[Khadijah binti Khuwailid]].{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}}
== Riwayat Hidup ==
=== Kelahiran & Kehidupan Keluarga ===
==== Kelahiran ====
Ali dilahirkan di [[Makkah]], daerah [[Hejaz]], [[Jazirah Arab]], pada tanggal 13 [[Rajab]]. Menurut sejarawan, ia dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun [[599]] Masehi atau [[600]] (perkiraan). Muslim [[Syi'ah]] percaya bahwa ia dilahirkan di dalam [[Ka'bah]]. Usia Ali terhadap [[Muhammad]] masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.
 
[[Berkas:'Alî mounted on his blue mule.jpg|thumb|Ali dalam salinan ilustrasi epik [[Bahasa Turki|Turki]] ''[[Siyer-i Nebi]]''.]]
Dia bernama asli '''Assad''' bin [[Abu Thalib]], bapaknya Assad adalah salah seorang paman dari Muhammad {{saw}}. Assad yang berarti ''Singa'' adalah harapan keluarga [[Abu Thalib]] untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan [[Quraisy]] [[Makkah]].
 
Ketika berusia sekitar sepuluh atau sebelas tahun,{{sfn|Gleave|2008}} Ali termasuk orang pertama yang menerima ajaran Muhammad dan memeluk Islam. Ali masuk Islam setelah Khadijah dan sahabat Muhammad, [[Abu Bakar]]. Meskipun urutan yang tepat masih diperdebatkan di kalangan ulama Syiah dan [[Sunni]],{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} sumber paling awal menempatkan Ali sebelum Abu Bakar.{{sfn|Gleave|2008}} Selama dakwah Muhammad di Makkah yang berlangsung dari tahun 610 hingga 622, Ali dengan tekun tetap mendukung komunitas kecil Muslim, khususnya masyarakat miskin.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Sekitar tiga tahun setelah wahyu pertamanya,{{sfn|Rubin|1995|p=130}} Muhammad mengumpulkan kerabatnya untuk menyampaikan [[Hadis peringatan|peringatan pertama]], mengundang mereka masuk Islam, dan meminta bantuan mereka untuk ikut serta menegakkan fondasi agama barunya.{{sfn|Momen|1985|p=12}} Ketika berusia sekitar empat belas tahun,{{Sfn|Momen|1985|p=12}}{{Sfn|Abbas|2021|p=34}} Menurut sejarawan Sunni [[ath-Thabari]], Ali adalah satu-satunya kerabat di sana yang menawarkan dukungannya, setelah itu Muhammad memberi tahu tamunya bahwa Ali adalah saudaranya dan penerusnya.{{sfn|Gleave|2008}}{{sfn|Momen|1985|p=12}} Menurut penafsiran Syiah, peristiwa ini adalah tanda bahwa Muhammad telah menunjuk Ali sebagai penggantinya.{{sfn|Momen|1985|p=12}}{{sfn|Rubin|1995|pp=136–7}}
Setelah mengetahui anaknya yang baru lahir diberi nama ''Assad'',{{cn}} Ayahnya memanggil dengan '''Ali''' yang berarti ''Tinggi'' (derajat di sisi Allah).
 
==== KehidupanMelayani AwalMuhammad ====
{{See also|Lailatul Mabit}}
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama [[Fatimah binti Asad]], di mana [[Asad bin Hâsyim|Asad]] merupakan anak dari [[Hasyim bin 'Abd al-Manaf|Hasyim]], sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan [[Hasyim bin 'Abd al-Manaf|Hasyim]] dari sisi bapak dan ibu.
 
Ketika diberitahu tentang rencana pembunuhan yang dipersiapkan oleh para tetua Quraisy pada tahun 622, Muhammad melarikan diri ke Yatsrib, yang sekarang dikenal sebagai [[Madinah]], namun Ali tetap tinggal di rumah Muhammad sebagai umpan bagi para pembunuh.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}}{{sfn|Huart|2012a}} Peristiwa Ali mempertaruhkan nyawanya demi Muhammad dikatakan sebagai alasan diturunkannya ayat [[Al-Quran]],{{sfn|Mavani|2013|p=71, 98}}{{sfn|Abbas|2021|pp=46, 206}}{{sfn|Shah-Kazemi|2015b}}
Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Muhammad karena dia tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga [[Abu Thalib]] memberi kesempatan bagi Muhammad bersama istri dia [[Khadijah binti Khuwailid|Khadijah]] untuk mengasuhnya dan menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada [[Abu Thalib]] yang telah mengasuh Muhammad sejak dia kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan [[Muhammad]].
{{Kutipan|Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah.|author={{Qref|2|207|b=yl}}.}}
 
Emigrasi ini menandai dimulainya [[kalender Islam]] (Hijriyah). Ali pun melarikan diri dari Makkah setelah mengembalikan barang-barang yang dipercayakan kepada Muhammad kepada pemiliknya masing-masing.{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Kemudian di Madinah, Muhammad memilih Ali sebagai saudaranya ketika ia berpasangan dengan [[Muslim]] untuk menjalin [[Persaudaraan Sahabat Nabi|ikatan persaudaraan]].{{sfn|Poonawala|1982}} Sekitar tahun 623–625, Muhammad menikahkan putrinya, [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]] kepada Ali,{{sfn|Kassam|Blomfield|2015}}{{sfn|Buehler|2014|p=186}} saat Ali berusia sekitar dua puluh dua pada saat itu.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Muhammad sebelumnya telah menolak lamaran pernikahan untuk Fatimah oleh beberapa [[Sahabat Nabi|para sahabat]], terutama Abu Bakar dan [[Umar bin Khattab]].{{sfn|Klemm|2005|p=186}}{{sfn|Buehler|2014|p=186}}{{sfn|Qutbuddin|2006|p=248}}
=== Masa Remaja ===
Ketika Muhammad menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti [[Ibnu Ishaq]] menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang percaya setelah [[Khadijah binti Khuwailid|Khadijah]] istri Muhammad sendiri. Pada titik ini, Ali berusia sekitar 10 tahun.{{cn}}
 
===Peristiwa {{Transliteration|ar|Mubāhalah}}===
Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Muhammad karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Muhammad hal ini berkelanjutan hingga dia menjadi menantu Muhammad. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani (''spirituality'' dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf lebih suka menyebut istilah 'Ihsan') atau yang kemudian dikenal dengan istilah [[Tasawuf]] yang diajarkan Muhammad khusus kepada dia tetapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-sahabat yang lain.
{{Main|Mubāhalah}}
[[Berkas:83_Imam_Ali_searching_of_Doldol_from_Khavaran_Nameh.jpg|thumb|Muhammad dan Ali, sebuah folio dari epos [[bahasa Persia|Iran]] abad kelima belas, ''Khavarannama'']]
 
Seorang utusan [[Kristen Arab]] dari [[Najran]], berlokasi di [[Arab Selatan]], tiba di Madinah sekitar tahun 632 dan merundingkan perjanjian damai dengan Muhammad.{{Sfn|Momen|1985|pp=13{{ndash}}14}}{{Sfn|Schmucker|2012}} Utusan itu juga berdebat dengan Muhammad tentang sifat [[Yesus]], apakah ia adalah manusia atau ilahi.{{Sfn|Madelung|1997|p=16}}{{Sfn|Osman|2015|p=110}} Terkait dengan peristiwa ini, turunlah ayat {{Qref|3|61}} Al-Qur'an,{{sfn|Nasr et al.|2015|pp=|p=379}} yang menginstruksikan Muhammad untuk menantang lawan-lawannya dengan {{Transliteration|ar|mubāhalah}} ({{Lit|kutukan}}),{{Sfn|Haider|2014|p=35}} mungkin ketika perdebatan mereka menemui jalan buntu.{{Sfn|Osman|2015|p=110}} Meskipun delegasi tersebut pada akhirnya menarik diri dari tantangan tersebut,{{Sfn|Schmucker|2012}} Muhammad melakukan {{Transliterasi|ar|mubāhalah}}, ditemani oleh Ali, istrinya Fatimah, dan kedua putra mereka, [[Hasan bin Ali|Hasan]] dan [[Husain bin Ali|Husain]].{{Sfn|Haider|2014|p=36}}{{sfn|Poonawala|1982}} Dimasukkannya Ali beserta keluarganya dalam ritual {{Transliterasi|ar|mubahala}} oleh Muhammad sebagai saksi dan penjaminnya,{{Sfn|McAuliffe|2023}}{{Sfn|Fedele|2018|p=56}} kemungkinan besar meningkatkan peringkat agama mereka dalam komunitas.{{Sfn|Madelung|1997|p=16}}{{sfn|Lalani|2006|p=29}} Apabila kata "diri kita sendiri" dalam ayat tersebut mengacu pada Ali dan Muhammad, sebagaimana argumen para penulis Syiah, maka Ali secara alami mempunyai otoritas keagamaan yang sama dalam Al-Qur'an dengan Muhammad.{{Sfn|Mavani|2013|p=72}}{{Sfn|Bill|Williams|2002|p=29}}
Karena bila ilmu [[Syari'ah]] atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah maupun kemasyarakatan semua yang diterima Muhammad harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya, sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu dengan kapasitas masing-masing.
 
===Karier politik===
Didikan langsung dari Muhammad kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek ''zahir'' (eksterior) atau syariah dan ''batin'' (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak.
Di Madinah, Ali bertindak sebagai sekretaris dan wakil Muhammad.{{sfn|Momen|1985|p=13}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Dia juga salah satu juru tulis yang ditugaskan oleh Muhammad untuk menulis Al-Quran.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Pada tahun 628, Ali menuliskan ketentuan [[Perjanjian Hudaibiyah]], perjanjian damai antara umat Islam dan orang-orang kafir Makkah. Pada tahun 630, wahyu ilahi mendorong Muhammad untuk menggantikan Abu Bakar dengan Ali untuk pengumuman penting terkait Al-Quran di Makkah,{{sfn|Momen|1985|p=14}}{{sfn|Shah-Kazemi|2014}} hal ini sebagaimana yang tercantum dalam kumpulan hadis Sunni, {{Transliteration|ar|[[Sunan an-Nasa'i]]}}.{{sfn|Shah-Kazemi|2015b}} Ali juga membantu memastikan bahwa [[Penaklukan Makkah]] pada tahun 630 tidak menumpahkan darah dan kemudian menghancurkan berhala yang bertempat di Ka'bah.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Pada tahun 631, Ali diutus untuk mendakwahkan Islam di [[Yaman]],{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} untuk mengajarkan Islam kepada penduduk [[Hamdani Yaman]] yang berpindah agama secara damai.{{sfn|Huart|2012a}}{{sfn|Shah-Kazemi|2015b}} Ali juga secara damai menyelesaikan pertikaian berdarah antara umat Islam dan [[Bani Jadzimah]].{{sfn|Shah-Kazemi|2015b}}
 
===Karier militer===
=== Kehidupan di Makkah sampai Hijrah ke Madinah ===
{{Main|Karier militer Ali}}
Ali bersedia tidur di kamar Muhammad untuk mengelabui orang-orang [[Quraisy]] yang akan menggagalkan hijrah Muhammad. Dia tidur menampakkan kesan Muhammad yang tidur sehingga masuk waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh yang telah meloloskan diri ke Madinah bersama [[Abu Bakar]].
{{See also|Hadis posisi}}
[[File:Sword and shield reproduction from Bab al Nasr gate Cairo Egypt.jpg|thumb|right|Zulfikar dengan dan tanpa perisainya, diukir di [[Bab an-Nasr (Kairo)|Bab an-Nasr]] di [[Kairo]], Mesir.]]
[[Berkas:Levha (panel) in honor of Imam 'Ali.jpg|thumb|Teks Arab paling atas berbunyi, “Tidak ada pemuda ksatria kecuali Ali dan tidak ada pedang kecuali Zulfikar”]]
 
Ali menemani Muhammad dalam semua misi militernya kecuali [[Ekspedisi Tabuk]] pada tahun 630, di mana Ali ditinggalkan untuk memimpin Madinah.{{sfn|Huart|2012a}} [[Hadis posisi]] dikaitkan dengan kejadian ini, "Apakah kamu tidak puas apabila Ali, berdiri di hadapanku sebagaimana [[Harun]] berdiri di hadapan [[Musa]], kecuali bahwa tidak akan ada lagi nabi setelah aku?” Pernyataan ini muncul dalam sumber-sumber kanonik Sunni, di antaranya {{transliteration|ar|[[Sahih al-Bukhari]]}} dan {{transliteration|ar|[[Sahih Muslim]]}}.{{sfn|Miskinzoda|2015|p=69}} Bagi Syiah, [[hadis]] ini menegaskan hak Ali sebagai pengganti Muhammad yang sah.{{sfn|Miskinzoda|2015|pp=76–7}} Dengan ketidak hadiran Muhammad, Ali memerintahkan [[Ekspedisi Ali bin Abi Thalib di Fadak|ekspedisi ke Fadak]] pada tahun 628.{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}}{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}}
=== Kehidupan Ali di Madinah ===
==== Pernikahan ====
Setelah masa hijrah dan tinggal di [[Madinah]], Ali menikah dengan [[Fatimah az-Zahra]], putri Muhammad. ia tidak menikah dengan wanita lain ketika Fatimah masih hidup. Tertulis dalam ''Tarikh'' [[Ibnu Atsir]], setelah itu Ali menikah dengan [[Ummu Banin binti Haram]], [[Laila binti Mas'ud]], [[Asma binti Umais]], [[Sahba binti Rabia]], [[Umamah binti Abil Ash]], [[Haulah binti Ja'far]], [[Ummu Said binti Urwah]], dan [[Mahabba binti Imru'ul Qais]].<ref name="Nadwi">{{cite book | title = Ali bin Abi Thalib | author = Sayyid Sulaiman Nadwi | url = https://books.google.co.id/books?id=7BksCwAAQBAJ&pg=PA163&dq=muhammad+bin+al+hanafiyah&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjmnci4ksfLAhVNHo4KHXkuBysQuwUISDAH#v=onepage&q=muhammad%20bin%20al%20hanafiyah&f=false | page = 62 | publisher = Puspa Swara | year = 2015 | id = ISBN 978-979-1479-87-5 }}</ref>
 
[[Berkas:Hazrat_Ali_slays_Marhab.JPG|thumb|220x220px|Ali selama Pertempuran Khaibar.]]
==== Julukan ====
Ketika Muhammad mencari Ali menantunya, ternyata ia sedang tidur. Bagian atas pakaiannya tersingkap dan debu mengotori punggungnya. Melihat itu Muhammad pun lalu duduk dan membersihkan punggungnya sambil berkata, "Duduklah wahai ''Abu Turab'', duduklah." ''Turab'' yang berarti [[debu]] atau [[tanah]] dalam [[bahasa Arab]]. Julukan tersebut adalah julukan yang paling disukai oleh Ali.
 
Ali terkenal karena keberaniannya di medan perang,{{sfn|Poonawala|1982}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} dan atas kemurahan hatinya terhadap musuh-musuhnya yang telah dikalahkan.{{sfn|Shah-Kazemi|2019|p=46}} Dia adalah [[pembawa panji]] dalam [[Pertempuran Badar]] (624) dan [[Pertempuran Khaibar]] (628).{{sfn|Momen|1985|p=13}} Dia dengan gigih membela Muhammad dalam [[Pertempuran Uhud]] (625) dan [[Pertempuran Hunain]] (630),{{sfn|Poonawala|1982}}{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} bahkan kemenangan umat Islam dalam Pertempuran Khaibar disebabkan oleh keberaniannya,{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} di mana dia dikatakan telah merobek dan mengangkat gerbang besi benteng musuh.{{sfn|Poonawala|1982}} Ali juga mengalahkan jawara Quraisy [[Amr bin Abdul Wud|Amr bin Abdul Wudd]] dalam [[Pertempuran Khandaq]] pada tahun 627.{{sfn|Shah-Kazemi|2015b}} Menurut sejarawan Sunni ath-Thabari,{{sfn|Shah-Kazemi|2015b}} Muhammad dilaporkan telah mendengar suara ilahi berkumandang di Uhud yang mengatakan "[Tidak ada] pedang kecuali [[Zulfikar]] [pedang Ali], dan [tidak ada] pemuda ksatria ({{Transliterasi|ar|fata}}) kecuali Ali."{{sfn|Shah-Kazemi|2014}}{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Ali dan sahabat lainnya, [[Zubair bin Awwam]], rupanya termasuk di antara sahabat senior yang mengawasi pembantaian orang-orang [[Bani Quraizhah]] karena pengkhianatan mereka pada tahun 626{{Ndash}}627,{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} meskipun historisitas kisah ini diragukan.{{sfn|Faizer|2006}}{{sfn|Donner|2010|pp=72–3}}{{sfn|Arafat|1976}}
==== Pertempuran yang diikuti pada masa Muhammad ====
===== Perang Badar =====
Beberapa saat setelah menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam. Di sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping [[Hamzah bin Abdul-Muththalib|Hamzah]], paman Muhammad. Banyaknya [[Quraisy]] [[Makkah]] yang tewas di tangan Ali masih dalam perselisihan, tetapi semua sepakat dia menjadi bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda sekitar 25 tahun.
 
=====Ghadir Perang Khandaq ==Khum===
{{Main|Khotbah Ghadir Khum}}
Perang Khandaq juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin Abdi Wud. Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian.
[[Berkas:Investiture of Ali Edinburgh codex.jpg|thumb|Penobatan Ali di Ghadir Khum ([[Berbagai Pertanda yang Masih Ada dari Abad-Abad Lampau|MS Arab 161]], folio 162r, ilustrasi manuskrip [[Ilkhanate]] tahun 1307–1308).]]
Dalam perjalanan pulang dari [[Haji wadak]] (632), Muhammad menghentikan karavan besar peziarah di [[Rabigh]] dan berbicara kepada mereka setelah [[salat berjamaah]].{{sfn|Dakake|2007|pp=34–9}} Sambil menggandeng tangan Ali, Muhammad bertanya kepada orang banyak apakah dia lebih dekat ({{transliteration|ar|awla}}) dengan orang-orang beriman dibandingkan dengan diri mereka sendiri, dan mereka membenarkannya.{{sfn|Veccia Vaglieri|2012d}} Muhammad kemudian mendeklarasikan, "Barangsiapa yang menjadikanku sebagai {{transliteration|ar|[[mawla]]}}, maka Ali juga menjadi {{transliteration|ar|mawla}} untuknya."{{sfn|Dakake|2007|pp=34–7}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012b}} {{Transliteration|ar|[[Musnad Ahmad]]}}, sebuah sumber kanonik Sunni, menambahkan bahwa Muhammad mengulangi pernyataan ini tiga atau empat kali lagi dan juga menyatakan bahwa [[Umar bin Khattab]] menyalami serta mengucapkan selamat kepada Ali dengan mengatakan, "Kini kamu telah menjadi {{transliteration|ar|mawla}} bagi setiap pria dan wanita yang beriman."{{sfn|Momen|1985|p=15}}{{sfn|Mavani|2013|p=80}} Muhammad sebelumnya telah memperingatkan umat Islam tentang kematiannya yang akan datang.{{sfn|Veccia Vaglieri|2012d}}{{sfn|Amir-Moezzi|2014}}{{sfn|Jones|2009}} Sumber Syiah menggambarkan peristiwa tersebut secara lebih rinci, mengaitkan khotbah tersebut dengan Al-Qur'an {{Qref|5|3}} dan {{Qref|5|67}}.{{sfn|Veccia Vaglieri|2012d}}
 
Keaslian riwayat Ghadir Khum jarang dibantah,{{sfn|Veccia Vaglieri|2012b}}{{sfn|Mavani|2013|p=20}}{{sfn|Dakake|2007|p=35}}{{sfn|Amir-Moezzi|2014}} dan termasuk "di antara yang paling banyak diakui dan dibuktikan kebenarannya" dalam sumber-sumber Islam klasik.{{sfn|Lalani|2011}} Bagaimanapun, frasa ''{{transliteration|ar|mawla}}'' adalah kata [[polisemi]] Arab dan penafsirannya dalam konteks Ghadir Khum terbagi berdasarkan garis sektarian. Sumber-sumber Syiah mengartikan ''{{transliteration|ar|mawla}}'' sebagai 'pemimpin', 'tuan', dan 'pelindung',{{sfn|Jafri|1979|p=20}} sedangkan sumber Sunni menafsirkannya sebagai cinta atau dukungan terhadap Ali.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}}{{sfn|Dakake|2007|p=45}} Oleh karena itu, kaum Syiah memandang Ghadir Khum sebagai penobatan Ali dengan otoritas agama dan politik Muhammad,{{sfn|Mavani|2013|p=2}}{{sfn|Dakake|2007|p=47}}{{sfn|Shah-Kazemi|2015b}} sedangkan kaum Sunni hanya menganggapnya sebagai pernyataan tentang hubungan baik antara kedua pria tersebut,{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}}{{sfn|Amir-Moezzi|2014}}{{sfn|Jafri|1979|p=21}} atau bahwa Ali harus melaksanakan kehendak Muhammad.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Syiah menunjukkan sifat luar biasa dari pengumuman tersebut,{{sfn|Dakake|2007|p=45}} sambil memberikan bukti Al-Qur'an dan tekstual,{{sfn|Mavani|2013|p=70}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012d}}{{sfn|Amir-Moezzi|2014}} dan berargumentasi untuk menghilangkan makna lain dari {{transliteration|ar|mawla}} dalam hadis tersebut kecuali kewibawaan,{{sfn|Dakake|2007|p=46}} Sementara kaum Sunni cenderung kurang memerhatikan khotbah Ghadir Khum dengan menganggapnya sebagai tanggapan sederhana terhadap keluhan massa sebelumnya terhadap Ali.{{sfn|Dakake|2007|pp=44–5}} Pada masa [[Masa pemerintahan Ali|pemerintahannya]] kelak, Ali diketahui meminta umat Islam untuk menyampaikan kesaksian mereka tentang Ghadir Khum,{{sfn|Lalani|2006|p=590}}{{sfn|Madelung|1997|p=253}}{{sfn|McHugo|2017|loc=§2.IV}} mungkin untuk melawan tantangan publik terhadap legitimasinya sebagai khalifah.{{sfn|Dakake|2007|p=41}}
===== Perang Khaibar =====
Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kukuh, biasa disebut dengan perang Khaibar. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Muhammad mengatakan:
:''"Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, serta Allah dan Rasul-Nya pun mencintai dia. Allah akan membukakan dan memenangkan pertempuran ini melalui tangannya".''
 
==Pasca-Muhammad==
Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan anugerah kehormatan tersebut.Namun, tenyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang terkenal jagoan dan pemberani bernama Marhab lalu menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.
 
===Suksesi Muhammad===
===== '''Peperangan Lain''' =====
{{See also|Suksesi Muhammad}}
Hampir semua peperangan yang terjadi ia ikuti kecuali perang Tabuk karena ia mewakili [[Muhammad]] untuk memimpin kota [[Madinah]].
[[File:Ambigram_-_Muhammad_and_Ali2.svg|thumb|[[Ambigram]] bergambar Muhammad (kanan) dan Ali (kiri) ditulis dalam satu kata. Bentuk terbalik 180 derajat menunjukkan kedua kata tersebut.]]
 
====Saqifah====
=== Setelah kematian Muhammad ===
{{Main|Saqifah Bani Sa'idah}}
Sampai disini hampir semua pihak sepakat tentang riwayat Ali bin Abi Thalib, perbedaan pendapat mulai tampak ketika [[Muhammad]] meninggal dnia. [[Syi'ah]] berpendapat sudah ada wasiat (berdasar riwayat [[Ghadir Khum]]) bahwa Ali harus menjadi Khalifah setelah kematian Muhammad. Tetapi [[Sunni]] tidak sependapat, sehingga pada saat Ali dan Fatimah masih berada dalam suasana duka orang-orang Quraisy bersepakat untuk membaiat [[Abu Bakar]].
Muhammad meninggal pada tahun 632 ketika Ali berusia awal tiga puluhan.{{Sfn|Afsaruddin|2013|p=51}} Saat dia dan kerabat dekat lainnya bersiap untuk mengadakan upacara pemakaman,{{sfn|Jafri|1979|p=39}}{{sfn|Momen|1985|p=18}} sekelompok [[kaum Anshar|Anshar]] (penduduk asli Madinah, {{lit|penolong}}) berkumpul di sebuah tempat yang bernama [[Saqifah|Saqifah]] untuk membahas masa depan umat Islam atau untuk merebut kembali kendali atas kota mereka, Madinah. Abu Bakar dan Umar termasuk di antara sedikit perwakilan [[Muhajirin]] (mualaf Makkah, {{lit|imigran}}) di Saqifah.{{sfn|Madelung|1997|pp=30–2}} Kasus Ali tidak berhasil diangkat ke Saqifah karena ketidakhadirannya,{{sfn|Jafri|1979|p=37}}{{sfn|Madelung|1997|p=35}} dan pada akhirnya, mereka yang hadir di sana menunjuk Abu Bakar sebagai pemimpin setelah perdebatan sengit yang konon berujung kekerasan.{{sfn|Madelung|1997|pp=31–33}} Persaingan klan di Saqifah memainkan peran penting yang menguntungkan Abu Bakar,{{sfn|Jafri|1979|p=39}}{{Sfn|Momen|1985|pp=18–9}} dan hasilnya mungkin berbeda apabila pertemuan ini melibatkan dewan [[Syura]] dengan Ali sebagai kandidatnya.{{sfn|Madelung|1997|pp=36, 40}}{{sfn|McHugo|2017|loc=§1.III}} Secara khusus, tradisi suksesi turun-temurun Quraisy sangat disukai Ali,{{sfn|Madelung|1997|p=5}}{{sfn|Mavani|2013|p=34}}{{sfn|Keaney|2021|loc=§3.1}} meskipun otoritasnya tidak terlalu berpengaruh karena usianya yang masih muda.{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}}{{Sfn|Afsaruddin|2013|p=51}} Sebaliknya, suksesi (kekhalifahan) Abu Bakar sering kali dibenarkan atas dasar bahwa ia memimpin salat di hari-hari terakhir Muhammad,{{sfn|Jafri|1979|p=39}}{{sfn|Walker|2014|p=3}} namun kebenaran dan signifikansi politis dari laporan-laporan tersebut dipertanyakan.{{sfn|Jafri|1979|p=39}}{{sfn|Lecomte|2012}}{{sfn|Shaban|1971|p=16}}
 
====Penyerangan terhadap rumah Fatimah====
Burut riwayat dari Al-Ya'qubi dalam kitab Tarikh-nya Jilid II Menyebutkan suatu peristiwa sebagai berikut. Dalam perjalan pulang ke Madinah seusai menunaikan ibadah haji ( Hijjatul-Wada'), malam hari Muhammad bersama rombongan tiba di suatu tempat dekat Jifrah yang dikenal dengan nama [[Ghadir Khum]]. Hari itu adalah hari ke-18 bulan Dzulhijah. Ia keluar dari kemahnya kemudi a berkhutbah di depan jamaah sambil memegang tangan Imam Ali bin Abi Thalib Dalam khutbahnya itu antara lain dia berkata: "Barang siapa menanggap aku ini pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah, pimpinlah orang yang mengakui kepemimpinannya dan musuhilah orang yang memusuhinya".
{{Main|Serangan pada rumah Fatimah}}
{{See also|Khotbah Fadak}}
Meskipun penunjukan Abu Bakar mendapat sedikit perlawanan di Madinah,{{sfn|Walker|2014|p=3}} Bani Hasyim dan beberapa sahabat Muhammad segera berkumpul untuk melakukan protes di halaman rumah Ali.{{sfn|Khetia|2013|pp=31–2}}{{sfn|Madelung|1997|p=32}} Di antara mereka adalah [[Zubair bin Awwam]] dan paman Muhammad, [[Abbas bin Abdul Muthalib]].{{sfn|Madelung|1997|p=32}} Para pengunjuk rasa ini menganggap Ali sebagai penerus sah Muhammad,{{sfn|Buehler|2014|p=186}}{{sfn|Fedele|2018}} serta turut menyebut-nyebut peristiwa Ghadir Khum.{{sfn|Amir-Moezzi|2014}}{{sfn|Madelung|1997|p=43}} [[ath-Thabari]] melaporkan bahwa Umar kemudian memimpin massa bersenjata ke kediaman Ali dan mengancam akan membakar rumah tersebut jika Ali dan para pendukungnya tidak berjanji setia kepada Abu Bakar.{{sfn|Jafri|1979|p=40}}{{sfn|Buehler|2014|p=186}}{{sfn|Qutbuddin|2006|p=249}}{{sfn|Cortese|Calderini|2006|p=8}} Kerusuhan segera terjadi setelah Zubair menghunuskan pedangnya dan mengancam akan melawan balik,{{sfn|Madelung|1997|p=43}}{{sfn|Jafri|1979|p=41}} namun Umar kemudian mundur setelah istri Ali, Fatimah, memohon kepada mereka agar tak melanjutkan pertempuran di rumahnya.{{sfn|Jafri|1979|p=40}} Abu Bakar kemudian melakukan boikot terhadap Bani Hasyim,{{sfn|Madelung|1997|pp=43–4}} yang pada akhirnya membuat mereka secara perlahan meningalkan dukungan mereka kepada Ali.{{sfn|Madelung|1997|pp=43–4}}{{sfn|Jafri|1979|pp=40–1}} Kemungkinan besar, Ali sendiri tidak berjanji setia kepada Abu Bakar sampai Fatimah meninggal enam bulan kemudian setelah kematian ayahnya, Muhammad.{{sfn|Soufi|1997|p=86}} Dalam sumber-sumber Syiah, kematian (dan keguguran) Fatimah yang masih berusia muda dikaitkan dengan penyerangan yang dipimpin Umar untuk menaklukkan Ali atas perintah Abu Bakar.{{sfn|Khetia|2013|p=78}}{{sfn|Buehler|2014|p=186}}{{sfn|Fedele|2018}} Sunni dengan tegas menolak laporan ini,{{sfn|Abbas|2021|p=98}} namun terdapat bukti dalam sumber awal bahwa massa memasuki rumah Fatimah secara paksa dan menangkap Ali,{{Sfn|Soufi|1997|p=|pp=84–5}}{{Sfn|Ayoub|2014|pp=17–20}}{{sfn|Khetia|2013|p=35}} Menjelang kematiannya, Abu Bakar dilaporkan sangat menyesal atas terjadinya peristiwa ini.{{Sfn|Soufi|1997|p=84}}{{sfn|Khetia|2013|p=38}} Mungkin sebuah langkah politik untuk melemahkan Bani Hasyim,{{sfn|Jafri|1979|p=47}}{{sfn|Madelung|1997|p=50}}{{sfn|Mavani|2013|p=116}}{{sfn|Soufi|1997|pp=104–105}} Abu Bakar sebelumnya telah menyita tanah Fadak dari Fatimah, yang telah dianggap oleh Fatimah sebagai warisan (atau hadiah) dari ayahnya.{{Sfn|Sajjadi|2018}}{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012c}} Penyitaan Fadak sering kali dibenarkan dalam sumber-sumber Sunni dengan adanya hadis tentang [[Hadis warisan Muhammad|warisan kenabian]], yang keasliannya diragukan oleh Syiah antara lain karena menurut mereka bertentangan dengan perintah Al-Qur'an.{{sfn|Sajjadi|2018}}{{sfn|Soufi|1997|p=100}}
 
===Pemerintahan Abu Bakar ({{Reign|632|634}})===
Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah tentu tidak disetujui keluarga Muhammad, [[Ahlul Bait]], dan pengikutnya. Beberapa riwayat berbeda pendapat waktu pem-bai'at-an Ali bin Abi Thalib terhadap [[Abu Bakar]] sebagai [[Khalifah]] pengganti [[Muhammad]]. Ada yang meriwayatkan setelah Muhammad dimakamkan, ada yang beberapa hari setelah itu, riwayat yang terbanyak adalah Ali membai'at [[Abu Bakar]] setelah [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]] meninggal, yaitu enam bulan setelah meninggalnya [[Muhammad]] demi mencegah perpecahan dalam ummat.
Karena tidak adanya dukungan rakyat, Ali akhirnya menerima pemerintahan Abu Bakar, mungkin demi membentuk persatuan di antara umat Islam.{{sfn|Madelung|1997|p=141}}{{sfn|Momen|1985|pp=19–20}}{{sfn|McHugo|2017|p=40}} Secara khusus, Ali menolak usulan untuk memaksakan kekhalifahan.{{sfn|Jafri|1979|p=44}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Namun dia memandang dirinya sebagai calon pemimpin yang paling memenuhi syarat berdasarkan kebajikan dan kekerabatannya dengan Muhammad.{{sfn|Madelung|1997|pp=141, 253}}{{sfn|Mavani|2013|p=113{{ndash}}114}}{{sfn|Momen|1985|p=62}} Sejumlah bukti menunjukkan bahwa Ali selanjutnya menganggap dirinya sebagai penerus Muhammad yang sah.{{sfn|Mavani|2013|pp=114, 117}}{{sfn|Madelung|1997|p=253}}{{sfn|Shah-Kazemi|2019|p=79}} Dibandingkan dengan ketika Muhammad masih hiduo,{{sfn|Anthony|2013}}{{sfn|Mavani|2013|p=117}} Ali pensiun dari kehidupan publik pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan penerusnya, Umar dan [[Utsman bin Affan|Utsman]].{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}}{{sfn|Anthony|2013}}{{Sfn|Poonawala|1982}} Meskipun Ali konon memberi nasihat kepada Abu Bakar dan Umar mengenai urusan pemerintahan dan agama,{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}}{{sfn|Poonawala|1982}} konflik antara mereka dengan Ali juga terdokumentasi dengan baik,{{sfn|Aslan|2005|p=122}}{{sfn|Madelung|1997|pp=42, 52–54, 213–4}}{{sfn|Abbas|2021|p=94}} namun sebagian besar diabaikan dalam sumber-sumber Sunni.{{sfn|Jafri|1979|p=45}}{{sfn|Shah-Kazemi|2019|p=78}} Ketegangan ini terlihat pada saat sidang dewan pemilihan pada tahun 644 ketika Ali menolak untuk terikat dengan prioritas dua khalifah pertama.{{sfn|Mavani|2013|p=117}}{{sfn|Anthony|2013}} Sebaliknya, sumber-sumber Syiah memandang janji Ali kepada Abu Bakar sebagai tindakan politik yang dipaksakan ({{transliteration|ar|[[taqiyah]]}}).{{sfn|Shah-Kazemi|2019|p=81}} Meskipun begitu, konflik antara Abu Bakar dan Umar dengan Ali tampaknya telah dilebih-lebihkan dalam sumber-sumber Syiah.{{Sfn|Jafri|1979|p=45}}
 
===Pemerintahan Umar ({{Reign|634|644}})===
Ada yang menyatakan bahwa Ali belum pantas untuk menyandang jabatan [[Khalifah]] karena umurnya yang masih muda, ada pula yang menyatakan bahwa ''kekhalifahan'' dan ''kenabian'' sebaiknya tidak berada di tangan [[Bani Hasyim]].
Sebelum kematiannya pada tahun 634, Abu Bakar menunjuk [[Umar bin Khattab]] sebagai penggantinya.{{Sfn|Dakake|2007|p=50}} Ali tidak diajak berkonsultasi mengenai penunjukan ini, yang awalnya ditentang oleh beberapa rekan seniornya.{{Sfn|Jafri|1979|pp=47–8}} Ali sendiri kali ini tidak mengajukan klaim apa pun dan menjauhkan diri dari urusan publik pada masa kekhalifahan Umar,{{sfn|Momen|1985|p=20}} walaupun Umar tetap berkonsultasi dengan Ali dalam hal-hal tertentu.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a|p=382}} Misalnya, disebutkan bahwa Ali adalah orang yang mempelopori gagasan agar tahun pertama [[kalender Islam]] disesuaikan dengan tahun di mana Muhammad beremigrasi ke Madinah ([[Hijrah|{{Transliterasi|ar|hijrah}}]]).{{Sfn|Huart|2012a}} Meskipun begitu, nasihat politik Ali mungkin tetap diabaikan.{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Misalnya, Umar pada awalnya merancang sistem birokrasi negara ({{transliteration|ar|[[diwan]]}}) untuk mendistribusikan pendapatan negara sesuai dengan manfaat dan prioritas Islam,{{Sfn|Afsaruddin|2013|p=32}} akan tetapi Ali berpendapat bahwa pendapatan tersebut harus didistribusikan secara merata di kalangan umat Islam, mengikuti praktik Muhammad dan Abu Bakar.{{Sfn|Ayoub|2014|p=32}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Ali juga tidak hadir dalam pertemuan strategis para tokoh di dekat [[Damaskus]].{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Ali tidak ikut serta dalam banyak ekspedisi militer Umar,{{Sfn|Jafri|1979|p=46}}{{sfn|Gleave|2008}} meskipun dia tampaknya tidak secara terbuka menolaknya.{{sfn|Gleave|2008}} Umar kemungkinan besar menentang penggabungan kenabian dan kekhalifahan di dalam Bani Hasyim,{{sfn|Glassé|2001|p=40}}{{Sfn|Tabatabai|1975|p=158}} dan menurut sejumlah sumber, Umar [[Hadits pena dan kertas|mencegah Muhammad]] mendiktekan wasiat sebelum kematiannya, mungkin karena takut bahwa Muhammad akan secara tegas menunjuk Ali sebagai penggantinya.{{sfn|Madelung|1997|pp=66–7}}{{Sfn|Momen|1985|p=16}}{{sfn|Abbas|2021|p=89}}{{sfn|Madelung|1997|p=22}} Namun demikian, mungkin karena menyadari pentingnya kerja sama Ali dalam skema kolaboratif pemerintahannya, Umar membuat beberapa tawaran terbatas kepada Ali dan Bani Hasyim selama masa kekhalifahannya.{{sfn|Madelung|1997|pp=62, 65}} Misalnya, Umar mengembalikan tanah milik Muhammad di Madinah kepada Ali, namun tetap mempertahankan Fadak dan Khaibar.{{sfn|Madelung|1997|pp=62–64}} Menurut beberapa catatan, Umar juga menikahi putri Ali, [[Ummu Kultsum binti Ali|Ummu Kultsum]], yang terpaksa disetujui oleh Ali ketika pernikahan tersebut mendapatkan dukungan publik.{{sfn|Madelung|1997|p=67}}
 
====Pemilihan Utsman (644)====
{{Main|Pemilihan Utsman}}
[[File:Balami - Tarikhnama - the election of 'Othman as the caliphate of Medina (cropped).jpg|thumb|Terpilihnya Utsman, folio dari ''[[Tarikhnama]]'']]
Sebelum kematiannya pada tahun 644,{{sfn|Pellat|1983}} Umar menugaskan sebuah komite kecil untuk memilih khalifah berikutnya di antara mereka sendiri.{{sfn|Jafri|1979|p=50}} Ali dan Utsman adalah calon terkuat di komite ini,{{Sfn|Jafri|1979|p=52}}{{Sfn|Ayoub|2014|p=43}} yang anggotanya semuanya adalah sahabat awal Muhammad dari suku Quraisy.{{sfn|Jafri|1979|p=50}} Anggota lainnya, [[Abdurrahman bin Auf]], diberikan suara penentu baik oleh panitia atau oleh Umar.{{Sfn|Madelung|1997|p=71}}{{Sfn|Jafri|1979|p=51}}{{Sfn|Momen|1985|p=21}} Setelah melalui musyawarah, Abdurrahman dengan wewenangnya mengangkat saudara iparnya, Utsman sebagai khalifah berikutnya,{{Sfn|Jafri|1979|p=54}}{{Sfn|Kennedy|2016|p=60}} setelah Utsman menyatakan kesediannya untuk mengikuti preseden dua khalifah pertama (Abu Bakar dan Umar).{{Sfn|Jafri|1979|p=54}} Sebaliknya, Ali menolak syarat tersebut,{{Sfn|Jafri|1979|p=54}}{{Sfn|Momen|1985|p=21}} atau memberikan jawaban yang mengelak.{{Sfn|Keaney|2021|loc=§3.4}} Kaum Anshar tidak terwakili dalam komite,{{Sfn|Shaban|1971|pp=62–3}}{{Sfn|Jafri|1979|p=51}} yang jelas-jelas menunjukkan keberpihakan komiter terhadap Utsman.{{sfn|Madelung|1997|pp=71–2}}{{Sfn|Jafri|1979|p=|pp=52–3}}{{sfn|Momen|1985|p=21}} Kedua faktor ini merugikan Ali,{{Sfn|Jafri|1979|p=51}}{{Sfn|Abbas|2021|p=116}}{{Sfn|Madelung|1997|p=68}} yang tidak bisa begitu saja dikecualikan dari rapat komite.{{Sfn|Jafri|1979|p=|pp=52{{ndash}}53, 55}}
 
===Pemerintahan Utsman ({{Reign|644|656}})===
Selama pemerintahannya, khalifah ketiga, [[Utsman bin Affan]] banyak dituduh melakukan nepotisme,{{Sfn|Madelung|1997|p=87}} korupsi,{{Sfn|Veccia Vaglieri|1970|p=67}}{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=84}} dan ketidakadilan.{{Sfn|Dakake|2007|p=52}} Ali sendiri juga mengkritik gaya pemerintahan Utsman yang kontroversial,{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012a}}{{Sfn|Gleave|2008}}{{Sfn|Madelung|1997|p=|pp=108, 113}} termasuk hadiah mewah yang diberikan hanya kepada sanak saudaranya.{{Sfn|Jafri|1979|p=53}}{{Sfn|Madelung|1997|p=108}} Ali juga melindungi para sahabat terkemuka yang terang-terangan mengkritik pemerintahan Utsman, seperti [[Abu Dzar al-Ghifari|Abu Dzar]] dan [[Ammar bin Yasir]],{{Sfn|Hinds|1972a|p=467}}{{Sfn|Madelung|1997|p=109}} dan secara keseluruhan bertindak sebagai pengaruh yang menahan Utsman.{{Sfn|Hinds|1972a|p=467}} Beberapa pendukung Ali adalah bagian dari gerakan oposisi,{{Sfn|Jafri|1979|p=63}}{{Sfn|Daftary|2014|p=30}} di antaranya termasuk [[Thalhah bin Ubaidillah]] dan Zubair, sahabat senior Muhammad, serta janda Muhammad, [[Aisyah binti Abu Bakar|Aisyah]].{{Sfn|Madelung|1997|p=98}}{{Sfn|Madelung|1997|pp=100–2}}{{Sfn|Jafri|1979|p=63}} Di antara pendukung Ali adalah [[Malik al-Asytar]] dan ulama {{Transliteration|ar|qurra}} ({{Lit|pembaca Al-Qur'an}}) lainnya.'''{{Sfn|Jafri|1979|p=59}}'''{{Sfn|Madelung|1997|p=108}} Para pendukung ini mendukung Ali sebagai khalifah berikutnya namun tidak ada bukti bahwa Ali berkoordinasi dengan mereka.{{Sfn|Madelung|1997|pp=107–8}} Ali sendiri menolak permintaan untuk memimpin pemberontak,{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012a}}{{Sfn|Momen|1985|p=22}} meskipun dia mungkin bersimpati dengan keluhan mereka.{{Sfn|Jafri|1979|p=62}}{{Sfn|Momen|1985|p=22}} Oleh karena itu, ia dianggap sebagai fokus alami bagi oposisi,{{Sfn|McHugo|2017|p=49}} setidaknya secara moral.{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012a}}
 
==== Pembunuhan Utsman (656) ====
{{Main|Pengepungan rumah Utsman}}
Ketika keluhan mereka meningkat, oposisi dari berbagai provinsi berdatangan ke Madinah pada tahun 656.{{Sfn|Poonawala|1982}} Oposisi dari [[Mesir]] meminta nasihat Ali, yang mendesak mereka untuk bernegosiasi dengan Khalifah Utsman.{{Sfn|Madelung|1997|p=121}}{{Sfn|Madelung|1997|pp=118–9}} Ali juga meminta oposisi dari [[Mesopotamia Hilir|Irak]] untuk menahan diri dari kekerasan, dan mereka mengikuti saran Ali.{{Sfn|Madelung|1997|p=128}} Dia juga berulang kali menjadi penengah antara khalifah dan oposisi,{{Sfn|Poonawala|1982}}{{Sfn|Anthony|2013|p=31}}{{Sfn|Madelung|1997|p=111}} untuk mengatasi keluhan ekonomi dan politik mereka.{{Sfn|Veccia Vaglieri|1970|p=68}}{{Sfn|Poonawala|1982}} Secara khusus, Ali merundingkan dan menjamin perjanjian yang mengakhiri pengepungan pertama.{{Sfn|Madelung|1997|pp=111, 119}}{{Sfn|Poonawala|1982}} Dia kemudian meyakinkan khalifah untuk bertobat di depan umum,{{Sfn|Madelung|1997|p=122}} namun khalifah segera mencabut pernyataannya, kemungkinan karena ditekan oleh sekretarisnya [[Marwan bin al-Hakam]].{{Sfn|Madelung|1997|p=123}} Setelah mendapati surat resmi yang memerintahkan untuk menghukum pihak oposisi, para oposisi Mesir mengepung kediaman khalifah untuk kedua kalinya. Mereka menuntut khalifah turun dari jabatannya namun khalifah menolak dan menyatakan bahwa dirinya tidak mengetahui apapun mengenai surat tersebut.{{Sfn|Madelung|1997|p=112}} Dalam sumber-sumber awal, Marwan umumnya disalahkan sebagai orang yang memalsukan surat tersebut.{{sfn|Madelung|1997|p=127}}{{sfn|Levi Della Vida|Khoury|2012}} Ali sendiri juga memihak kepada khalifah, dan bahkan meyakinkan para pemberontak untuk tidak memutus suplai air ke kediaman Utsman selama pengepungan.{{Sfn|Madelung|1997|p=112}}{{Sfn|Hinds|1972a|p=467}} Namun, khalifah malah balik menuduh bahwa Ali yang telah memalsukan surat tersebut.{{Sfn|Madelung|1997|p=126}} Hal ini mungkin terjadi ketika Ali menolak memberikan dukungan lebih lanjut bagi khalifah.{{Sfn|Madelung|1997|p=112}}{{Sfn|McHugo|2017|p=49}} Khalifah Utsman kemudian terbunuh setelah para pemberontak menerobos rumahnya dan menusuknya ketika sedang membaca Al-Qur'an.{{Sfn|Madelung|1997|p=127}}{{Sfn|Hinds|1972a}}{{Sfn|Donner|2010|p=152}} Ali tidak memiliki peran apapun dalam penyerangan tersebut,{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012a}}{{Sfn|Kennedy|2016|p=65}} dan putranya, [[Hasan bin Ali|Hasan]] yang menjaga kediaman Utsman atas permintaan Ali, terluka karena penyerangan tersebut.{{Sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}}{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012f}}{{Sfn|Jafri|1979|p=63}}
 
== Kekhalifahan ==
{{Utama|Masa pemerintahan Ali}}
 
=== Pemilihan (656)===
{{Main|Pelantikan Ali sebagai khalifah}}
[[Berkas:The swearing of allegiance to Ali at Kufa after the murder of Osman. A dark-skinned youth, possibly Belal, holds Ali's double-bladed sword, Zulfikar. From a manuscript of Maktel-i Ali Resul by Lami'i Celebi, late 16th century or early 17th century.jpg|thumb|200px|Baiat kepada Ali menjadi khalifah, setelah [[Pengepungan rumah Utsman|pembunuhan Utsman]] (diambil dari sebuah [[Miniatur Utsmaniyah|naskah Utsmaniyah]] akhir abad ke-16/awal abad ke-17)]]
[[File:The swearing of allegiance to Ali at Kufa after the murder of Osman. A dark-skinned youth, possibly Belal, holds Ali's double-bladed sword, Zulfikar. From a manuscript of Maktel-i Ali Resul by Lami'i Celebi, late 16th century or early 17th century.jpg|thumb|Ali menerima janji setia, dari naskah {{Transliteration|ar|Maktel-i Ali resul}}, tertanggal akhir abad keenam belas atau awal abad ketujuh belas.]]
Setelah Utsman terbunuh oleh para pemberontak Mesir pada tahun 656,{{Sfn|Madelung|1997|p=127}} kandidat potensial untuk mengisi jabatan khalifah adalah Ali dan [[Thalhah bin Ubaidillah|Thalhah]]. Bani Umayyah melarikan diri dari Madinah, kota dikuasai oleh pemberontak dan kaum [[Kaum Anshar|Anshar]]. Talhah mendapatkan dukungan dari penduduk Mesir; sementara penduduk [[Basra]] dan [[Kufah]]—yang mendukung pendapat Ali untuk menghindari kekerasan—serta sebagian besar kaum Anshar mendukung Ali.{{sfn|Madelung|1997|p=141}} Beberapa penulis juga menuliskan bahwa (sebagian besar) kaum Muhajirin mendukung Ali.{{Sfn|Poonawala|2011}}{{Sfn|Momen|1985|p=22}}{{Sfn|Donner|2010|p=157}}{{Sfn|Jafri|1979|p=63}} Para kepala suku utama juga mendukung Ali pada saat itu.{{Sfn|Lapidus|2002|p=56}} Kelompok-kelompok tersebut menawarkan Ali menjadi khalifah,{{Sfn|Momen|1985|p=22}}{{Sfn|Poonawala|2011}}{{Sfn|Gleave|2008}} tetapi ia menolaknya, mengatakan bahwa ia lebih suka menjadi seorang [[wazir]] (menteri).{{Sfn|Bahramian|2015}}
Ketika Utsman dibunuh pada tahun 656 oleh pemberontak Mesir,{{Sfn|Madelung|1997|p=127}} calon potensial untuk menjadi khalifah adalah Ali dan Thalhah. Bani Umayyah telah meninggalkan Madinah, sedangkan para pemberontak serta kaum Anshar menguasai kota. Thalhah mendapat dukungan dari para pemberontak Mesir, akan tetapi pemberontak Irak dan sebagian besar Anshar mendukung Ali.{{sfn|Madelung|1997|p=141}} Mayoritas kaum Muhajirin,{{Sfn|Poonawala|1982}}{{Sfn|Momen|1985|p=22}}{{Sfn|Donner|2010|p=157}} serta tokoh-tokoh suku utama juga menyukai Ali pada saat itu.{{Sfn|Lapidus|2002|p=56}} Para pemberontak menawarkan Ali agar mengambil alih jabatan khalifah mengantikan Utsman yang telah terbunuh. Ali pada awalnya ragu-ragu, mengatakan bahwa ia lebih suka menjadi [[wazir]] (menteri),{{Sfn|Momen|1985|p=22}}{{Sfn|Poonawala|1982}}{{Sfn|Gleave|2008}} tetapi pada akhirnya secara terbuka menyetujui pencalonan ini dan dilantik sebagai khalifah keempat pada Juni 656.{{Sfn|Ayoub|2014|p=81}}{{Sfn|Bahramian|2015}}{{sfn|Madelung|1997|pp=142–3}} [[Malik al-Asytar]] mungkin merupakan orang pertama yang menyatakan kesetiaannya kepada Ali.{{sfn|Madelung|1997|pp=142–3}} Thalhah dan Zubair yang sebelumnya mendambakan jabatan khalifah,{{Sfn|Momen|1985|p=24}}{{Sfn|Ayoub|2014|p=70}} juga memberikan janji mereka kepada Ali secara sukarela,{{Sfn|Gleave|2008}}{{Sfn|Madelung|1997|p=143}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012f}} meskipun kemudian mereka melanggar janji setia tersebut.{{Sfn|Madelung|1997|p=147}}{{Sfn|Gleave|2008}}{{Sfn|Jafri|1979|p=64}} Ali mungkin tidak memaksa siapa pun untuk berjanji,{{Sfn|Ayoub|2014|p=81}} dan hanya ada sedikit sumber yang menyebutkan adanya kekerasan. Meskipun begitu, banyak pihak yang kemudian memutuskan hubungan dengan Ali, mengeklaim bahwa mereka berjanji setia di bawah tekanan.{{Sfn|Madelung|1997|pp=144–5}} Terdapat kemungkinan kalau para pendukung Ali, yang merupakan mayoritas di Madinah, melakukan intimidasi terhadap pihak lain yang berbeda pandangan dengan mereka.{{Sfn|Madelung|1997|p=144}}
 
==== Legitimasi ====
Penolakan Ali atas jabatan khalifah, dipandang oleh [[Reza Aslan]], mungkin akibat keadaan masyarakat yang sudah terpolarisasi akibat kejadian pembunuhan Utsman.{{Sfn|Aslan|2011|p=132}} Beberapa laporan awal menggarisbawahi bahwa Ali kemudian setuju menjadi khalifah setelah jelas baginya mendapatkan dukungan terbanyak.{{Sfn|Gleave|2008}} Ali dilaporkan pula meminta diadakannya baiat di Masjid Nabawi.{{Sfn|Ayoub|2014|p=81}}{{Sfn|Bahramian|2015}}{{Sfn|Madelung|1997|p=142–143}} [[Malik al-Asytar]] diperkirakan menjadi orang pertama yang berbaiat kepada Ali. [[Thalhah bin Ubaidillah|Thalhah]] dan [[Zubair bin Awwam|Zubair]], sahabat Muhammad yang berambisi kepada jabatan tinggi,{{Sfn|Momen|1985|p=24}}{{Sfn|Ayoub|2014|p=70}} juga berbaiat kepada Ali meskipun kemudian mengingkarinya.{{Sfn|Madelung|1997|p=141, 144–145}}{{Sfn|Momen|1985|p=24}}{{Sfn|Jafri|1979|p=63}} Beberapa sumber awal mengatakan bahwa mereka berbaiat di bawah paksaan, meskipun sejarawan kontemporer cenderung menolak dan menganggap klaim ini dibuat-buat.{{Sfn|Gleave|2008}}{{Sfn|Madelung|1997|p=143}}{{Sfn|Veccia Vaglieri|2021b}} Ali sendiri tampak tidak memaksa siapa pun, sementara tokoh seperti [[Sa'ad bin Abi Waqqas]], [[Abdullah bin Umar]],{{Sfn|Madelung|1997|p=145}} [[Sa'id bin al-Ash]], [[Al-Walid bin Uqbah]], dan [[Marwan bin al-Hakam|Marwan]] memang lebih mungkin menolak berbaiat, beberapa disebabkan oleh dendam pribadi terhadap Ali.{{Sfn|Ayoub|2014|p=81}} Secara keseluruhan, Madelung memiliki gagasan bahwa terdapat lebih sedikit bukti adanya pemaksaan daripada masa Abu Bakar, meskipun banyak yang kemudian mengingkarinya, mengklaim bahwa mereka telah dipaksa untuk berbaiat.{{Sfn|Madelung|1997|p=144–145}} Pada saat yang bersamaan, mungkin saja massa mayoritas yang mendukung Ali di Madinah membuat suasana menjadi mengintimidasi orang-orang yang menentang Ali.{{Sfn|Madelung|1997|p=144}}
[[File:Ali Receiving the Bay'a (Swearing of Allegiance) (painting, recto; text, verso), folio from a manuscript of Maktel-i Ali Resul of Lami‘i Chelebi, late 16th century.jpg|thumb|Ali menerima janji setia, {{Transliteration|ar|Maktel-i Ali resul}}.]]
Dengan pelantikannya sebagai khalifah keempat, Ali telah mengisi kekosongan kekuasaan yang tercipta karena pembunuhan Utsman.{{Sfn|Shaban|1971|p=71}}{{Sfn|Anthony|2013|p=31}}{{Sfn|Ayoub|2014|p=85}} Pelantikannya yang tidak teratur dan tanpa melibatkan dewan [[Syura]],{{sfn|Madelung|1997|p=141}} menghadapi sedikit penentangan di Madinah,{{Sfn|Kennedy|2016|p=65}}{{Sfn|Veccia Vaglieri|1970|p=69}}{{Sfn|Shaban|1971|p=71}} ditambah dengan dukungan penuh dari para pemberontak terhadapnya, membuatnya dituduh terlibat dalam pembunuhan Utsman.{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Meskipun kelompok-kelompok yang kurang mampu dengan mudah berkumpul di sekitar Ali,{{sfn|Shaban|1971|p=72}}{{sfn|Momen|1985|p=24}} dia mendapat dukungan terbatas di kalangan kaum Quraisy yang berkuasa pada saat itu, beberapa di antara mereka bahkan berniat untuk mengambil alih jabatan khalifah.{{Sfn|Donner|2010|p=158}}{{sfn|Madelung|1997|p=141}} Di kalangan Quraisy, ada dua kubu yang menentang Ali: Bani Umayyah yang percaya bahwa kekhalifahan adalah hak mereka setelah Utsman, dan pihak yang ingin mengembalikan kekhalifahan Quraisy berdasarkan prinsip yang telah ditetapkan oleh Abu Bakar dan Umar.{{Sfn|Madelung|1997|p=147}}{{Sfn|Kennedy|2016|p=65}} Ali memang sering berbicara mengenai hak prerogatif ilahi yang dimiliki kerabat Muhammad untuk memimpin khilafah,{{Sfn|Keaney|2021|loc=§3.5}}{{Sfn|Madelung|1997|p=72}} hal ini dianggap akan membahayakan ambisi politik kaum Quraisy lainnya.{{Sfn|Abbas|2021|p=115}}
 
=== Kebijakan administratif ===
Baris 118 ⟶ 145:
Masa pemerintahan Ali dicirikan oleh peradilannya yang ketat.{{Sfn|Madelung|1997|pp=309–310}}{{sfn|Momen|1985|p=25}}{{Sfn|Poonawala|2011}} Dalam pidato pengukuhannya, Ali menegur umat Islam karena menyimpang dari jalan lurus sepeninggal Muhammad,{{Sfn|Madelung|1997|p=150}} dan mulai menerapkan kebijakan radikal.{{Sfn|Tabatabai|1979|p=43}} Hal ini dimaksudkan untuk memulihkan visinya mengenai pemerintahan kenabian.{{Sfn|McHugo|2018|p=53}}{{Sfn|Ayoub|2014|p=91}} Ali segera memberhentikan hampir semua gubernur yang pernah mengabdi kepada Utsman,{{Sfn|Donner|2010|p=158}} mengatakan bahwa orang-orang seperti mereka tidak boleh diangkat dalam jabatan apa pun.{{Sfn|Madelung|1997|p=148}} Ia menggantikan mereka dengan orang-orang yang ia anggap saleh,{{Sfn|Donner|2010|pp=159–60}}{{Sfn|Ayoub|2014|p=83}} sebagian besar berasal dari kaum Anshar dan Bani Hasyim.{{Sfn|Donner|2010|pp=159–60}} Ali juga mendistribusikan dana perbendaharaan secara merata di kalangan umat Islam, mengikuti praktik Muhammad,{{Sfn|Tabatabai|1979|p=45}} dan dikatakan tidak menoleransi perilaku korupsi.{{Sfn|Shah-Kazemi|2022|p=105}}{{Sfn|Madelung|1997|p=272}} Beberapa dari mereka yang terkena dampak kebijakan ini segera memberontak melawan Ali dengan dalih balas dendam untuk Utsman.{{Sfn|Tabatabai|1979|p=44}} Di antara mereka adalah [[Muawiyah bin Abu Sufyan|Muawiyah]], gubernur petahana Suriah.{{Sfn|Daftary|2014|p=30}} Beberapa orang mengkritik Ali karena kenaifan berpolitik dan sikap kakunya yang berlebihan;{{Sfn|Veccia Vaglieri|1960}}{{Sfn|Madelung|1997|p=|pp=149–50}} sementara yang lain mengatakan bahwa Ali memerintah dengan kebenaran, bukan fleksibilitas politik.{{Sfn|Tabatabai|1979|p=44}}{{Sfn|Ayoub|2014|p=91}} Para pendukungnya mengidentifikasi bahwa keputusan serupa diambil oleh Muhammad,{{Sfn|Shah-Kazemi|2022|p=89}}{{Sfn|Tabatabai|1979|p=46}} dan menegaskan bahwa Islam tidak pernah mengizinkan untuk berkompromi demi alasan keadilan, dengan mengutip Quran Surah 68: 9,{{Sfn|Tabatabai|1979|p=46}} "Mereka menginginkan agar engkau bersikap lunak. Maka, mereka bersikap lunak (pula)."<ref>Terjemahan ayat oleh [https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/68?from=9&to=9 Qur'''’'''an Kemenag], Kementerian Agama Republik Indonesia.</ref>{{Sfn|Tabatabai|1979|p=64}}{{sfn|Nasr|Dagli|Dakake|Lumbard|2015|p=3203}} Beberapa pihak berpendapat bahwa keputusan Ali sebenarnya dapat dibenarkan pada tingkat praktis.{{Sfn|Bahramian|2015}}{{Sfn|Shah-Kazemi|2022|pp=89–90}}{{Sfn|Poonawala|2011}} Misalnya, pemecatan gubernur yang tidak populer mungkin merupakan satu-satunya pilihan yang tersedia bagi Ali karena ketidakadilan adalah keluhan utama para pemberontak.{{Sfn|Bahramian|2015}}
 
==== PembunuhanOtoritas dan pemakamankeagamaan ====
Terbukti dari sejumlah teks pidatonya,{{Sfn|Madelung|1997|p=150}} Ali memandang dirinya tidak hanya sebagai pemimpin secara politis, tetapi juga sebagai otoritas keagamaan eksklusif Muslim.{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=77}}{{Sfn|Shaban|1971|p=73}} Dia kemudian mengklaim otoritas agama untuk menafsirkan Al-Qur'an dan [[Sunnah]].{{sfn|Shaban|1971|pp=72–73}}{{Sfn|Mavani|2013|pp=67–68}} Beberapa pendukung Ali memang menganggapnya sebagai pemimpin yang mendapat bimbingan ilahi dan berhak mendapatkan kesetiaan yang sama seperti Muhammad.{{Sfn|Dakake|2007|p=57}} Mereka merasakan ikatan kesetiaan spiritual ({{Transliteration|ar|walayah}}) yang mutlak dan menyeluruh kepada Ali yang melampaui politik.{{Sfn|Haider|2014|p=34}} Misalnya, banyak dari mereka secara terbuka menawarkan dukungan tanpa syarat kepada Ali pada sekitar tahun 658.{{Sfn|Dakake|2007|pp=|p=60}}{{Sfn|Madelung|1997|pp=251{{ndash}}252}} Mereka membenarkan kesetiaan mutlak mereka kepada Ali berdasarkan keutamaannya dalam agama,{{Sfn|Dakake|2007|p=59}} kekerabatannya dengan Muhammad,{{Sfn|Jafri|1979|p=71}} dan juga pengumuman Muhammad di Ghadir Khum.{{Sfn|Haider|2014|p=34}} Banyak dari para pendukung ini juga memandang Ali sebagai penerus Muhammad yang sah setelah kematiannya,{{Sfn|Dakake|2007|pp=58–59}} hal ini dibuktikan dalam puisi-puisi yang ditulis pada masa itu.{{Sfn|Dakake|2007|p=262n30}}{{Sfn|Jafri|1979|p=67}}
{{Main|Pembunuhan Ali}}
Ali dibunuh pada tanggal 19 Ramadan 40 [[Kalender Hijriah|H]], atau 28 Januari 661 [[Masehi|M]], saat [[salat Subuh]] di [[Masjid Agung Kufah]]. Ali diserang oleh seorang [[Khawarij]] bernama [[Abdurrahman bin Muljam]]. Dia terluka oleh pedang yang telah dilapisi racun. Ali meninggal sekitar dua hari kemudian. Dia berusia 62 atau 63 tahun pada saat kematiannya. Menurut beberapa catatan, Ali telah lama mengetahui nasibnya baik melalui firasat atau melalui Muhammad, yang mungkin mengatakan kepadanya bahwa janggutnya akan ternoda darah di kepalanya.{{Sfn|Veccia Vaglieri|1986}} Sebelum meninggal, Ali meminta agar Ibn Muljam akan diberi pengampunan jika ia selamat atau diberlakukan [[qisas]] dengan [[Mata ganti mata|perlakuan yang sama]].<ref>{{Harvnb|Kelsay|1993|p=92}}</ref> [[Hasan bin Ali|Hasan]], putra tertua Ali, kemudian melakukan qisas tersebut sepeninggal ayahnya.{{Sfn|Veccia Vaglieri|1986}}
 
==== Kebijakan fiskal ====
Khawatir jenazahnya akan digali dan diperlakukan buruk oleh musuh-musuhnya, Ali kemudian dikuburkan secara diam-diam. Makamnya ditemukan pada masa kekhalifahan Abbasiyah [[Harun Ar-Rasyid|Harun ar-Rasyid]] ({{Reign|786|809}}) yang di sekitarnya berkembang kota [[Najaf]], dekat Kufah. Tempat yang diyakini menjadi makamnya ini, menjadi tempat ziarah utama bagi umat [[Syiah]].{{Sfn|Veccia Vaglieri|1960}} Bangunan makam yang sekarang dibangun oleh penguasa [[Dinasti Safawiyah|Safawiyah]] [[Safi dari Persia|Shah Safi]] ({{Reign|1629|1642}}),{{Sfn|Momen|1985|p=26}} yang di dekatnya terdapat kuburan besar bagi kaum Syiah yang ingin dimakamkan di samping imam mereka.{{Sfn|Veccia Vaglieri|1960}} Najaf juga merupakan rumah bagi beberapa perguruan tinggi agama dan ulama Syiah terkemuka.{{Sfn|Veccia Vaglieri|1960}}<!-- Sumber tertera kurang lebih seperti ini. Mungkin akan menimbulkan perang suntingan di kemudian hari. -->
Ali menentang kontrol terpusat atas pendapatan provinsi.{{sfn|Lapidus|2002|p=56}} Dia mendistribusikan kelebihan pajak dan rampasan secara merata kepada umat Islam,{{sfn|Lapidus|2002|p=56}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} mengikuti preseden Muhammad dan Abu Bakar.{{sfn|Abbas|2021|p=133}}{{Sfn|Tabatabai|1975|p=45}} Berlawanan dengan Umar yang telah mendistribusikan pendapatan negara dengan memprioritaskan Islam,{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=90}}{{Sfn|Ayoub|2014|p=83}} dan Utsman yang banyak dituduh melakukan nepotisme dan korupsi.{{Sfn|Madelung|1997|p=87}}{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=|pp=84, 90}}{{Sfn|Veccia Vaglieri|1970|p=67}} Kebijakan Ali yang sangat egaliter membuatnya mendapat dukungan dari kelompok-kelompok kurang mampu, termasuk Anshar, para {{Transliterasi|ar|qurra}}, dan para imigran yang datang ke Irak.{{sfn|Shaban|1971|p=72}} Sebaliknya, Thalhah dan Zubair, yang merupakam sahabat Quraisy Muhammad yang telah mengumpulkan kekayaan yang sangat besar di bawah pemerintahan Utsman,{{Sfn|Jafri|1979|pp=55–6}} memberontak melawan Ali ketika ia menolak memberikan bantuan dan dukungan kepada mereka.{{Sfn|Ayoub|2014|p=94}}{{Sfn|Tabatabai|1975|p=45}} Beberapa tokoh lain di kalangan Quraisy juga menentang Ali,{{Sfn|Ayoub|2014|p=95}}{{Sfn|McHugo|2017|p=64}} dan bahkan menahan dana publik dari kerabatnya,{{sfn|Madelung|1997|p=264}}{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|pp=105–6}} sedangkan rival politiknya, Mu'awiyah, dengan sigap menawarkan suap kepada mereka.{{Sfn|McHugo|2017|p=64}}{{Sfn|Madelung|1997|p=276}} Ali menginstruksikan para pejabatnya untuk memungut pembayaran pajak secara sukarela dan tanpa pelecehan, serta memprioritaskan masyarakat miskin saat menyalurkan dana publik.{{Sfn|Abbas|2021|p=153}} Sebuah surat yang dikaitkan dengan Ali mengarahkan gubernurnya untuk lebih memperhatikan pengembangan lahan daripada perpajakan.{{sfn|Lambton|1991|pp=xix, xx}}{{Sfn|Abbas|2021|p=156}}
 
==== Aturan perang====
Pada masa perang saudara umat Islam, Ali melarang tentaranya melakukan penjarahan,{{sfn|Heck|2023}}{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=94}} dan sebagai gantinya membayar mereka dari pendapatan pajak.{{sfn|Heck|2023}} Dia juga memaafkan musuh-musuhnya setelah ia meraih kemenangan.{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=94}}{{Sfn|Ayoub|2014|p=84}} Kedua amalan tersebut kemudian diabadikan dalam [[Fiqh|Hukum Islam]].{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=94}} Ali juga menasihati komandannya, [[Malik al-Asytar]] untuk tidak menolak seruan perdamaian apa pun, tidak melanggar perjanjian apa pun,{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=115}} dan memerintahkannya untuk tidak memulai permusuhan.{{Sfn|Ayoub|2014|p=109}} Ali juga melarang pasukannya mengganggu warga sipil,{{Sfn|Ayoub|2014|p=108}} membunuh orang yang terluka dan mereka yang melarikan diri, memutilasi orang mati, memasuki rumah tanpa izin, menjarah, dan melukai perempuan.{{Sfn|Ayoub|2014|p=|pp=109–10}} Dia mencegah perbudakan perempuan setelah memenangkan perang, meskipun terdapat sejumlah pihak yang memprotes hal ini.{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Sebelum [[Pertempuran Siffin]] dengan Mu'awiyah dimulai, Ali tetap membiarkan musuhnya mengambil air minum ketika pasukannya menguasai sumber air.{{sfn|Madelung|1997|p=227}}{{Sfn|Ayoub|2014|pp=111–2}}
 
===Pertempuran Jamal===
{{Main|Pertempuran Jamal}}
[[File:Muhammad's widow, Aisha, battling the fourth caliph Ali in the Battle of the Camel.jpg|thumb|Pretempuran Jamal (Unta), dari manuskrip {{Transliteration|ar|Siyer-i nebi}}]]
Segera setelah pelantikan Ali, [[Aisyah]], salah satu janda Muhammad, secara terbuka berkampanye menentang Ali.{{Sfn|Ayoub|2014|p=89}}{{Sfn|Donner|2010|p=158}} Dia bergabung di Makkah oleh kerabat dekatnya, Thalhah dan Zubair,{{Sfn|Madelung|1997|p=133}} yang dengan demikian melanggar sumpah setia mereka sebelumnya kepada Ali.{{Sfn|Madelung|1997|p=147}}{{Sfn|Gleave|2008}}{{Sfn|Jafri|1979|p=64}} Oposisi ini menuntut agar para pembunuh Utsman dihukum,{{Sfn|Cappucci|2014|p=19}}{{Sfn|Anthony|2013|p=31}} dan menuduh Ali terlibat dalam pembunuhan itu.{{Sfn|Anthony|2013|p=31}}{{Sfn|Madelung|1997|p=147}}{{Sfn|Poonawala|1982}} Mereka juga menyerukan pemecatan Ali dari jabatannya dan agar dewan Syura menunjuk penggantinya.{{Sfn|Donner|2010|p=158}}{{Sfn|Madelung|1997|p=157}} Terdapat kemungkinan besar bahwa tujuan utama mereka adalah menyingkirkan Ali, bukan membalas dendam terhadap Utsman.{{Sfn|Madelung|1997|p=157}}{{Sfn|Aslan|2005|p=132}}{{Sfn|McHugo|2017|loc=§2.II}}{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012f}}{{Sfn|Madelung|1997|p=|pp=98, 101, 107}}{{Sfn|Ayoub|2014|p=88}} Pihak oposisi gagal mendapatkan daya tarik yang cukup di [[Hijaz|Hijaz]],{{sfn|Poonawala|1982}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} dan kemudian berpindah ke [[Basra]] di Irak, kemudian mendirikan basis militer di sana.{{sfn|Gleave|2008}}{{sfn|Poonawala|1982}} Ali mengumpulkan pasukan di dekat [[Kufah]],{{sfn|Veccia Vaglieri|2012f}}{{sfn|Hinds|1971|p=361}} pasukan inilah yang kelak akan membentuk inti pasukan Ali dalam pertempuran.{{sfn|Hinds|1971|p=361}} Kedua pasukan segera berkemah di luar Basra,{{sfn|Madelung|1997|p=166}}{{sfn|Poonawala|1982}} keduanya mungkin berjumlah sekitar sepuluh ribu orang.{{sfn|Hazleton|2009|p=107}} Setelah tiga hari negosiasi gagal,{{sfn|Madelung|1997|p=169|pp=}} kedua belah pihak bersiap untuk berperang.{{sfn|Madelung|1997|p=169}}{{sfn|Poonawala|1982}}{{sfn|Gleave|2008}}
 
==== Riwayat pertempuran ====
Pertempuran itu terjadi pada bulan Desember 656.{{Sfn|Donner|2010|p=159}}{{sfn|Madelung|1997|pp=169–70}} Para pemberontak memulai pertempuran,{{sfn|Veccia Vaglieri|2012f}}{{sfn|Madelung|1997|p=170}} dan Aisyah hadir di medan perang, mengendarai tandu lapis baja di atas seekor unta merah, yang kemudian menjadi asal dari nama pertempuran tersebut.{{sfn|Hazleton|2009|p=113}}{{sfn|Abbas|2021|p=139}} Thalhah segera dibunuh oleh [[Marwan bin al-Hakam|Marwan]], sekretaris Utsman, yang juga oposisi Ali.{{sfn|Madelung|1997|pp=171–2}}{{sfn|Abbas|2021|p=140}} Zubair, yang merupakan seorang prajurit berpengalaman, meninggalkan tempat itu tak lama setelah pertempuran dimulai,{{sfn|Madelung|1997|p=170}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012f}} namun dikejar dan dibunuh.{{Sfn|Madelung|1997|p=170}}{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012f}} Pengunduran dirinya mungkin didasari oleh keraguan terhadap tujuan daripada pertempuran tersebut.{{sfn|Madelung|1997|p=171}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012f}} Ali memenangkan pertempuran,{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012f}}{{Sfn|Madelung|1997|p=172}}{{Sfn|Bahramian|2015}} dan Aisyah tetap diperlakukan dengan hormat dan diantar kembali ke Hijaz.{{sfn|Abbas|2021|p=141}}{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012f}}{{Sfn|Donner|2010|p=159}} Ali kemudian mengumumkan pengampunan publik,{{sfn|Hazleton|2009|p=121}} membebaskan semua tawanan perang,{{sfn|Madelung|1997|p=180-1}}{{sfn|Abbas|2021|p=141}} dan melarang perbudakan perempuan. Properti mereka yang disita juga dikembalikan.{{Sfn|Hazleton|2009|p=122}} Ali kemudian menempatkan dirinya di Kufah,{{Sfn|Madelung|1997|p=182}} dan kemudian menjadikan kota tersebut sebagai ibu kota ''de facto'' [[Kekhalifahan Rasyidin]].{{Sfn|Donner|2010|p=159}}{{Sfn|McHugo|2017|loc=§2.II}}
 
===Pertempuran Siffin===
{{Main|Pertempuran Siffin}}
[[Berkas:First Fitna Map, Ali-Muawiya Phase.png|thumb|Peta [[Perang Saudara Islam I]]; wilayah hijau di bawah kendali Ali; wilayah merah muda di bawah kendali Muawiyah.]]
[[Berkas:Balami - Tarikhnama - Battle of Siffin (cropped).jpg|thumb|right|Pertempuran antara pasukan Ali dan Muawiyah selama Pertempuran Siffin, dari ''[[Tarikhnama]]''.]]
[[Muawiyah bin Abu Sufyan]], gubernur Suriah petahana, dianggap korup dan tidak layak oleh Ali,{{Sfn|Madelung|1997|p=148}} yang kemudian menulis surat untuknya dan mencopotnya dari jabatannya sebagai gubernur.{{Sfn|Madelung|1997|p=194}}{{Sfn|Petersen|1958|p=165}}{{Sfn|Ayoub|2014|p=97}} Sebaliknya, Muawiyah sebagai sepupu Utsman, melancarkan kampanye propaganda di seluruh Suriah, menyalahkan Ali atas pembunuhan Utsman dan menyerukan balas dendam.{{Sfn|Madelung|1997|p=190}}{{Sfn|Abbas|2021|p=144}}{{Sfn|Rahman|1995|p=58}} Mu'awiya juga bergabung dengan [[Amr bin Ash]],{{Sfn|Donner|2010|p=160}} seorang ahli strategi militer,{{Sfn|Ayoub|2014|p=99}} yang berjanji untuk mendukung Bani Umayyah melawan Ali dengan imbalan jabatan gubernur Mesir seumur hidup.{{Sfn|Madelung|1997|p=196}} Namun, Muawiyah juga diam-diam menawarkan untuk mengakui kekhalifahan Ali dengan Suriah dan Mesir sebagai imbalannya,{{Sfn|Madelung|1997|p=203}} tawaran ini ditolak mentah-mentah oleh Ali.{{Sfn|Madelung|1997|p=204}} Mu'awiya kemudian secara resmi menyatakan perang, menuduh Ali sebagai dalang pembunuhan Utsman, menuntut pemecatannya, dan menuntut dewan Syura memilih khalifah berikutnya.{{Sfn|Madelung|1997|pp=204–205}} Penulis kontemporer cenderung memandang seruan balas dendam Mu'awiya sebagai dalih untuk perebutan kekuasaan.{{Sfn|Shah-Kazemi|2014|p=23}}{{Sfn|Shaban|1971|p=73}}{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|pp=95–6}}{{Sfn|Madelung|1997|p=186}}{{Sfn|Kennedy|2016|p=66}}{{Sfn|McHugo|2017|loc=2.III}}
 
==== Riwayat pertempuran ====
Pada musim panas tahun 657, pasukan Ali dan Mu'awiya berkemah di Siffin, sebelah barat [[Efrat|Sungai Efrat]],{{Sfn|Madelung|1997|p=226}} masing-masing kubu mungkin berjumlah sekitar 100.000 dan 130.000 orang.{{Sfn|Lecker|2012}} Banyak sahabat Muhammad yang hadir dalam pasukan Ali, sedangkan Muawiyah hanya bisa membanggakan segelintir orang saja.{{Sfn|Momen|1985|p=25}}{{Sfn|Lecker|2012}} Kedua belah pihak bernegosiasi untuk sementara waktu, tetapi negosiasi tersebut gagal.{{Sfn|Anthony|2013|p=31}}{{Sfn|Donner|2010|p=161}}{{Sfn|Poonawala|1982}}{{Sfn|Shaban|1971|p=75}}{{Sfn|Kennedy|2016|p=67}} Pertempuran utama dimulai pada hari Rabu, 26 Juli 657,{{Sfn|McHugo|2017|loc=2.III}}{{Sfn|Shah-Kazemi|2014|p=23}} berlangsung sampai Jumat atau Sabtu pagi.{{sfn|Madelung|1997|p=232}}{{sfn|Donner|2010|p=161}} Ali mungkin menahan diri untuk tidak memulai permusuhan,{{Sfn|Bahramian|2015}} dan kemudian bertempur bersama anak buahnya di garis depan, sedangkan Mu'awiya memimpin pasukan dari paviliunnya,{{sfn|Hazleton|2009|p=198}}{{sfn|Madelung|1997|p=234}} dan menolak proposal untuk menyelesaikan masalah dalam duel pribadi dengan Ali.{{Sfn|Madelung|1997|p=235}}{{Sfn|McHugo|2017|loc=2.III}}{{Sfn|Ayoub|2014|p=119}} Di antara mereka yang tewas dalam kubu Ali adalah [[Ammar bin Yasir]].{{Sfn|Madelung|1997|p=234}} Dalam sumber-sumber Sunni kanonik, sebuah hadis terkenal meramalkan kematian Ammar di tangan {{Transliteration|ar|al-Fiʾat al-Bāghiyah}} ({{Lit|kelompok pemberontak agresif}}) yang akan masuk ke dalam api neraka.{{Sfn|Abbas|2021|p=149}}{{Sfn|Lecker|2012}}{{Sfn|Donner|2010|p=161}}
 
==== Proposal arbitrase ====
Pertempuran terhenti ketika beberapa orang dari pasukan Suriah mengangkat halaman-halaman Al-Quran dengan tombak mereka, sambil berteriak, "Biarlah Kitab Allah yang menjadi hakim di antara kita."{{Sfn|Madelung|1997|p=238}}{{Sfn|Donner|2010|p=161}} Karena Muawiyah sudah lama bersikeras untuk berperang, proposal arbitrase ini menunjukkan bahwa dia sekarang takut kalah.{{Sfn|Madelung|1997|p=238}}{{Sfn|Anthony|2013|p=31}}{{Sfn|Adamec|2017|p=406}} Sebaliknya, Ali mendesak anak buahnya untuk tetap berperang, mengatakan kepada mereka bahwa tindakan menjunjung Al-Quran tersebut adalah sebuah penipuan.{{Sfn|Madelung|1997|p=238}}{{Sfn|McHugo|2017|loc=2.III}} {{Transliteration|ar|Qurra}} dan {{Transliteration|ar|[[Perang Riddah|Riddah]]}} suku Kufah,{{Sfn|Veccia Vaglieri|1970|p=70}}{{Sfn|Shaban|1971|p=75}}{{Sfn|Donner|2010|p=161}} yang merupakan blok terbesar dalam pasukan Ali, kemudian mengirim delegasi kepada Ali.{{Sfn|Poonawala|1982}}{{Sfn|Shaban|1971|p=75}} Kedua blok tersebut mengancam akan memberontak terhadap Ali jika dia tidak segera mengambil tindakan untuk menanggapi seruan dari kubu Suriah.{{Sfn|Madelung|1997|p=238}}{{Sfn|Poonawala|1982}}{{Sfn|Ayoub|2014|pp=123–4}}{{Sfn|Hinds|1972b|p=97}} Menghadapi sentimen perdamaian yang kuat dari pasukannya, Ali memutuskan untuk menerima proposal arbitrase,{{sfn|Madelung|1997|p=241}} yang kemungkinan besar akan bertentangan dengan penilaiannya sendiri.{{sfn|Donner|2010|p=161}}{{Sfn|Madelung|1997|p=241}}
 
Muawiyah sekarang mengusulkan agar perwakilan dari kedua belah pihak harus menemukan resolusi berdasarkan Al-Qur'an.{{Sfn|Poonawala|1982}}{{Sfn|Hinds|1972b|p=98}} Muawiyah menunjuk sekutunya, [[Amr bin Ash]] sebagai arbiter dari pihaknya,{{sfn|Madelung|1997|pp=241–2}} sedangkan mayoritas kubu Ali mendesak agar ia mengutus [[Abu Musa al-Asy'ari]], mantan gubernur Kufah yang netral. Pada awalnya Ali merasa keberatan, namun kemudian akhirnya mengalah dan mengutus Abu Musa sebagai arbiter dari pihaknya.{{sfn|Afsaruddin|2013|p=53}}{{sfn|Donner|2010|p=161}}{{Sfn|Dakake|2007|p=|pp=1–2}} Perjanjian arbitrase ditulis dan ditandatangani pada tanggal 2 Agustus 657,{{sfn|Madelung|1997|p=243}} yang menetapkan bahwa kedua arbiter harus bertemu di wilayah netral,{{Sfn|Dakake|2007|p=1}} mematuhi Al-Quran dan Sunnah, serta harus bersatu untuk memulihkan perdamaian.{{sfn|Madelung|1997|p=243}}{{Sfn|Shah-Kazemi|2014|p=23}} Kedua pasukan meninggalkan medan perang setelah perjanjian tersebut ditanda tangani.{{sfn|Madelung|1997|p=247}} Perjanjian arbitrase ini kemudian memecah kubu Ali, karena banyak yang tidak mendukung negosiasinya dengan Muawiyah, yang mereka anggap telah melakukan kecurangan. Sebaliknya, perjanjian tersebut memperkuat posisi Muawiyah, yang kini menjadi pesaing yang setara untuk menjadi khilafah selanjutnya.{{Sfn|Madelung|1997|p=245}}
 
==== Pembentukan Khawarij ====
[[Berkas:Iraq under the Abbasid Caliphate (cropped).png|thumb|[[Kanal Nahrawan]] membentang sejajar dengan tepi timur [[Sungai Tigris]].]]
 
Beberapa anak buah Ali meninggalkannya sebagai bentuk protes terhadap perjanjian arbitrase.{{Sfn|Madelung|1997|p=247}}{{Sfn|Bahramian|2015}} Meskipun banyak dari mereka yang akhirnya bergabung kembali dengan Ali,{{Sfn|Rauf|2007|p=191}}{{Sfn|Madelung|1997|p=248–249}}{{sfn|Donner|2010|p=163}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} beberapa kelompok tetap bersikeras menentangnya dan kemudian berkumpul di kota [[Nahrawan]].{{Sfn|Bahramian|2015}} Mereka dikenal sebagai [[Khawarij]], yang kemudian mengangkat senjata melawan Ali dalam [[Pertempuran Nahrawan]].{{sfn|Levi Della Vida|2012}}{{sfn|Donner|2010|p=162}}{{sfn|Poonawala|1982}} Kaum Khawarij, yang sebagian besar merupakan anggota {{Transliterasi|ar|Qurra}},{{Sfn|Hinds|1972b|p=100}} kemungkinan besar kecewa dengan proses arbitrase.{{Sfn|Hinds|1972b|p=101}}{{Sfn|Poonawala|1982}} Slogan mereka, "Tidak ada hukum kecuali milik Allah",{{Sfn|Shah-Kazemi|2014|p=23}} menyoroti penolakan mereka terhadap arbitrase (oleh manusia) dengan klaim yang mengacu pada ayat {{Qref|49|9|b=yl}}.{{Sfn|Rauf|2007|p=|pp=190–191}} Ali menyebut slogan ini sebagai kata-kata kebenaran yang digunakan oleh para Khawarij untuk mencari kepalsuan karena ia memandang penguasa sebagai hal yang sangat diperlukan dalam menjalankan agama.{{Sfn|Madelung|1997|pp=249–50}}
 
==== Proses arbitrase ====
Kedua arbiter tersebut bertemu di [[Dumat al-Jandal]],{{Sfn|Ayoub|2014|p=129}} mungkin pada bulan Februari 658.{{Sfn|Poonawala|1982}} Para arbiter menyimpulkan bahwa Utsman telah dibunuh secara tidak sah dan bahwa Muawiyah mempunyai hak untuk membalas dendam.{{sfn|Madelung|1997|p=255}}{{sfn|Aslan|2005|p=137}}{{sfn|Poonawala|1982}} Selain hal itu, mereka tidak dapat menyetujui hal lain.{{Sfn|Madelung|1997|p=256}} Alih-alih keputusan hukum, keputusan ini lebih merupakan konsesi politik dari Abu Musa, yang mungkin berharap Amr nantinya akan membalas tindakannya.{{sfn|Madelung|1997|p=256}} Ali mengecam tindakan kedua arbiter tersebut karena bertentangan dengan Al-Quran dan mulai mengorganisir kampanye kedua di Suriah.{{sfn|Madelung|1997|p=257}}{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Pertemuan kedua diadakan di [[Udhruh]],{{Sfn|Madelung|1997|p=255}} kali ini atas inisiatif Muawiyah sendiri.{{Sfn|Madelung|1997|p=255}}{{Sfn|Bahramian|2015}} Negosiasi di sana juga gagal,{{sfn|Madelung|1997|p=257}} karena kedua arbiter tidak dapat menyepakati khalifah berikutnya: Amr mendukung Muawiyah,{{Sfn|Poonawala|1982}} sementara Abu Musa mencalonkan menantunya [[Abdullah bin Umar]].{{Sfn|Poonawala|1982}}{{Sfn|Glassé|2001|p=40}}{{Sfn|Madelung|1997|p=286}} Pada akhir pertemuan, Abu Musa secara terbuka menyerukan pememecatan Muawiyah dan Ali sekaligus serta meminta dewan Syura untuk menunjuk pengganti mereka sesuai perjanjian sebelumnya dengan Amr. Namun, ketika Amr mengambil alih panggung, ia justru hanya memecat Ali dan malah menunjuk Muawiyah sebagai pengganti Ali.{{sfn|Glassé|2001|p=40}}{{sfn|Donner|2010|p=165}}{{sfn|Poonawala|1982}} Delegasi Kufah menjadi marah terhadap konsesi Abu Musa,{{sfn|Madelung|1997|p=257}} dan arbitrase tersebut dinyatakan gagal,{{Sfn|Madelung|1997|p=255}}{{sfn|Afsaruddin|2013|p=53}} atau tidak meyakinkan.{{Sfn|Fadel|2013|p=43}}{{Sfn|Rauf|2007|p=191}}{{Sfn|Hinds|1972b|p=102}} Namun, perundingan ini justru memperkuat dukungan Suriah terhadap Muawiyah dan melemahkan posisi Ali.{{sfn|Madelung|1997|p=255}}{{sfn|Jafri|1979|p=65}}{{sfn|Momen|1985|p=25}}{{sfn|Poonawala|1982}}{{Sfn|Daftary|2013|p=31}}
 
===Pertempuran Nahrawan===
[[File:The Battle of Nehrevan (658 A.D.), between Ali and the Havaric (Kharijites). Ali, mounted on Duldul, is wielding his double-bladed sword, Zulfikar. From a manuscript of Maktel-i Ali Resul, Ottoman Turkey, late 16th or early 17th century.jpg|thumb|Pertempuran Nahrawan, folio dari naskah {{Transliteration|ar|Maqtel-i Ali resul}}, akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17.]]
 
Setelah arbitrase gagal, Muawiyah menerima janji setia dari penduduk Suriah sebagai khalifah baru,{{sfn|Madelung|1997|pp=257–8}} sementara Ali kemudian mengorganisir kampanye baru untuk kembali menghadapi oposisi Suriah.{{sfn|Poonawala|1982}}{{sfn|Donner|2010|p=163}}{{sfn|Glassé|2001|p=40}}{{sfn|Madelung|1997|pp=255, 257}} Namun dia menunda ekspedisi tersebut,{{sfn|Madelung|1997|pp=259–60}} dan membelokkan pasukannya ke arah Nahrawan ketika dia mendengar kabar bahwa Kaum Khawarij menginterogasi dan mengeksekusi warga sipil.{{sfn|Madelung|1997|pp=259–60}}{{sfn|Wellhausen|1901|pp=17–18}}{{sfn|Madelung|1997|p=254}} Kaum Khawarij telah membunuh banyak orang, bahkan tampaknya wanita juga menjadi target pembunuhan mereka.{{Sfn|Levi Della Vida|2012}} Ali berhasil meyakinkan banyak kaum Khawarij untuk memisahkan diri dari pasukan mereka. Sekitar 1.500{{Ndash}}1.800, atau 2.800, dari sekitar 4.000 orang kemudian keluar dari barisan Khawarijndan bergabung dengan Ali.{{sfn|Madelung|1997|p=260}}{{sfn|Wellhausen|1901|p=18}} Sisa-sisa dari Kaum Khawarij lainnya kemudian menyerang dan dihancurkan oleh pasukan Ali yang berjumlah sekitar 14.000 orang.{{sfn|Madelung|1997|pp=259–261}}{{sfn|Wellhausen|1901|p=18}}
 
Pertempuran tersebut terjadi pada tanggal 17 Juli 658,{{Sfn|Madelung|1997|pp=260–1}}{{sfn|Donner|2010|p=163}} atau pada tahun 657.{{sfn|Wellhausen|1927|p=85}}{{Sfn|Madelung|1997|pp=260–1}} Pertempuran tersebut membuat Ali dikritik oleh beberapa orang karena membunuh sekutu-sekutunya sendiri,{{Sfn|Ayoub|2014|p=|pp=141, 171}}{{sfn|Donner|2010|p=164}}{{Sfn|Madelung|1997|p=262}} selain itu, kebanyakan dari Khawarij adalah Muslim yang secara lahiriah saleh. Sementara itu, para pendukung Ali memunji keputusannya dan menyatakan bahwa menundukkan kaum Khawarij adalah hal yang perlu, karena mereka adalah pemberontak yang kejam dan radikal yang akan membahayakan basis Ali di Kufah.{{Sfn|Madelung|1997|p=261}}{{Sfn|Kelsay|1993|p=87}}{{Sfn|Afsaruddin|2013|p=53}}{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|pp=97–8}}
 
===Tahun-tahun terakhir===
{{See also|Kampanye kedua Ali di Suriah}}
Setelah Pertempuran Nahrawan, Ali tidak dapat mengumpulkan cukup dukungan untuk kampanye melawan kubu Suriah untuk kedua kalinya.{{Sfn|Ayoub|2014|pp=|p=141}}{{Sfn|Madelung|1997|p=262}} Mungkin tentaranya mengalami demoralisasi,{{sfn|Donner|2010|p=164}} atau dipanggil kembali oleh pemimpin suku mereka.{{Sfn|Shaban|1971|p=77}}{{Sfn|Jafri|1979| p=123}} Selain karena kedua hal itu, banyak di antara pendukung Ali yang juga telah disuap dan dipengaruhi oleh Muawiyah.{{Sfn|Kennedy|2016|p=68}}{{Sfn|Jafri|1979|p=123}}{{sfn|Donner|2010|p=164}} Sebaliknya, Ali tidak memberikan bantuan finansial apa pun kepada kepala suku karena alasan prinsip.{{Sfn|Ayoub|2014|p=95}}{{Sfn|McHugo|2017|p=64}} Bagaimanapun, pemisahan diri dari begitu banyak {{Transliterasi|ar|Qurra}} dan sikap dingin para pemimpin suku telah melemahkan posisi Ali.{{Sfn|Shaban|1971|p=77}}{{Sfn|Anthony|2013|p=31}}{{Sfn|Kennedy|2016|p=69}} Akibatnya Ali kehilangan Mesir pada tahun 658, yang berhasil diambil alih oleh Muawiyah.{{Sfn|Donner|2010|p=165}}{{Sfn|Madelung|1997|p=|pp=268{{ndash}}9}} Mu'awiya juga mulai mengirimkan detasemen militer,{{sfn|Donner|2010|p=165}} yang menargetkan warga sipil di sepanjang sungai Efrat, dekat Kufah, serta di Hijaz dan juga [[Yaman]].{{sfn|Madelung|1997|pp=262, 288–291, 293}} Ali tidak dapat memberikan tanggapan yang tepat waktu terhadap serangan-serangan ini.{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Namun, pada akhirnya ia mendapatkan dukungan yang cukup untuk melancarkan serangan kedua terhadap kubu Suriah, yang rencananya akan dimulai pada akhir musim dingin tahun 661. Keberhasilannya sebagian disebabkan oleh kemarahan publik atas serangan di Suriah.{{Sfn|Madelung|1997|p=307}} Namun, rencana untuk kampanye kedua dibatalkan setelah [[pembunuhan Ali]].{{sfn|Donner|2010|p=166}}
 
== Pembunuhan ==
{{main|Pembunuhan Ali|Makam Imam Ali|Mausoleum Imam Ali}}
{{multiple image
| align = right
| direction = vertical
| width = 220
| image1 = Kufa Mosque 1.jpg
| caption1 = [[Masjid Agung Kufah]] di Kufah, [[Irak]], tempat Ali dibunuh.
| image2 = Meshed ali usnavy (PD).jpg
| caption2 = [[Makam Imam Ali]] di [[Najaf]], dekat Kufah, tempat Ali diyakini dimakamkan.
| image3 = روضه شریف.jpeg
| caption3 = [[Mausoleum Imam Ali|Hazrat Ali Mazar]], juga disebut Rawz-e-Sharif, di [[Mazari Syarif]], [[Afghanistan]], di mana beberapa orang mengeklaim bahwa Ali dimakamkan di sini.}}
 
Ali dibunuh saat memimpin [[salat subuh]] pada tanggal 28 Januari 661 (19 [[Ramadan]] 40 H) di [[Masjid Agung Kufah]], tanggal lain yang dicatat adalah 26 dan 30 Januari. Kepalanya dipukul oleh pemberontak Khawarij yang bernama [[Abdurrahman bin Muljam]] dengan menggunakan pedang berlapis racun,{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012g}} sebagai balas dendam atas kekalahan mereka dalam Pertempuran Nahrawan.{{Sfn|Madelung|1997|p=308}} Ali meninggal dunia pada usia enam puluh dua atau enam puluh tiga tahun. Menurut beberapa catatan, Ali sudah lama mengetahui nasibnya melalui firasat atau melalui ramalan dari Muhammad.{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012g}} Sebelum kematiannya, Ali mengatakan bahwa apabila ia mati, maka Ibnu Muljam akan dieksekusi sebagai pembalasan ({{transliteration|ar|[[Qisas|qiṣāṣ]]}}), dan apabila ia tetap hidup, maka Ibnu Muljam akan dibebaskan. Bagaimanapun, Ali meninggal dunia sekitar dua hari kemudian karena luka-lukanya, dan Ibnu Muljam kemudian dieksekusi oleh [[Hasan bin Ali|Hasan]], putra sulung Ali.{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012g}}{{Sfn|Madelung|1997|p=309}}
 
=== Pemakaman ===
Khawatir jenazahnya akan digali dan dicemarkan oleh musuh-musuhnya, tempat pemakaman Ali dirahasiakan dan masih belum diketahui pasti.{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Beberapa situs disebutkan menyimpan jenazah Ali, termasuk [[Makam Imam Ali|Makam Ali]] di [[Najaf]] dan [[Mausoleum Imam Ali|Mausoleum Ali]] di [[Mazari Syarif|Mazar]].{{Sfn|Kohlberg|1982}} Situs di Najaf diidentifikasi pada masa pemerintahan khalifah [[Kekhalifahan Abbasiyah|Abbasiyah]], [[Harun ar-Rasyid]] ({{Reign|786|809}}) dan kota Najaf yang ada di sekitarnya telah menjadi tujuan utama ziarah Syiah.{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Makam besar di Najaf yang bertahan hingga saat ini dibangun oleh syah [[Dinasti Safawiyah|Safawi]], [[Safi dari Persia]] ({{Reign|1629|1642}}).{{Sfn|Momen|1985|p=26}} Di dekat Makam, ini terdapat pemakaman besar bagi kaum Syiah yang ingin dimakamkan di sebelah [[Imamah|imam]] mereka.{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Najaf kemudian juga menjadi rumah bagi perguruan tinggi agama dan ulama-ulama Syiah terkemuka.{{Sfn|Veccia Vaglieri|2012a}}{{sfn|Gleave|2008}} Situs lain yang diklaim menjadi tempat di mana makam Ali berada adalah di [[Baghdad]], [[Damaskus]], [[Madinah]], dan [[Ray, Iran|Ray]]. Sementara itu, sebagian kecil penganut Syiah percaya bahwa makam Ali berada di suatu tempat di [[Kufah]].{{Sfn|Kohlberg|1982}}
 
==Penerus==
{{Main|Hasan bin Ali|Perjanjian Hasan–Mu'awiyah}}
{{See also|Tradisi pengutukan Ali oleh Dinasti Umayyah}}
 
Ketika Ali meninggal, putranya Hasan diakui sebagai khalifah berikutnya di Kufah.{{sfn|Wellhausen|1901|p=18}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012e}} Sebagai pewaris Ali, Hasan adalah pilihan yang jelas bagi masyarakat Kufah, terutama karena Ali sering berbicara tentang hak eksklusif kerabat Muhammad atas kepemimpinan.{{sfn|Madelung|1997|p=311}}{{sfn|Veccia Vaglieri|2012e}} Sebagian besar sahabat Muhammad yang masih hidup adalah anggota pasukan Ali, dan mereka juga berjanji setia kepada Hasan,{{sfn|Momen|1985|pp=26–7}}{{sfn|Jafri|1979|p=91}} namun dukungan masyarakat Kufah terhadap Hasan secara keseluruhan kemungkinan besar lemah.{{sfn|Momen|1985|p=27}}{{sfn|Jafri|1979|pp=109–10}} Hasan kemudian [[Perjanjian Hasan–Mu'awiyah|mengundurkan diri dari jabatannya]] pada bulan Agustus 661 kepada Muawiyah ketika Muawiyah bergerak ke Irak dengan kekuatan besar.{{sfn|Momen|1985|p=27}}{{sfn|Jafri|1979|pp=109–10}} Muawiyah kemudian mendirikan dinasti [[Kekhalifahan Umayyah]]. Sepanjang masa pemerintahannya, dia dikatakan menganiaya keluarga dan pendukung Ali,{{Sfn|Madelung|1997|p=334}}{{sfn|Lewis|2012}} dan mengamanatkan [[Tradisi pengutukan Ali oleh Dinasti Umayyah|pengutukan Ali di depan umum]].{{Sfn|Madelung|1997|p=334}}{{sfn|Dakake|2007|pp=67,78}}
 
==Keturunan==
{{Main|Bani Ali}}{{See also|Muhsin bin Ali|Hasaniyah|Husainiyah}}
Pernikahan pertama Ali adalah dengan [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]], putri Muhammad yang memberinya tiga orang putra, [[Hasan bin Ali|Hasan]], [[Husain bin Ali|Husain]], dan [[Muhsin bin Ali|Muhsin]].{{Sfn|Lewis|2012}} Muhsin meninggal saat masih bayi,{{sfn|Buehler|2014|p=186}} atau Fatimah mengalami keguguran ketika dia terluka dalam [[Serangan pada rumah Fatimah|penggerebekan]] di rumahnya selama krisis suksesi.{{sfn|Khetia|2013|p=78}} Keturunan Hasan dan Husain masing-masing dikenal sebagai [[Hasaniyah]] dan [[Husainiyah]].{{Sfn|Daftary|2014}} Sebagai keturunan Muhammad, mereka dihormati di komunitas Muslim dengan gelar kebangsawanan seperti {{Transliteration|ar|[[syarif]]}} dan {{Transliteration|ar|[[sayyid]]}}.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Ali dan Fatimah juga mempunyai dua orang putri, [[Zainab binti Ali|Zainab]] dan [[Ummu Kultsum binti Ali|Ummu Kultsum]].{{Sfn|Huart|2012b}} Setelah [[Pemakaman Fatimah|kematian Fatimah]] pada tahun 632, Ali menikah lagi beberapa kali dan memiliki lebih banyak anak, termasuk [[Muhammad al-Ausath bin Ali|Muhammad al-Ausath]] dan [[Abbas bin Ali]].{{Sfn|Huart|2012b}} Dalam hidupnya, Ali menjadi ayah dari tujuh belas anak perempuan, dan sebelas, empat belas, atau delapan belas anak laki-laki.{{Sfn|Lewis|2012}} Di antaranya adalah Hasan, Husain, dan [[Muhammad bin al-Hanafiyah]] yang memainkan peran bersejarah.{{sfn|Veccia Vaglieri|2012a}} Keturunan Ali secara umum dikenal sebagai [[Bani Ali]].{{Sfn|Daftary|2014}}
 
=== Masa pemerintahan Bani Umayyah (661{{Ndash}}750) ===
Mu'awiya menggantikan Ali pada tahun 661 dan mendirikan Kekhalifahan Dinasti Umayyah,{{Sfn|Madelung|2003}} di mana Bani Ali dianiaya dengan kejam.{{Sfn|Huart|2012b}} Setelah Ali, para pengikut fanatiknya ({{Transliterasi|ar|Syi'ah}}) mengakui putra sulungnya Hasan sebagai imam mereka. Ketika dia meninggal pada tahun 670, kemungkinan besar karena diracun atas dorongan Mu'awiya,{{sfn|Momen|1985|p=28}}{{sfn|Madelung|2003}}{{Sfn|Anthony|2013|p=216}} komunitas Syiah mengikuti adik laki-laki Hasan, Husain, yang dibunuh oleh pasukan Umayyah dalam [[Pertempuran Karbala]] pada tahun 680, bersama banyak kerabatnya.{{Sfn|Daftary|2014}} Untuk membalas pembantaian Karbala, pada tahun 685 terjadi pemberontakan Syiah [[Mukhtar ats-Tsaqafi|al-Mukhtar]], yang mengaku mewakili [[Muhammad bin al-Hanafiyah]], putra Ali yang lain.{{Sfn|Daftary|2014}} Gerakan utama yang terbentuk setelah pemberontakan ini adalah [[Kaisaniyyah|Kaisaniyah]] dan Imamiyah yang sekarang sudah punah.{{Sfn|McHugo|2017|p=104}} Kaum Kaysan sebagian besar mengikuti [[Abdullah bin Muhammad bin al-Hanafiyah|Abu Hasyim]], putra Ibnu al-Hanafiyah. Ketika Abu Hasyim meninggal sekitar tahun 716, kelompok ini sebagian besar bersekutu dengan [[Bani Abbasiyah]], yaitu keturunan paman Muhammad, [[Abbas bin Abdul Muthalib|Abbas]].{{Sfn|Daftary|2014}}{{Sfn|Momen|1985|p=69}} Di sisi lain, kaum Imamiyah dipimpin oleh keturunan Husain yang lebih netral, melalui putra satu-satunya yang masih hidup, [[Ali bin Husain|Ali Zainul Abidin]]. Imamiyah tetap netral sampai kepemimpinan mereka jatuh ke tangan [[Zaid bin Ali]], yang kemudian memimpin pemberontakan melawan Bani Umayyah sekitar tahun 740. Pemberontakan tersebut berhasil digagalkan.{{Sfn|Daftary|2014}} Bagi para pengikutnya, yang dikenal sebagai [[Zaidiyah]], setiap Hasaniyah atau Husainiyah terpelajar yang bangkit melawan tirani memenuhi syarat sebagai imam.{{Sfn|Momen|1985|p=|pp=49, 50}}
 
=== Masa pemerintahan Bani Abbasiyah (750{{Ndash}}1258) ===
Bani Ali juga dianiaya di bawah [[Kekhalifahan Abbasiyah|Abbasiyah]], yang menggulingkan Bani Umayyah pada tahun 750.{{Sfn|Daftary|2014}}{{Sfn|Momen|1985|p=71}} Beberapa kelompok dari Bani Ali kemudian memberontak,{{Sfn|Lewis|2012}} sementara beberapa lainnya mendirikan dinasti regional di daerah terpencil.{{Sfn|Daftary|2014}}{{Sfn|Donner|1999|p=26}} Secara khusus, melalui pemenjaraan atau pengawasan, Bani Abbasiyah menyingkirkan para imam Syiah Imamiyah dari kehidupan publik,{{Sfn|Sachedina|1981|p=25}}{{Sfn|Dakake|2007|p=211}} selama periode ini, Bani Abbasiyah dianggap bertanggung jawab atas kematian para imam.{{Sfn|Pierce|2016|p=44}}{{Sfn|Momen|1985|p=44}} Imamiyah Arus Utama adalah pendahulu dari [[Syiah Dua Belas Imam]],{{Sfn|McHugo|2017|p=107}} yang percaya bahwa imam kedua belas dan terakhir mereka, [[Muhammad al-Mahdi]], lahir sekitar tahun 868,{{Sfn|Momen|1985|p=161}} namun disembunyikan dari publik pada tahun 874 karena takut akan penganiayaan. Dia dipercaya tetap gaib atas kehendak Tuhan sampai kemunculannya kembali di akhir zaman untuk memberantas ketidakadilan dan kejahatan.{{Sfn|Amir-Moezzi|1998}}{{Sfn|McHugo|2017|p=108}} Satu-satunya perpecahan bersejarah di kalangan Imamah terjadi ketika imam keenam mereka, [[Ja'far ash-Shadiq]], meninggal pada tahun 765.{{Sfn|Daftary|2014}}{{Sfn|McHugo|2017|p=107}} Beberapa orang mengeklaim bahwa penggantinya yang ditunjuk adalah [[Isma'il bin Ja'far|Isma'il]], putra ash-Shadiq yang telah meninggal sebelum ash-Shadiq. Ini adalah awal dari terbentuknya Syiah [[Isma'iliyah]],{{Sfn|Daftary|2014}} yang kemudian berhasil meraih kesuksesan politik pada pergantian abad kesepuluh,{{Sfn|Haider|2014|p=92}} dan mendirikan [[Kekhalifahan Fatimiyah]] di Mesir dan [[Qaramitah]] di [[Arabia Timur|Bahrain]].{{Sfn|Daftary|2007|pp=2, 110, 128}}
 
== Karakter ==
{{Utama|Masa pemerintahan Ali}}
Ali dianggap oleh para pengikutnya sebagai teladan dalam perbuatan kebaikan yang esensial, khususnya dalam hal keadilan.{{sfn|Haj Manouchehri|2022}} Namun, catatan sejarah tentangnya sering kali memihak. Hal ini mungkin karena konflik-konflik awal Muslim yang melibatkan Ali telah diabadikan selama berabad-abad dalam tulisan-tulisan yang sektarian.{{sfn|Veccia Vaglieri|1960|p=385}} Misalnya, secara pribadi, Ali digambarkan dalam beberapa sumber Sunni sebagai sosok yang botak, bertubuh kekar, berkaki pendek, berbahu lebar, badannya berbulu, berjanggut putih panjang, dan mengalami radang mata.{{Sfn|Veccia Vaglieri|1960}} Sementara itu, catatan Syiah tentang penampilan Ali sangat berbeda dan mungkin lebih cocok dengan reputasinya sebagai seorang pejuang ulung.{{sfn|Abbas|2021|p=63}} Ia juga kerap tampil positif dalam karya seni Syiah dan Sufi.{{sfn|Haj Manouchehri|2022}} Dalam beberapa sumber Sunni, Ali juga ditampilkan sebagai orang yang kasar, keras, dan tidak ramah;{{sfn|Veccia Vaglieri|1960}} sedangkan sumber-sumber Syiah menggambarkan Ali sebagai orang yang murah hati, lemah lembut, dan ceria,{{sfn|Glassé|2001|p=41}}{{sfn|Haj Manouchehri|2022}} sampai-sampai propaganda pada perang Suriah tampaknya menuduhnya bersikap sembrono.{{Sfn|Shah-Kazemi|2022|p=105}} Sumber-sumber Syiah dan Sufi juga penuh dengan kisah-kisah tentang tindakan kebaikannya, terutama kepada orang miskin.{{Sfn|Shah-Kazemi|2022|p=|pp=35{{ndash}}36}} Kualitas-kualitas penting dalam diri seorang panglima, yang dijelaskan dalam sebuah surat tentang Ali, mungkin merupakan potret dirinya yang paling baik: tidak mudah marah, senang memaafkan, baik hati terhadap yang lemah, dan keras terhadap yang kuat.{{Sfn|Shah-Kazemi|2022|p=104}} Sahabat Ali, [[Sa'sa'ah bin Suhan|Sa'sa'a ibn Suhan]], diriwayatkan menggambarkannya sebagai berikut.
 
{{blockquote|Dia [Ali] ada di antara kita sebagai salah satu dari kita, dengan watak yang lembut, kerendahan hati yang kuat, memimpin dengan pendekatan halus, meskipun kami kagum padanya dengan rasa kagum yang dimiliki seorang tahanan yang terikat terhadap orang yang memegang pedang di atas kepalanya.{{sfn|Haj Manouchehri|2022}}{{sfn|Shah-Kazemi|2022|p=104}}}}
 
== Nama dan gelar ==
{{See also|Abu Turab}}
[[Berkas:Mirror_writing2.jpg|jmpl|[[Kaligrafi]] [[Utsmaniyah]] abad ke-18 bergaya ''mirror writing'' menuliskan frasa 'Ali Waliyullah' di kedua arahnya.]]
Ali dikenal dengan banyak nama dan gelar kehormatan dalam kebudayaantradisi Islam, beberapa di antaranya hanyaterutama dapatdigunakan ditemukanoleh pada sumber-sumberkaum Syiah.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Gelar-gelarnyaNama yakni{{Transliterasi|ar|[[kunyah]]}} Abu(teknonim) utamanya adalah {{Transliteration|ar|[[Abul al-Hasan|ʾAbūl Ḥasan]]}} ({{lit|bapakayahnya Hasan}}),.{{Sfn|Haj Manouchehri|2015}}{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Diantara banyak gelarnya antara lain [[Murtazaal-Murtadha|''al-MurtadaMurtaḍā'']] ({{lit|orang yang diridai oleh-Nyadiridhai [AllahTuhan]}}),{{Sfn|Haj Manouchehri|2015}}{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} [[Asadullah|''Asad Allāh'']] ({{lit|singaSinga Allah}}),{{Sfn|Alizadeh|2015}} dan [[HaydarHaidar|''Ḥaidar'']] ({{lit|singaSinga}}, nama yang awalnya dipilihkandiberikan oleh ibunya kepadanya).,{{Sfn|Haj Manouchehri|2015}} Khusus di kalangan Syiah, ia juga digelari antara lain ''[[Amirul Mukminin|Amīrul Muʾminīn]]'' ({{lit|pemimpinPemimpin orang-orang yang beriman}}), Imamdan {{transl|ar|Imām al-Muttaqin}} ({{lit|pemimpin orang-orang yang bertakwa}}), serta [[Wali]]yullah.{{Sfn|Haj Manouchehri|2015}}{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} [[Secara khusus, Syiah Dua Belas Imam|Imamiyyah]] menganggap gelar Amirul Mukminin hanya diberikan kepadamilik Ali.{{sfn|Gibb|19862012}} Ia juga dikenaldisebut sebagai [[Abu Turab|''Abū Turāb'']] ({{lit|bapak berdebudebu}}), yang diperkirakan berawal dari ejekan oleh musuh-musuhnya,{{Sfnsfn|Veccia VaglieriAfsaruddin|Nasr|19602023}} atau juga merujukyang pada saatawalnya ketikamungkin Muhammadmerupakan mendekatigelar Ali, mengusap debuhinaan dari pundaknya sambil memanggilnya, "''Abū Turāb''musuh-musuhnya."{{Sfn|HajVeccia ManouchehriVaglieri|20152012a}}
 
== Pandangan ==
{{Kembangkan bagian}}
{{Infobox saint|name=Ali|image=The first three Shiite Imams- Ali with his sons Hasan and Husayn, illustration from a Qajar manuscript, Iran, 1837-38 (gouache on paper).jpg|imagesize=150|alt=|caption=Ilustrasi guas Ali (tengah) dan putra-putranya, Hasan dan Husain ({{circa|1838}}, oleh pelukis tak dikenal)|titles={{Hlist|Khalifah|Imam}}|birth_date=|birth_place=|home_town=|residence=|death_date=|death_place=|feast_day=|venerated_in=[[Islam]]<br>[[Baháʼí]]<br>[[Druze]]<br>[[Yarsanisme]]|beatified_date=|beatified_place=|beatified_by=|canonized_date=|canonized_place=|canonized_by=|major_shrine=[[Makam Imam Ali]], [[Najaf]]|attributes=|patronage=|issues=|suppressed_date=|suppressed_by=|influences=|tradition=|influenced=|major_works=|birth_name=}}
 
=== Islam ===
Tempat Ali dikatakan berada di urutan kedua setelah Muhammad di [[budaya Islam|budaya Muslim]].{{sfn|Poonawala|1982}} Ali dihormati karena keberaniannya, kejujurannya, pengabdiannya yang teguh pada Islam, kemurahan hati, dan perlakuan yang setara terhadap semuanya Muslim.{{sfn|Madelung|1997|pp=309–310}} Bagi para pengagumnya, ia telah menjadi pola dasar Islam yang tidak korup dan kesatria pra-Islam.{{sfn|Madelung|1997|p=310}}
 
==== Dalam Al-Qur'an ====
{{Main|Ali dalam Al-Qur'an}}
[[Berkas:Memorial_stone_Imam_Reza.jpg|thumb|Ayat {{Transliteration|ar|Walayah}}, mungkin pernyataan paling kontroversial dalam Al-Quran yang terkait dengan Ali, terukir di tepi batu peringatan ini, berasal dari era [[Kekaisaran Seljuk|Seljuk]].]]
 
Ali secara teratur mewakili Muhammad dalam misi yang umumnya dikaitkan dengan perintah Al-Qur'an.{{sfn|Lalani|2006}}{{sfn|Momen|1985|pp=11–12}} Misalnya, [[Ayat Walayah|ayat {{Transl|ar|Walayah}}]] ({{Qref|5|55}}) merujuk pada saat Ali memberikan cincinnya kepada seorang pengemis, saat salat di masjid, menurut catatan Syiah dan beberapa sumber Sunni.{{sfn|Nasr et al.|2015|p=706}} Menurut sumber-sumber tersebut, ayat ini memberi Ali otoritas spiritual ({{Transliterasi|ar|[[walayah]]}}) yang sama dengan Muhammad.{{sfn|Nasr|Dagli|Dakake|Lumbard|2015|p=706-7}}{{Sfn|Mavani|2013|p=46}} Dalam sumber Syiah, dikatakan bahwa {{Transl|ar|[[Ayat Tabligh]]}} ({{Qref|5|67}}) mendorong Muhammad untuk menunjuk Ali sebagai penggantinya di Ghadir Khum, sedangkan {{Transl|ar|[[ayat Ikmal ad-Din|Ikmal ad-Din]]}} ({{Qref|5|3}}) yang turun setelahnya mengumumkan kesempurnaan agama Islam.{{Sfn|Mavani|2013|pp=70{{ndash}}71}} [[Ayat Penyucian]] ({{Qref|33|33}}) menyangkut status kesucian [[Ahlulbait]], yang terbatas pada Ali, Fatimah, dan kedua putra mereka dalam keyakinan kaum Syiah dan beberapa sumber Sunni.{{Sfn|Momen|1985|pp=16, 17}}{{Sfn|Leaman|2006}}{{Sfn|Momen|1985|pp=16–7, 325}} Referensi lain dari Al-Qur'an yang membahas penycian Ahlulbait mungkin termaktub dalam [[Ayat Mawaddah|ayat {{Transliterasi|ar|Mawaddah}}]] ({{Qref|42|23}}).{{sfn|Lalani|2000|p=66}}{{Sfn|Momen|1985|p=152}}{{Sfn|Mavani|2013|p=|pp=41, 60}} Dalam doktrin Syiah, ayat ini merupakan amanat Al-Quran untuk mencintai dan mengikuti Ahlulbait.{{Sfn|Mavani|2013|p=41|pp=}}{{sfn|Lalani|2000|pp=|p=66}}
 
==== Dalam literatus hadis ====
{{Main|Ali dalam literatur hadis}}
Muhammad sering memuji kualitas Ali. Pernyataan paling kontroversial seperti, "Barangsiapa yang menjadikanku {{Transliterasi|ar|mawla}} untuknya, maka Ali adalah {{Transliterasi|ar|mawla}} untuknya juga," disampaikan di Ghadir Khum. Hal ini memberikan Ali otoritas spiritual ({{Transliterasi|ar|walayah}}) yang sama dengan Muhammad, menurut Syiah.{{Sfn|Tabatabai|1975|p=35}} Sementara itu, [[hadis posisi]] menyamakan Muhammad dan Ali dengan Musa dan Harun,{{sfn|Miskinzoda|2015|p=69}} dan menjadi dasar dalil kaum Syiah bahwa hak Ali sebagai pewaris telah dirampas sepeninggal Muhammad.{{Sfn|Miskinzoda|2015|p=76}} Ada banyak pujian Muhammad kepada Ali yang terekam dalam literatur hadis, contoh pujian Muhammad yang termaktub dalam kumpulan hadis standar Syiah dan Sunni antara lain, "Tidak ada pemuda yang lebih berani dari Ali", "Tidak ada seorang pun kecuali orang beriman yang mencintai Ali, dan tidak ada seorang pun kecuali orang [[Munafiq|{{transliterasi|ar|munafik}}]] yang membenci Ali," "Aku dari Ali, dan Ali dariku; dialah {{Transliterasi|ar|wali}} setiap mukmin setelahku," "Kebenaran berputar di sekelilingnya [Ali] kemanapun dia pergi," "Akulah kota ilmu pengetahuan dan Ali adalah pintu gerbangnya ([[Bab (Islam Syiah)|{{transliterasi|ar|bab}}]])," serta "Ali bersama Al-Qur'an dan Al-Qur'an bersama Ali. Mereka tidak akan berpisah sampai mereka kembali kepadaku di kolam [surga].”{{sfn|Momen|1985|pp=14{{ndash}}15}}{{sfn|Shah-Kazemi|2014}}
 
==== Dalam tradisi Sufisme ====
Ali adalah sumber umum arus mistik dan spiritual dalam sekte Islam Sunni dan Syiah.{{Sfn|Shah-Kazemi|2007|p=134}}{{Sfn|Louër|2020|p=30}} Secara khusus, Ali adalah pemimpin spiritual dari beberapa gerakan [[Sufisme]],{{sfn|Gleave|2008}} karena kaum Sufi percaya bahwa Ali mewarisi pengetahuan esoteris dan otoritas suci dari Muhammad,{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} yang memandu orang-orang beriman mendekatkan diri mereka kepada Tuhan.{{sfn|Gleave|2008}} Hampir semua tarekat Sufi menelusuri garis keturunan mereka ke Muhammad melalui Ali, kecuali [[Tarekat Naqsyabandiyah]], yang mencapai nasab Muhammad melalui Abu Bakar.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}}
 
==== Dalam Islam Sunni ====
{{Main|Pandangan Sunni terhadap Ali}}
[[File:Arabic caligraphic seal in Hagia Sophia.jpg|thumb|Kata 'Ali' dalam [[Kaligrafi Islam|Kaligrafi Arab]], tertulis di [[Hagia Sophia]], [[Turki]].]]
Dalam Islam Sunni, Ali dihormati sebagai sahabat dekat Muhammad,{{Sfn|Rauf|2007|p=201}} dan otoritas terkemuka dalam penafsiran Al-Qur'an dan hukum Islam,{{Sfn|Lalani|2006|p=28}}{{Sfn|Rauf|2007|p=202}} serta sumber hikmah dalam spiritualitas Sunni.{{Sfn|Shah-Kazemi|2007|p=134}} Ketika Muhammad meninggal pada tahun 632, Ali mengklaim kepemimpinannya, mungkin mengacu pada Ghadir Khum,{{Sfn|Momen|1985|pp=19{{ndash}}20}}{{Sfn|Amir-Moezzi|2014}} tapi dia akhirnya menerima pemerintahan dari tiga khalifah pertama demi kepentingan persatuan umat Islam.{{Sfn|Keaney|2021|p=136}} Ali digambarkan dalam sumber-sumber Sunni sebagai penasihat terpercaya tiga khalifah pertama,{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}}{{sfn|Poonawala|1982}} sementara konflik mereka dengan Ali diminimalkan,{{Sfn|Jafri| 1979|p=45}}{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=78}} sejalan dengan kecenderungan Sunni untuk menunjukkan kerukunan antar sahabat.{{Sfn|Shah-Kazemi|2019|p=78}}{{Sfn|Lucas|2004|p=255-84}}{{Sfn|Soufi|1997|p=120}} Sebagai [[Khulafaur Rasyidin|khalifah Rasyidin]] keempat dan terakhir, Ali memiliki status yang sangat tinggi dalam Islam Sunni, meskipun penghormatan doktrinal terhadap Ali ini merupakan perkembangan terkini, yang mungkin dimulai oleh ahli tradisi Sunni terkemuka, [[Ahmad bin Hanbal]].{{Sfn|Gleave|2008}} Hierarki tradisional Sunni menempatkan Ali di bawah ketiga pendahulunya dan di atas mereka yang berperang melawannya.{{Sfn|Gleave|2008}}{{Sfn|Crone|2005|p=135}}{{Sfn|Rauf|2007|p= 201}} Meskipun begitu, masih terdapat penafsiran ulang mengenai ucapan-ucapan kenabian yang secara eksplisit meninggikan Ali di atas semua sahabat.{{Sfn|Gleave|2008}}
<!--
==== In Shia Islam ====
{{Main|Pandangan Syiah terhadap Ali}}
[[File:Shi'i_talismanic_piece.jpg|thumb|Ali with his sons, nineteenth century [[Iranian carpet|Iranian tapestry]]]]
Ali takes center stage in Shia Islam:{{Sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} The Arabic word ''shi'a'' itself is short for '{{Transliteration|ar|shi'a}} of Ali' ({{Lit|followers of Ali}}),{{Sfn|Shomali|2003|p=14}} his name is incorporated into the daily call to prayer ({{Transliteration|ar|[[adhan]]}}),{{Sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} and he is regarded as the foremost companion of Muhammad.{{Sfn|Steigerwald|2004|p=36}}{{Sfn|Poonawala|2014|p=305}} The defining doctrine of Shia Islam is that Ali was the rightful successor of Muhammad through divinely-ordained designation,{{Sfn|Poonawala|1982}}{{Sfn|Momen|1985|p=147}} which is primarily a reference to the Ghadir Khumm.{{Sfn|Daftary|2015|p=172}} Ali is thought to have inherited the political and religious authority of Muhammad, even before his ascension to the caliphate in 656.{{sfn|Gleave|2004}}{{sfn|Mavani|2013|pp=52, 53}} In particular, Ali's predecessors are regarded as illegitimate rulers and usurpers of his rights.{{Sfn|Poonawala|1982}} The all-encompassing bond of loyalty between Shia Muslims and their imams (and Muhammad in his capacity as imam) is known as {{Transliteration|ar|walaya}}.{{Sfn|Haider|2014|p=34}} Ali is also thought to be endowed with the privilege of [[Shafa'a|intercession]] on the [[Judgement Day in Islam|Judgment Day]].{{sfn|Gleave|2008}} Early on, some Shias even attributed divinity to Ali,{{Sfn|Poonawala|1982}}{{Sfn|Steigerwald|2004|p=36}} but such extreme views were gradually rooted out of Shi'ism.{{Sfn|Momen|1985|pp=67{{ndash}}68}}
 
In Shia belief, Ali also inherited the esoteric knowledge of Muhammad,{{Sfn|Shah-Kazemi|2015b}}{{Sfn|Steigerwald|2004|p=37}} for instance, in view of the prophetic hadith, "I [Muhammad] am the city of knowledge, and Ali is its gate."{{Sfn|Shah-Kazemi|2015b}} Ali is thus regarded, after Muhammad, as the interpreter, {{Transliteration|el|par excellence}}, of the Quran and the sole authoritative source of its (esoteric) teachings.{{Sfn|Daftary|2015|p=172}} Unlike Muhammad, however, Ali is not thought to have received [[Wahy|divine revelation]] ({{Transliteration|ar|wahy}}), though he might have been guided by divine inspiration ({{Transliteration|ar|ilham}}).{{sfn|Gleave|2004}}{{sfn|Mavani|2013|pp=52{{ndash}}53}} Verse 21:73 of the Quran is sometimes cited here, "We made them imams, guiding by Our command, and We revealed ({{Transliteration|ar|awhayna'}}) to them the performance of good deeds, the maintenance of prayers, and the giving of [[Zakat|{{transliteration|ar|zakat}}]] (alms), and they used to worship Us."{{sfn|Tabatabai|1975|pp=186–189}} Shia Muslims also believe in the [[Ismah|infallibility]] of Ali, as with Muhammad, that is, their divine protection from sins.{{sfn|Gleave|2008}}{{Sfn|Haider|2014|p=42}} Here, the [[verse of purification]] is sometimes cited.{{sfn|Mavani|2013|p=68}}{{Sfn|Momen|1985|p=155}} Ali's [[Sunnah|words and deeds]] are therefore considered a model for the Shia community and a source for their religious injunctions.{{sfn|Momen|1985|p=174}}{{sfn|Shah-Kazemi|2015a|p=38}}
 
==== In Alawism ====
The [[Alawites]] venerate Ali, the first of the Twelve Imams, as the physical manifestation of God.{{Sfn|Nisan|2002|p=116}}{{Sfn|Cosman|Jones|2009|p=407}} Even, the Alawite testimony of faith (''[[shahada]]'') translates as "there is no God but Ali".{{Sfn|Atwan|2015|p=58}} The Alawite trinity envisions God as being composed of three distinct manifestations, ''Ma'na'' (meaning), ''Ism'' (Name) and ''Bab'' (Door); which together constitute an "indivisible trinity". ''Ma'na'' symbolises the "source and meaning of all things" in Alawite mythology. According to Alawite doctrines, ''Ma'na'' generated the ''Ism'', which in turn built the ''Bab''. These beliefs are closely tied to the Alawite doctrine of reincarnations of the trinity.{{Sfn|Ismail|2016|p=67}}{{Sfn|Moosa|1987|p=311–312}} The final trinity of [[reincarnation]] in the Alawite trinity consists of Ali (''Ma'na''), Muhammad (''Ism'') and [[Salman the Persian]] (''Bab''). Alewites depict them as the sky, sun and moon respectively. Alawites deify Ali as the "last and supreme manifestation of God" who built the universe, attribute to him divine superiority, and believe that Ali created Muhammad and gave him the mission to spread Qur'anic teachings on earth.{{Sfn|Moosa|1987|p=312}}{{Sfn|Esposito|Moosa|1995|p=64}}{{Sfn|Ismail|2016|p=67}}{{Sfn|Nisan|2002|p=115, 117}}
 
=== In other religions ===
In the [[Druze]] faith, Ali is considered a "minor prophet," like [[Plato]] and [[Socrates]].<ref>[https://rpl.hds.harvard.edu/faq/druze-syria "Druze in Syria"]. ''Harvard Divinity School''. [[Harvard University Press]]. Archived from [http://web.archive.org/web/20230920161333/https://rpl.hds.harvard.edu/faq/druze-syria the original] on 9 December 2023. Retrieved 9 December 2023.</ref> Even though the faith originally developed out of the [[Isma'ilism|Isma'ili]] branch of Shia Islam, the Druze are not Muslims,{{Sfn|Jacobs|2014|p=193}}{{Sfn|McLaurin|1979|p=114}} and do not accept the [[Five Pillars of Islam|five pillars of Islam]].{{Sfn|McLaurin|1979|p=114}} In [[Yarsanism]], a religion founded by the [[Kurdish population|Kurdish]] mystic [[Sultan Sahak]], Ali is thought to be an incarnation of God,{{Sfn|Algar|1994|p=513}} and superior to Muhammad,{{Sfn|Algar|1994|p=513}} but their image as a [[Ghulat]] ({{Lit|exaggerators|extremists}}) subsect of Shia Islam is incorrect''.''{{Sfn|Algar|1994|p=513}}-->
 
== Warisan ==
=== Kontribusi terhadap ilmu-ilmu Islam ===
{{Main article|Kontribusi Ali terhadap ilmu-ilmu Islam}}
Pembacaan standar Al-Qur'an telah ditelusuri kembali ke Ali,{{Sfn|Modarressi|2003|p=3}}{{sfn|Hulmes|2008|p=45}}{{Sfn|Momen|1985|p=25}} dan warisan tertulisnya dipenuhi dengan topik seputar [[tafsir Al-Qur'an]].{{Sfn|Pakatchi|2015}} [[Ibnu Abbas]], seorang penafsir awal terkemuka, memuji Ali atas interpretasinya terhadap Al-Qur'an.{{Sfn|Lalani|2006|p=28}} Ali juga meriwayatkan beberapa ratus hadis kenabian.{{Sfn|Pakatchi|2015}} Ia selanjutnya dianggap sebagai orang pertama yang melakukan evaluasi sistematis hadis, dan sering dianggap sebagai tokoh pendiri ilmu hadis.{{Sfn|Pakatchi|2015}} Ali juga dianggap oleh sebagian orang sebagai pendiri [[Kalam|Teologi Islam]], dan perkataannya dianggap mengandung bukti rasional pertama dari [[Tauhid|keesaan Tuhan]] ({{Transl|ar|Tauhid}}) di Islam.{{sfn|Nasr|2006|p=|pp=2, 120}}{{sfn|Shah-Kazemi|2014}} Dalam [[Filsafat Islam]] kemudian, perkataan dan khotbah Ali ditelaah lebih dalam dengan tujuan untuk mencari pengetahuan metafisik darinya.{{sfn|Afsaruddin|Nasr|2023}} Secara khusus, {{Transl|ar|Nahjul Balaghah}} merupakan sumber penting bagi doktrin filosofis Syiah, setelah Al-Qur'an dan Sunnah.{{Sfn|Corbin|2006|pp=35{{ndash}}36}} Sebagai seorang Imam Syiah, pernyataan dan praktik yang dikaitkan dengan Ali dipelajari secara luas dalam Islam Syiah, yang dipandang sebagai kelanjutan dari ajaran kenabian.{{Sfn|Pakatchi|2015}}
 
===Karya===
 
[[File:Folio from a Nahj al-Balagha.gif|thumb|Folio dari naskah kuno {{Transl|ar|Nahjul Balaghah}}, sekitar tahun 1150 M.]]
Sebagian besar karya yang dikaitkan dengan Ali pertama kali disampaikan sebagai pidato dan kemudian dijadikan tulisan oleh orang lain. Ada juga kumpulan doa, seperti ''[[Du'a Kumail]]'', yang mungkin telah dia ajarkan kepada orang lain.{{sfn|Gleave|2008}}
 
===={{Transliteration|ar|Nahjul Balaghah}}====
{{Main|Nahjul Balaghah}}
{{Transliteration|ar|Nahjul Balaghah}} ({{Lit|jalan kefasihan}}) adalah kumpulan khotbah, surat, dan ucapan abad kesebelas, semuanya dikaitkan dengan Ali, yang disusun oleh [[Sharif al-Radi]], seorang ulama Syiah Dua Belas Imam terkemuka.{{sfn|Thomas|2008}}{{Sfn|Esposito|2003|p=227}} Karena isinya yang terkadang sensitif, keaslian {{Transliterasi|ar|Nahjul Balaghah}} telah lama menjadi perdebatan polemik. Namun, dengan menelusuri isinya dari sumber-sumber sebelumnya, penelitian akademis terbaru telah menghubungkan sebagian besar isi {{Transliterasi|ar|Nahjul Balaghah}} kepada Ali.{{sfn|Shah-Kazemi|2006}}{{sfn|Djebli|2012}} Buku tersebut, khususnya surat [[Risalah Ali bin Abi Thalib kepada Malik al-Asytar|instruksi]] yang ditujukan kepada Malik al-Asytar,{{sfn|Gleave|2008}} telah berfungsi sebagai landasan ideologis bagi pemerintahan Islam, terutama Islam Syiah.{{sfn|Esposito|2003|p=227}} Buku ini juga memuat pembahasan rinci tentang tanggung jawab sosial, dengan menekankan bahwa tanggung jawab yang lebih besar menghasilkan hak yang lebih besar.{{sfn|Esposito|2003|p=227}} {{Transliterasi|ar|Nahjul Balaghah}} juga memuat materi sensitif, seperti kritik tajam terhadap para pendahulu Ali dalam [[khotbah Syaqsyaqiyah]],{{sfn|Gleave|2008}} dan ketidaksetujuan terhadap Aisyah, Thalhah, dan Zubair yang memberontak terhadap Ali.{{sfn|Thomas|2008}}{{Sfn|Dakake|2007|p=225}} Dipuji sebagai contoh elokuensi Arab yang paling fasih,{{Sfn|Gleave|2008}} {{Transliterasi|ar|Nahjul Balaghah}} telah mempengaruhi sastra dan retorika Arab secara signifikan.{{Sfn|Shah-Kazemi|2006}} Banyak komentar telah ditulis mengenai kitab ini, termasuk karya komprehensif dari ulama [[Mu'tazilah]], [[Ibnu Abil Hadid]].{{sfn|Gleave|2008}}
 
==== ''{{Transliteration|ar|Ghurar al-Hikam}}'' ====
== Keluarga ==
[[File:Ghurar_al-Hikam_wa_Durar_al-Kalim.jpg|thumb|343x343px|Folio dari naskah kuno {{Transl|ar|Ghurar al-Hikam}}]]
=== Orangtua dan moyang ===
'''Ayah''' — ''''Imran''' (sekitar 539 – sekitar 619). Lebih dikenal dengan nama '''[[Abu Thalib]]'''. Pemimpin [[Bani Hasyim]]. Salah satu pelindung utama Muhammad di Makkah. Terdapat perbedaan pendapat, utamanya antara kalangan Sunni dan Syi'ah, mengenai status keislamannya. Menurut Sunni, Abu Thalib tidak masuk Islam sampai akhir hayatnya, sementara Syi'ah memandang bahwa Abu Thalib adalah seorang Muslim.
* Kakek — [[Syaibah bin Hasyim|'''Syaibah''' bin Hasyim]]. Lebih dikenal dengan ''''Abdul Muttalib'''.
* Nenek — [[Fatimah binti Amr|'''Fatimah''' binti Amr]] dari [[Bani Makhzum]]
'''Ibu''' — [[Fatimah binti Asad|'''Fatimah''' binti Asad]].
* Kakek — '''Asad''' bin Hasyim
* Nenek — '''Fatimah''' binti Qais
 
{{Transliteration|ar|[[Ghurar al-Hikam wa Durar al-Kalim]]}} ({{Literal translation|Nasihat luhur dan kata mutiara}}) disusun oleh Abdul Wahid al-Amidi, yang dikatakan merupakan ahli hukum [[mazhab Syafi'i|Syafiʽi]], atau menurut pendapat lain, ulama Syiah Dua Belas Imam. Buku tersebut berisi ribuan ucapan singkat Ali tentang ketakwaan dan etika.{{sfn|Shah-Kazemi|2007|p=4}}{{sfn|Gleave|2008}} Kata-kata mutiara dan karya-karya lain yang dikaitkan dengan Ali telah banyak mempengaruhi [[Sufisme|mistisisme Islam]].{{Sfn|Jozi|Shah-Kazemi|2015}}
=== Pasangan dan keturunan ===
{{utama|Keturunan Ali bin Abi Thalib}}
 
====Mushaf Ali====
'Ali menikahi delapan istri setelah meninggalnya [[Fatimah az-Zahra]].<ref name="Nadwi" /><ref>[http://www.muslim-canada.org/hadratali.htm The Life of Hadrat Ali]</ref>
{{Main|Mushaf Ali}}
* [[Fatimah az-Zahra|'''Fatimah''']] (615–632). Putri bungsu Muhammad dan Khadijah binti Khuwailid.
[[File:The Mushaf of Imam Ali.jpg|thumb|Tiga ayat pertama dari [[Surah Al-Buruj|Surah al-Buruj]] (85:1–3) yang merupakan bagian dari folio Mushaf Ali di perpustakaan [[Makam Imam Ali|Kuil Imam Ali]], [[Najaf]], Irak.]]
** [[Hasan bin Ali|'''Hasan''']] (624–670). Menjadi khalifah selama enam atau tujuh bulan pada tahun 661.
Mushaf Ali adalah resensi Al-Qur'an yang disusun oleh Ali, yang merupakan salah satu juru tulis pertamanya.{{sfn|Modarressi|2003|p=2}} Menurut beberapa catatan Syiah, kodeks ({{Transl|ar|[[mushaf]]}}) yang disusun oleh Ali ini ditolak untuk digunakan secara resmi selama krisis suksesi.{{Sfn|Modarressi|1993|p=13}} Beberapa tradisi Syiah awal juga menunjukkan perbedaan dengan standar [[Sejarah Al-Qur'an#Kanonisasi Al-Qur'an|Kodeks Utsmaniyah]],{{Sfn|Amir-Moezzi|2009|p=24}} meskipun Syiah saat ini berpandangan bahwa resensi Ali cocok dengan kodeks Utsmaniyah, kecuali urutan isinya.{{Sfn|Momen|1985|p=|pp=77, 81}} Kodeks Ali dikatakan berada dalam kepemilikan [[Muhammad al-Mahdi]], yang akan mengungkapkan kodeks tersebut (dan komentar resminya oleh Ali) ketika dia muncul kembali.{{Sfn|Amir-Moezzi|1994|p=89}}{{Sfn|Amir-Moezzi|1998}}
** [[Husain bin Ali|'''Husain''']] (625–680). Menikah dengan Syahrbanu, putri [[Yazdegerd III]], [[Kekaisaran Sasaniyah|Kaisar Sasaniyah]] terakhir. Terbunuh dalam [[Pertempuran Karbala]].
** [[Zainab binti Ali|'''Zainab''']] (626–681). Menikah dengan sepupunya, [[Abdullah bin Ja'far|'Abdullah bin Ja'far bin Abu Thalib]].
** '''Zainab''' As-Sughra (Zainab Kecil), juga dikenal dengan [[Ummu Kultsum binti Ali|'''Ummu Kultsum''']]. Menikah dengan [[Umar bin Khattab]]. Mahar untuk pernikahannya sebesar 40.000 dirham<ref>Muhammad ibn Jarir al-Tabari. ''Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk''. Translated by Smith, G. R. (1994). ''Volume 14: The Conquest of Iran'', hlm. 101. Albany: State University of New York Press.</ref> dan mereka hidup sebagai suami istri pada tahun 638.<ref>Muhammad ibn Jarir al-Tabari. ''Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk''. Translated by Juynboll, G. H. A. (1989). ''Volume 13: The Conquest of Iraq, Southwestern Persia, and Egypt'', hlm. 109-110. Albany: State University of New York Press.</ref> Tercatat Ummu Kultsum pernah memberikan hadiah parfum kepada Permaisuri Martina, istri Kaisar Romawi Timur [[Heraklius]]. Sebagai balasan, Martina menghadiahi kalung kepada Ummu Kulstum. Namun 'Umar yang percaya bahwa istrinya tak seharusnya ikut campur dalam urusan kenegaraan akhirnya menyerahkan kalung tersebut ke dalam perbendaharaan negara.<ref>Muhammad ibn Jarir al-Tabari. ''Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk''. Translated by Humphreys, R. S. (1990). ''Volume 15: The Crisis of the Early Caliphate'', hlm. 28. Albany: State University of New York Press</ref> Dalam sudut pandang Syi'ah, pernikahan antara Ummu Kulstum dan 'Umar adalah kisah rekaan.<ref>Umar's Marriage to Umm Kulthum in Shiite Narrations. (n.d) Retrieved from https://www.al-islam.org/critical-assessment-umm-kulthums-marriage-umar-sayyid-ali-al-husayni-al-milani/section-4-umars.</ref>
** '''Muhsin'''. Terlahir mati.
* '''[[Khaulah binti Ja'far]]''' dari [[Bani Hanifah]]. Saat masyarakat [[Yamamah]] menolak membayar zakat sepeninggal Muhammad, Khalifah Abu Bakar memerangi mereka. Khaulah dan beberapa wanita lain ditawan sebagai budak dan dibawa ke Madinah. Saat sukunya mengetahui nasib Asma, mereka mendatangi 'Ali bin Abi Thalib untuk membebaskannya dari perbudakan dan melindungi martabat keluarganya. 'Ali kemudian membeli Asma dan membebaskannya, kemudian menikahinya.
** [[Muhammad bin al-Hanafiyah]] (637–700)
* '''[[Umamah binti Abi al-Ash bin ar-Rabi']]'''. Ibunya adalah [[Zainab binti Muhammad|Zainab]], putri tertua Muhammad dan Khadijah binti Khuwailid. Ayahnya adalah [[Abu al-Ash bin ar-Rabi']] dari [[Bani Abdu Syams]].
** '''Muhammad al-Ausath'''
* [[Fatimah binti Hizam|'''Fatimah''' binti Hizam]]. Juga dikenal dengan Ummul-Banin. Berasal dari [[Banu Kilab|Bani Kilab]].
** [[Abbas bin Ali|Al-'Abbas]]
** [[Utsman bin Ali|Utsman]]
** '[[Abdullah bin Ali bin Abi Thalib|Abdullah]]
** [[Ja'far bin Ali|Ja'far]]
* '''Laila''' binti Mas'ud
** [[Ubaidillah bin Ali|Ubaidillah]]
** [[Abu Bakar bin Ali|Abu Bakar]]
* [[Asma' binti Umais|'''Asma'''' binti Umais]]. Secara keseluruhan, Asma menikah sebanyak tiga kali dan 'Ali adalah suami terakhirnya. Suami pertama Asma adalah saudara 'Ali sendiri, [[Ja'far bin Abi Thalib]]. Suami keduanya adalah Khalifah [[Abu Bakar Ash-Shiddiq]].
** Yahya
** Aun
* '''Ash-Shahba'''' binti Rabi'ah
** 'Umar
** Ruqayyah. Dikatakan mengungsi ke anak benua India dan mendakwahkan Islam di sana setelah Pertempuran Karbala.
* '''Ummu Sa'id''' binti Urwah
** Ummul Hasan
** Ramlah Kubra
* '''Mahabba''' binti Imru'ul Qais
** seorang putri, meninggal ketika masih kecil
* '''[[Umm walad|Ummu walad]]'''
** Muhammad al-Ashghar
 
==== ''{{Transliteration|ar|Kitab Ali}}'' ====
Banyak keturunan Ali yang tewas terbunuh dalam [[Pertempuran Karbala]]. Keturunannya yang masih ada saat ini merupakan para keturunan dari Hasan dan Husain (anak Fatimah), Muhammad bin al-Hanafiyah (anak Khaulah), Abbas (anak Ummul Banin), dan Umar (anak Ash-Shahba').<ref name="Nadwi" />
{{Main|Kitab Ali}}
{{Transliteration|ar|Kitab Ali}} adalah kumpulan ucapan kenabian yang dikumpulkan oleh Ali. Buku tersebut mungkin membahas masalah [[halal|{{transl|ar|Halal}}]] dan [[haram|{{transl|ar|Haram}}]], termasuk rincian hukum pidananya. ''{{Transliteration|ar|Kitab Ali}}'' juga sering dikaitkan dengan {{Transl|ar|[[al-Jafr (buku)|al-Jafr]]}}, yang konon mengandung ajaran esoteris Muhammad untuk keluarganya.{{sfn|Esposito|2003|pp=175–176}}{{sfn|Modarressi|2003|p=5}} Copies of ''{{Transliteration|ar|Kitab Ali}}'' kemungkinan besar tersedia hingga awal abad kedelapan, dan sebagian darinya masih bertahan dalam karya-karya Syiah dan Sunni selanjutnya.{{Sfn|Pakatchi|2015}}
 
===Karya lainnya===
Keturunan Ali melalui putranya Hassan dikenal dengan Syarif, dan dari jalur Hussein dikenal dengan Sayyid. Sebagai keturunan langsung Muhammad, mereka dihormati oleh Sunni dan Syi'ah. Keturunan Ali secara kesuluruhan dari para istrinya dikenal sebutan dengan [[Alawiyin]] atau '''Alawiyah'''.
{{Transliteration|ar|[[Du'a Kumail]]}} adalah kumpulan doa Syiah populer yang dikaitkan dengan Ali, yang disampaikan oleh temannya, [[Kumail bin Ziyad]].{{sfn|Gleave|2008}} Karya lain yang dikaitkan dengan Ali adalah {{Transl|ar|Kitab al-Diyat}} yang berisi tentang hukum Islam dan dikutip lengkap dalam kumpulan hadis Syiah {{Transl|ar|[[Man La Yahduruhu al-Faqih]]}}.{{sfn|Modarressi|2003|pp=12–13}} Keputusan hukum dan perintah eksekutif Ali pada masa kekhalifahannya juga telah dicatat.{{sfn|Modarressi|2003|p=17}} Karya-karya lain yang masih ada yang dikaitkan dengan Ali dikumpulkan dalam {{Transl|ar|[[Kitab al-Kafi]]}} dan sumber Syiah lainnya.{{sfn|Gleave|2008}}
 
== Lihat pula ==
Baris 190 ⟶ 322:
===Buku===
{{refbegin|colwidth=30em}}
*{{cite book |last=Abbas |first=Hassan |date=2021 |title=The Prophet's Heir: The Life of Ali ibn Abi Talib |publisher=Yale University Press |isbn=9780300252057|ref={{sfnref|Abbas|2021}}harv}}
* {{cite book |author-last=Adamec |author-first=Ludwig W. |url=https://archive.org/details/historical-dictionary-of-islam-third-edition/mode/ |title=Historical Dictionary of Islam |publisher=Rowman & Littlefield |year=2016 |isbn=9781442277243|ref={{sfnref|Adamec|2016}}harv}}
*{{cite book |last=Afsaruddin |first=Asma |date=2013 |title=The First Muslims: History and Memory |publisher=Oneworld Publications |isbn=9781780744483 |url=https://archive.org/details/the-first-muslims-history-and-memory-by-asma-afsaruddin/mode/2up|ref={{sfnref|Afsaruddin|2013}}harv}}
*{{cite book |last=Al-Mufid |first=Al-Shaykh |author-link=Al-Shaykh Al-Mufid |date=1986 |title=Kitab Al-Irshad: The Book of Guidance into the Lives of the Twelve Imams |publisher=Routledge Kegan & Paul |isbn=978-0-7103-0151-2 |ref={{sfnref|Al-Mufid|1986}}harv}}
* {{cite book |title=The Divine Guide In Early Shi'ism: The Sources of Esotericism in Islam |author-first=Mohammad Ali |author-last=Amir-Moezzi |translator-first=David |author-link=Mohammad Ali Amir-Moezzi |translator-last=Streight |publisher=State University of New York Press |year=1994 |isbn=0791421228 |url=https://archive.org/details/thedivineguideinearlyshiism1/mode/1up |url-access=registration|ref={{sfnref|Amir-Moezzi|1994}}harv}}
* {{cite book |title=Revelation and Falsification |author1-first=Mohammad Ali|author1-last=Amir-Moezzi |editor1-first=Etan |isbn=9789004167827 |editor1-last=Kohlberg |editor2-first=Mohammad Ali |editor2-last=Amir-Moezzi |author-link= |url=https://archive.org/details/KohlbergMoezziREVELATIONANDFALSIFICATIONTheKitabAlQiratOfAhmadB.MuhammadAlSayyariLeiden2009./mode/2up |url-access=registration |year=2009 |publisher=Brill|chapter=Information, Doubts and Contradictions in Islamic Sources|pages=12{{ndash}}23|ref={{sfnref|Amir-Moezzi|2009}}harv}}
*{{cite book |last=Aslan |first=Reza |date=2011 |url=https://archive.org/details/nogodbutgodorigi0000asla_n9k1/mode/2up |title=No god But God: The Origins, Evolution, and Future of Islam |publisher=Random House |isbn=9780812982442|ref={{sfnref|Aslan|2011}}harv}}
*{{cite book |last=Ayoub |first=Mahmoud M. |date=2014 |title=The Crisis of Muslim History: Religion and Politics in Early Islam |publisher=Oneworld Publications | isbn=9781780746746 |url=https://archive.org/details/crisisofmuslimhi0000ayou|ref={{sfnref|Ayoub|2014}}harv}}
*{{cite book |last=Badie |first=Dina |date=2017 |url=https://books.google.com/books?id=3Fk7DwAAQBAJ |title=After Saddam: American Foreign Policy and the Destruction of Secularism in the Middle East |publisher=Lexington Books |isbn=978-1-4985-3900-5|ref={{sfnref|Badie|2017}}harv}}
*{{cite book |last1=Bar-Asher |first1=Me'ir Mikha'el |last2=Kootstra |first2=Gauke de |last3=Kofsky |first3=Arieh |date=2002 |title=The Nuṣayr−i-ʻalaw−i Religion: An Enquiry into Its Theology and Liturgy |url=https://books.google.com/books?id=2bli4DyuHRIC&pg=RA1-PA153 |publisher=BRILL |isbn=978-90-04-12552-0 |ref={{sfnref|Bar-Asher|Kootstra|Kofsky|2002}}}}
*{{cite book |last=Bodley |first=R.V.C. |date=1946 |url=https://archive.org/details/messengerlifeofm00bodl/page/348/mode/2up |title=The messenger; the life of Mohammed |publisher=Doubleday & Company, inc.|ref={{sfnref|Bodley|1946}}}}
Baris 212 ⟶ 344:
*{{cite book |last=Donner |first=Fred M. |date=1999 |editor1-last=Esposito |editor1-first=John L. |title=The Oxford history of Islam |publisher=Oxford University Press |location=New York |url=https://books.google.com/books?id=imw_KFD5bsQC&q=The+Oxford+History+of+Islam&pg=PA1 |chapter=Muhammad and the Caliphate |isbn=9780195107999|ref={{sfnref|Donner|1999}}}}
*{{cite book |last=Donner |first=Fred M. |date=2010 |title=Muhammad and the believers : at the origins of Islam |url=https://www.worldcat.org/oclc/456169900 |publisher=The Belknap Press of Harvard University Press |isbn=978-0-674-05097-6 |location=Cambridge, Mass. |oclc=456169900|ref={{sfnref|Donner|2010}}}}
*{{cite book |last=Esposito |first=John |author-link=John Esposito |date=2003 |title=The Oxford dictionary of Islam |url=https://archive.org/details/oxforddictionary0000unse_s7n5 |publisher=Oxford University Press |isbn=978-0-19-512559-7|ref={{sfnref|Esposito|2003}} }}
*{{cite book |last=Esposito |first=John |author-link=John Esposito |date=2004 |title=The Oxford dictionary of Islam |publisher=Oxford University Press |location=New York |isbn=9780195125597 |url=https://books.google.com/books?id=6VeCWQfVNjkC&q=The+Oxford+dictionary+of+Islam|ref={{sfnref|Esposito|2004}}}}
* {{cite book |chapter=What Is Sunni Islam? |author-last=Feisal |author-first=Abdul Rauf |title=Voices of Islam |volume=1 |editor-first=Vincent J. |publisher=Praeger Publishers |year=2007 |isbn=978-0-275-98732-9 |editor-last=Cornell |pages=185–216 |chapter-url=https://archive.org/details/voicesofislam0001unse/page/184/mode/2up|ref={{sfnref|Feisal|2007}}}}
Baris 229 ⟶ 361:
*{{cite book |last=Lambton |first=Ann K. S. |date=1991 |title=Landlord and Peasant in Persia |url=https://archive.org/details/landlordpeasanti0000lamb_c8q8 |publisher=I.B.Tauris |isbn=978-1-85043-293-7|ref={{sfnref|Lambton|1991}}}}
*{{cite book |last=Lapidus |first=Ira |date=2002 |title=A History of Islamic Societies |url=https://archive.org/details/historyofislamic0000lapi_t2d2 |publisher=Cambridge University Press |edition=2nd |isbn=978-0-521-77933-3|ref={{sfnref|Lapidus|2002}}}}
*{{cite book |editor-last=Lawson |editor-first=Todd |date=2005 |title=Reason and Inspiration in Islam: Theology, Philosophy and Mysticism in Muslim Thought |url=https://archive.org/details/reasoninspiratio0000unse |publisher=I.B.Tauris |isbn=978-1-85043-470-2|ref={{sfnref|Lawson|2005}}}}
*{{cite book |last=Lewis |first=Bernard |author-link=Bernard Lewis |date=1968 |title=The Arabs in History |publisher=Hutchinson & Co |url=https://archive.org/details/arabsinhistory0000lewi/mode/ |ref={{sfnref|Lewis|1968}}}}
*{{cite book |last=Lewis |first=Bernard |author-link=Bernard Lewis |date=1991 |title=The Political Language of Islam |publisher=University of Chicago Press |isbn=978-0-226-47693-3|ref={{sfnref|Lewis|1991}}}}
*{{cite book |last=Madelung |first=Wilferd |author-link=Wilferd Madelung |date=1997 |title=The Succession to Muhammad: A Study of the Early Caliphate |url=https://archive.org/details/successiontomuam0000made |publisher=Cambridge University Press |isbn=978-0-521-64696-3|ref={{sfnref|Madelung|1997}}}}
*{{cite book |last=Mavani |first=Hamid |date=2013 |title=Religious Authority and Political Thought in Twelver Shi'ism: From Ali to Post-Khomeini |url=https://archive.org/details/religiousauthori0000mava/mode/ |publisher=Routledge |isbn=9780415624404|ref={{sfnref|Mavani|2013}}}}
*{{cite book |last=McHugo |first=John |date=2018 |title=A Concise History of Sunnis and Shi'is |publisher=Georgetown University Press |isbn=9781626165885|ref={{sfnref|McHugo|2018}}}}
Baris 257 ⟶ 389:
*{{cite book |last=Shah-Kazemi |first=Reza |date=2022 |title=Imam 'Ali: Concise History, Timeless Mystery |publisher=I.B. Tauris |isbn=9781784539368|ref={{sfnref|Shah-Kazemi|2022}}}}
* {{cite book |editor1-last=Morgan |editor1-first=Kenneth W. |url=https://www.religion-online.org/book-chapter/chapter-5-shia-by-mahmood-shehabi |title=Islam, the Straight Path: Islam Interpreted by Muslims |publisher=Motilal Banarsidass |year=1993 |isbn=8120804031 |editor-link=Kenneth W. Morgan |chapter=Shi'a |author-first=Mahmood |author-last=Shehabi |pages=180{{ndash}}223|ref={{sfnref|Shehabi|1993}}}}
*{{cite book |last1=Stearns |first1=Peter N. |last2=Langer |first2=William Leonard |date=2001 |title=The Encyclopedia of World History: Ancient, Medieval, and Modern |url=https://archive.org/details/encyclopediaofwo0000unse_i2x5 |publisher=Houghton Mifflin Books |isbn=978-0-395-65237-4|ref={{sfnref|Stearns|Langer|2001}}}}
*{{cite book |last=Tabatabai |first=Muhammad Husayn |author-link=Muhammad Husain Thabathaba'i |date=1977 |title=Shiite Islam |url=https://archive.org/details/shiiteislam0000taba |publisher=State University of New York Press |isbn=978-0-87395-272-9 |translator-last=Nasr |translator-first=Hossein|ref={{sfnref|Tabatabai|1977}}}}
*{{cite book |last=Tabatabai |first=Muhammad Husayn |author-link=Muhammad Husain Thabathaba'i |date=1979 |title=Shi'ite Islam |url=https://archive.org/details/shiiteislam0000taba |publisher=Suny press |isbn=978-0-87395-272-9 |translator=[[Seyyed Hossein Nasr]]|ref={{sfnref|Tabatabai|1979}}}}
* {{cite book |author-last=Veccia Vaglieri |author-first=Laura |url=https://archive.org/details/cambridgehistory0001unse_v9h2/mode/2up |title=The Cambridge History of Islam |publisher=Cambridge University Press |year=1970 |editor1-last=Holt |editor1-first=Peter M. |volume=1 |pages=57–103 |chapter=The Patriarchal and Umayyad Caliphates |editor2-last=Lambton |editor2-first=Ann K.S. |editor3-last=Lewis |editor3-first=Bernard|ref={{sfnref|Veccia Vaglieri|1970}}}}
*{{cite book |last=Watt |first=William Montgomery |author-link=William Montgomery Watt |date=1953 |title=Muhammad at Mecca |publisher=Oxford University Press |title-link=Muhammad at Mecca (book)|ref={{sfnref|Watt|1953}}}}
Baris 281 ⟶ 413:
*{{cite encyclopedia |last=Pellat |first=Charles |author-link=Charles Pellat |date=2011 |title=Abū Loʾloʾa |encyclopedia=Encyclopaedia Iranica |editor1-last=Yarshater |editor1-first=Ehsan |editor1-link=Ehsan Yarshater |url=https://iranicaonline.org/articles/abu-loloa-a-persian-slave-of-mogira-b|ref={{sfnref|Pellat|2011}}}}
*{{cite encyclopedia |last1=Poonawala |first1=I.K. |last2=Kohlberg |first2=E. |date=2011 |orig-date=Originally published 1985 |title=ʿAlī b. Abī Ṭāleb |encyclopedia=[[Encyclopædia Iranica]] |url=https://www.iranicaonline.org/articles/ali-b-abi-taleb |access-date=2022-11-30 |ref={{sfnRef|Iranica|2011}}}}
*{{cite encyclopedia |last1=Poonawala |first1=Ismail |date=2011 |title=ʿAlī b. Abī Ṭāleb |encyclopedia=Encyclopædia Iranica |url=http://www.iranicaonline.org/articles/ali-b-abi-taleb |archive-url=https://web.archive.org/web/20110429163734/http://www.iranicaonline.org/articles/ali-b-abi-taleb |archive-date=29 April 2011 |url-status=live |df=mdy-all|ref={{sfnref|Poonawala|2011}}harv}}
 
====Encyclopaedia of Islam====
Baris 289 ⟶ 421:
*{{cite encyclopedia |last=Gibb |first=H.A.R. |date=1986 |title=Amīr al-Muʾminīn |encyclopedia=[[Encyclopaedia of Islam]], second Edition |publisher=[[Brill Publishers]] |url=http://referenceworks.brillonline.com/entries/encyclopaedia-of-islam-2/amir-al-muminin-SIM_0617|ref={{sfnref|Gibb|1986}}}}
*{{cite encyclopedia |last=Gleave |first=Robert M. |date=2008 |title=Ali ibn Abi Talib |encyclopedia=[[Encyclopaedia of Islam]] |edition=third |access-date=29 March 2013 |publisher=[[Brill Publishers]] |url=http://referenceworks.brillonline.com/entries/encyclopaedia-of-islam-3/ali-b-abi-talib-COM_26324 |archive-url=https://web.archive.org/web/20130402034949/http://referenceworks.brillonline.com/entries/encyclopaedia-of-islam-3/ali-b-abi-talib-COM_26324 |archive-date=2 April 2013 |url-status=live|ref={{sfnref|Gleave|2008}}}}
*{{cite encyclopedia |author-last=Huart |author-first=Cl. |date=20222012a |title='Ali |encyclopedia=[[Encyclopaedia of Islam]] |doi=10.1163/2214-871X_ei1_COM_0020 |edition=firstFirst |url=httpshttp://referenceworksdx.brillonlinedoi.comorg/entries10.1163/encyclopaedia2214-of871X_ei1_COM_0020|url-islamaccess=subscription|editor1-1/ali-COM_0020?s.numfirst =0&s.mode=and&s M.fTh.s2_parent|editor1-last=s Houtsma|editor2-first= T.fW.cluster.Encyclopaedia+of+Islam&s.au|editor2-last=huart&s Arnold|editor3-first= R.q|editor3-last=Ali Basset|refeditor4-first={{sfnref R.|Huarteditor4-last= Hartmann|2022}}isbn= 978-90-04-08265-6|ref=harv}}
* {{cite encyclopedia|author-last=Huart|author-first= Cl.|title= ʿAlids'Alids|encyclopedia= Encyclopaedia of Islam|edition= First|editor1-first=M.Th.|editor1-last= Houtsma|editor2-first= T.W.|editor2-last= Arnold|editor3-first= R.|editor3-last= Basset|editor4-first= R.|editor4-last= Hartmann|year=2012b|doi= 10.1163/2214-871X_ei1_SIM_0645|url= http://dx.doi.org.wikipedialibrary.idm.oclc.org/10.1163/2214-871X_ei1_SIM_0645|yearurl-access=2012subscription|doiisbn= 10.1163/2214978-90-871X_ei1_SIM_064504-08265-6|isbnedition= 9789004082656|url-access=subscriptionFirst|ref={{sfnref|Huart|2012}}harv}}
*{{cite encyclopedia |last=Jones |first=Linda G. |date=2009 |title=Ali ibn Abi Talib (ca. 597-661) |encyclopedia=[[Encyclopaedia of Islam]] |editor-last=Campo |editor-first=Juan Eduardo |publisher=Infobase Publishing |isbn=9781438126968 |pages=33, 34|ref={{sfnref|Jones|2009}}}}
* {{cite encyclopedia|author-last=Lecker|author-first= M.|title=Ṣiffīn| encyclopedia= Encyclopaedia of Islam|edition= Second|editor1-first= P.|editor1-last= Bearman|editor2-first= Th.|editor2-last= Bianquis|editor3-first= C.E.|editor3-last= Bosworth|editor4-first= E.|editor4-last= van Donzel|editor5-first= W.P.|editor5-last= Heinrichs|url=http://dx.doi.org/10.1163/1573-3912_islam_SIM_7018|year= 2012|doi= 10.1163/1573-3912_islam_SIM_7018|isbn=9789004161214|ref={{sfnref|Lecker|2012}}}}
Baris 427 ⟶ 559:
[[Kategori:Ahlul Bait]]
[[Kategori:Bani Hasyim]]
[[Kategori:Imam Syi'ahSyiah]]
[[Kategori:Empat belas masum]]
[[Kategori:Dua Belas Imam]]