Sulaiman Ar-Rasuli: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ringroad (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
(77 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox orang}}
{{gabungdari|Syekh Sulaiman ar-Rasully}}
[[Syekh]] '''Sulaiman ar-Rasuli''' yang juga dikenal sebagai '''Inyiak Canduang''' ({{lahirmati|[[Candung]], [[Agam]], [[Sumatera Barat]]|10|12|1871||1|8|1970}}) adalah seorang [[ulama Minangkabau]] yang mendirikan [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]] (Perti) dan [[Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang|Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang]]. Ia dianggap sebagai tokoh yang menyebarluaskan gagasan keterpaduan adat Minangkabau dan syariat lewat ungkapan ''[[Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah|Adaik basandi syarak, syarak basandi Kitabullah]]''.{{sfn|Kosim|2014|p=237}}
{{referensi}}
<!--SYEIKH SULAIMAN AR-RASULI
 
== Riwayat Hidup ==
Pahlawan Mazhab Syafie
Oleh WAN MOHD. SHAGHIR ABDULLAH
 
=== Latar belakang dan pendidikan ===
AKHIR-akhir ini, baik dalam percakapan mahupun dalam siaran akhbar, banyak dibicarakan tentang Wahabi. Sebenarnya kadang-kadang orang yang menggunakan istilah tersebut ataupun mereka yang menulis mengenainya sendiri tidak mengerti apa yang mereka perkatakan. Ketika pertama kali perkara 'khilafiyah' melanda dunia Melayu, terutama di Jawa dan Sumatera pada 1912 dan hangat dibicarakan tahun 1930-an, istilah Wahabi belum begitu popular. Yang popular ialah istilah 'Kaum Muda'. Kaum Muda sangat kontroversi dengan 'Kaum Tua'.
Sulaiman lahir di [[Candung]] pada 10 Desember 1871 dari pasangan Muhammad Rasul Tuanku Mudo dan Siti Buliah. Ia memperoleh pendidikan agama pertama dari ayahnya yang merupakan guru agama di Surau Tangah. Kakek Sulaiman dari pihak ayah, Tuanku Nan Paik, juga merupakan ulama di Candung.{{sfn|Rusli|1978|p=5}}
 
Pada 1881, ia belajar [[al-Qur'an]] kepada [[Abdurrahman Batuhampar|Syekh Abdurrahman]] dan Syekh Muhammad Arsyad di [[Batuhampar, Akabiluru, Lima Puluh Kota|Batuhampar]]. Dua tahun kemudian, ia merantau ke [[Biaro Gadang, Ampek Angkek, Agam|Biaro]] untuk belajar [[bahasa Arab]] kepada [[Abdussamad Tuanku Samiak|Syekh Abdussamad Tuanku Samiak]]. Ketika Tuanku Samiak tidak mengajar karena berangkat [[haji]], Sulaiman berguru kepada Syekh Muhammad Ali Tuanku Kolok, Syekh Muhammad Salim Sungai Dareh, dan Syekh Abdussalam Banuhampu. Pada 1890, Sulaiman belajar [[fikih]], [[usul fikih]], [[tafsir al-Qur'an]], [[tauhid]], dan lain-lain kepada [[Abdullah Halaban|Syekh Abdullah]] di [[Halaban, Lareh Sago Halaban, Lima Puluh Kota|Halaban]], kemudian mengajar di surau gurunya sejak 1896.{{sfn|Ilyas|1995|p=4}}
Yang dimaksudkan dengan istilah 'Kaum Muda' ialah golongan yang terpengaruh dengan pemikiran Syeikh Muhammad Abduh dan muridnya, Sayid Rasyid Ridha, kedua-duanya pemikir Islam terkenal di Mesir. Istilah 'Kaum Muda' disebut juga dengan istilah 'Tajdid' (pembaharuan) atau juga istilah 'Reformis'. Dalam konteks ketiga-tiga istilah tersebutlah, muncul apa yang akhir-akhir ini diistilahkan orang dengan Wahabi atau Wahabiyah.
 
Pada 1902, Sulaiman kembali ke Canduang untuk mengajar di sana sampai ia berangkat haji pada 1903. Di [[Makkah]], ia belajar kepada beberapa ulama di sana selama empat tahun. Beberapa ulama yang menjadi guru Sulaiman antara lain [[Ahmad Khatib Al-Minangkabawi|Syekh Ahmad Khatib al-Minankabawi]], [[Muhammad Mukhtar bin Atharid al-Bughuri|Syekh Mukhtar Atarid al-Bughuri]], Syekh Umar Bajunaid al-Hadrami, Syekh Ahmad Syata al-Makki, Syekh Ali al-Kalantani, Syekh Usman as-Sarawaqi, Syekh Said al-Yamani, dan Syekh Ahmad al-Fatani.{{sfn|Ilyas|1995|p=5}}{{sfn|Kosim|2015|p=24}}
Istilah tersebut digunakan oleh orang yang tidak menyukai mereka, namun golongan yang dipanggil Wahabi itu lebih suka kepada istilah 'Salafi' atau 'Salaf'. Istilah 'Salafi' banyak dibicarakan di Indonesia, dan belum begitu dikenali di Malaysia dan Patani.
 
Setelah menuntut ilmu di Makkah, Syekh Sulaiman kembali ke [[Dataran Tinggi Minangkabau|Minangkabau]] dan membuka halakah di Surau Baru, Candung pada 1908.{{sfn|Kosim|2013|p=21}} Pada 1923, Syekh Sulaiman kembali ke Batuhampar untuk ber[[suluk]] di bawah bimbingan Syekh Muhammad Arsyad. Dari Syekh Arsyad, Syekh Sulaiman memperoleh ijazah [[mursyid]] [[Naqsyabandiyah]].{{sfn|Latief|1988|p=326}}
Istilah 'Kaum Tua' adalah golongan ulama yang tetap mengikut salah satu mazhab yang empat dalam fiqh. Dalam konteks dunia Melayu ialah Mazhab Syafie. Dalam akidah pula ialah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang berpedomankan dua orang imam iaitu Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi. Dalam tasawuf Kaum Tua berimamkan Syeikh Junaid al-Baghdadi.
 
=== Perjuangan ===
Tokoh yang diriwayatkan dalam rencana kali ini adalah seorang ulama besar Indonesia yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Ia adalah golongan Kaum Tua yang sangat gigih mempertahankan Mazhab Syafie.-->
 
==== Masa kolonial Belanda dan pendudukan Jepang ====
'''Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minankabawi''', (lahir di [[Candung]], [[Sumatera Barat]], 1287 H/[[1871]] M, wafat pada 29 Jumadilawal 1390 H/[[1 Agustus 1970]] M. Ia adalah seorang tokoh ulama dari golongan Kaum Tua yang gigih mempertahankan mazhab Syafie.
[[Berkas:Ulama Minangkabau Guru Ummat.jpg|jmpl|260x260px|Duduk dari kanan: [[Daud Rasyidi|Syekh Daud Rasyidi]], [[Muhammad Jamil Jambek|Syekh Djamil Djambek]], Syekh Sulaiman Ar-Rasuli (Inyiak Canduang), [[Ibrahim Musa|Syekh Ibrahim Musa]] (Inyiak Parabek), [[Abdullah Ahmad|Syekh DR. Abdullah Ahmad]]]]
Syekh Sulaiman ar-Rasuli pernah bergabung ke beberapa organisasi yang berkembang di Minangkabau waktu itu. Pada 1918, ia menjabat sebagai ketua cabang [[Syarikat Islam]] di Candung-Baso.{{sfn|Kosim|2015|p=25}} Pada 1921, ia ikut serta dalam pembentukan [[Ittihad Ulama Sumatera]] yang didirikan oleh [[Muhammad Saad Mungka|Syekh Muhammad Saad Mungka]] bersama ulama Kaum Tua lainnya.{{sfn|Koto|2012|p=30}}
 
Pada 1928, Syekh Sulaiman bersama Syekh [[Abbas bin Abdi Wahab Ladang Laweh|Abbas Ladang Lawas]], Syekh [[Muhammad Jamil Jaho]], dan lain-lain mendirikan [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]] (Perti). Organisasi ini dibentuk sebagai wadah bagi beberapa Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) di Minangkabau, termasuk di antaranya adalah [[MTI Candung]] pimpinan Syekh Sulaiman.{{sfn|Koto|2012|p=31-32}}
== Pendidikan ==
Pendidikan terakhir Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minankabawi adalah di [[Mekkah]]. Ulama yang seangkatan dengannya antara lain adalah Kiyai Haji [[Hasyim Asyari]] dari [[Jawa Timur]] (1287 H/1871 M - 1366 H/1947 M), Syeikh Hasan Maksum, Sumatera Utara (wafat 1355 H/1936 M), Syeikh Khathib Ali al-Minankabawi, Syeikh Muhammad Zain Simabur al-Minankabawi (sempat menjadi Mufti Kerajaan [[Perak (Malaysia)|Perak]] tahun 1955 dan wafat di Pariaman pada 1957), Syeikh Muhammad Jamil Jaho al-Minankabawi, Syeikh Abbas Ladang Lawas al-Minankabawi dll. sementara ulama [[Malaysia]] yang seangkatan dan sama-sama belajar di Mekkah dengannya antara lain adalah Syeikh Utsman Sarawak (1281 H/1864 M - 1339 H/1921 M), Tok Kenali (1287 H/1871 M - 1352 H/1933 M) dll.
 
Setelah [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] masuk ke [[Hindia Belanda]], Syekh Sulaiman beserta beberapa ulama dari Kaum Muda dan Kaum Tua membentuk [[Majelis Islam Tinggi]] Minangkabau pada 1943. Susunan pengurus terdiri dari Syekh Sulaiman ar-Rasuli sebagai ketua umum, H. Abdul Gaffar Jambek sebagai ketua I, [[Mansoer Daoed Dt. Palimo Kayo|H. Mansur Daud Dt. Palimo Kayo]] sebagai sekretaris umum, [[Mahmud Yunus|H. Mahmud Yunus]] sebagai ketua dewan pengajaran, serta [[Ahmad Rasyid|H. Ahmad Rasyid St. Mansur]] sebagai perwakilan [[Muhammadiyah]] dan [[Sirajuddin Abbas|H. Sirajuddin Abbas]] sebagai perwakilan Perti.{{sfn|Ilyas|1995|p=9}} Syekh Sulaiman juga hadir sebagai wakil Minangkabau dalam konferensi alim ulama di Singapura pada 1943.{{sfn|Kosim|2015|p=25}}
Ketika tinggal di Mekah, Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minankabawi selain belajar dengan Syeikh Ahmad Khatib Abdul Lathif al-Minankabawi, beliau juga mendalami ilmu-ilmu daripada ulama Kelantan dan Patani. Antaranya, Syeikh Wan Ali Abdur Rahman al-Kalantani, Syeikh Muhammad Ismail al-Fathani dan Syeikh Ahmad Muhammad Zain al-Fathani.
 
==== Masa kemerdekaan ====
== Perjuangan ==
Pada 22-24 Desembe 1945, pengurus Perti mengadakan kongres di [[Bukittinggi]]. Kongres itu menghasilkan putusan untuk menjadikan Perti sebagai partai politik bernama Partai Islam Perti (PI Perti).{{sfn|Departemen Penerangan RI|1954|p=431}} Pada saat kongres itu juga, Inyiak Canduang selaku Penasihat Tertinggi PI Perti membentuk [[Lasykar Muslimin Indonesia]] dan Lasykar Muslimat sebagai barisan pejuang Perti selama [[Revolusi Nasional Indonesia|revolusi nasional]].{{sfn|Departemen Penerangan RI|1953|p=554}}
 
Pada [[Pemilu 1955]], Syekh Sulaiman ar-Rasuli terpilih sebagai anggota [[Konstituante]] dari Perti.<ref>{{Cite web|url=http://www.konstituante.net/id/profile/PERTI_sulaiman_ar_rasuli|title=Sjech Sulaiman Ar-Rasuli - Perti (Pergerakan Tarbiyah Indonesia) - Member Profiles|website=Konstituante.Net|access-date=5 Februari 2023}}</ref> Pada sidang pertama Konstituante tanggal 10 November 1956, ia terpilih menjadi ketua sidang tersebut.{{sfn|Chaniago|2010|p=475}}
Syeikh Sulaiman kembali ke Minangkabau sebagaimana sahabatnya Tok Kenali yang kembali ke Kelantan, yaitu setelah wafatnya Syekh Ahmad al-Fathani (11 Zulhijjah 1325 H/14 Januari 1908 M). Setibanya di Bukit Tinggi, Sumatera, ia mulai membuka majlis pengajaran.
 
Syekh Sulaiman yang sebelumnya dikenal sebagai ahli [[fikih]] dan pernah menjadi [[kadi]] di Candung pada 1917-1944{{sfn|Kosim|2015|p=25}} dilantik menjadi Ketua [[Pengadilan Agama|Mahkamah Syar'iyah]] Sumatra Tengah oleh pemerintah di Bukittinggi pada 17 Januari 1947. Ia memegang jabatan tersebut sampai 1958.{{sfn|Latief|1988|p=83}}
Pada tahun 1928, Syeikh Sulaiman bersama-sama Syekh [[Abbas bin Abdi Wahab Ladang Laweh|Abbas Ladang Lawas]] dan Syekh [[Muhammad Jamil Jaho]] mendirikan [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]. Dalam sistem pendidikan maupun dalam berpendapat pendapat, Syekh Sulaiman dan kawan-kawannya tersebut mempertahankan tradisi tarikat dan berpegang pada Mazhab Syafi'i.
 
Syekh Sulaiman ar-Rasuli wafat pada 1 Agustus 1970. Ribuan pelayat hadir dalam pemakaman Syekh Sulaiman di MTI Candung. [[Gubernur Sumatera Barat]] saat itu, [[Harun Zain]], menginstruksikan pengibaran bendera setengah tiang sebagai tanda berduka cita.{{sfn|Kosim|2015|p=26}} Kepemimpinan MTI Candung selanjutnya dipegang oleh anaknya, [[Baharuddin Arrasuli|Buya H. Baharuddin ar-Rasuli]], yang sudah memimpin pesantren sejak 1965.{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1972|p=295}}
Beberapa pendapat khusus Syekh Sulaiman dalam polemik keagamaan, antara lain lebih menyetujui rukyat dalam hal puasa, mewajibkan muqaranah niat dan mensunnahkan jahar lafaz dalam hal shalat, mewajib dibayarnya zakat fitrah dengan makanan yang mengenyangkan, serta mempertahankan tarawih dan witir 23 rakaat. Syekh Sulaiman juga pernah mengkritik sebuah buku pengajaran Tarekat Naqsyabandiyah karya penulis lain yang dianggapnya keliru, dalam karyanya ''Tabligh al-Amanat fi Izalah al-Munkarat wa asy-Syubuhat''.
 
== PengaruhPandangan ==
=== Kaum Tua ===
Selama perdebatan ''Kaum Tuo-Kaum Mudo'' di Minangkabau, Syekh Sulaiman ar-Rasuli berada di pihak Kaum Tua. Kaum Tua berbeda dengan Kaum Muda dalam beberapa pendapat seperti [[kunut]] [[salat subuh|subuh]], [[tahlilan|kenduri kematian]], [[barzanji]] [[maulid Nabi]], taklid [[mazhab]] [[Syafi'i]], ziarah kubur, dan lain-lain.{{sfn|Hamka|1982|p=102-104}} Inyiak Canduang menulis beberapa uraian tentang ''uṣallī'' sebelum takbir,{{sfn|ar-Rasuli|1920|p=111-119}} penerjemahan [[al-Qur'an]],{{sfn|ar-Rasuli|1920|p=120-126}} akidah [[Asy'ari]]{{sfn|ar-Rasuli|1927}} serta bantahan terhadap [[Ahmadiyah]],{{sfn|ar-Rasuli|1933}} dan lain-lain.
 
Sebagai ulama Naqsyabandi, Syekh Sulaiman ar-Rasuli juga menjadi pembela tarekat tersebut. Ia menulis beberapa hujah dan dalil yang mendukung amalan ''rābiṭah'' dan zikir-zikir Naqsyabandiyah.{{sfn|ar-Rasuli|1925}}{{sfn|ar-Rasuli|1924|p=29}} Di sisi lain, ia juga mengkritik beberapa pandangan tokoh tarekat lain yang tak sesuai dengan [[fikih]] dan [[akidah]] [[Sunni]], seperti dalam [[Konferensi Tarekat di Bukittinggi|perseteruannya]] dengan [[Haji Jalaluddin]], tokoh [[Partai Persatuan Tharikah Islam|PPTI]].{{sfn|ar-Rasuli|1954}}
Pada tahun 1950-an Indonesia pernah mengadakan pilihan raya membentuk sebuah badan atau lembaga yang dinamakan 'Konstituante'. Tujuan Konstituante ialah menyusun Undang-Undang Dasar yang lebih permanen, menggantikan UUD 1945 yang disusun sebagai UUD sementara menjelang kemerdekaan Republik Indonesia. Syeikh Sulaiman ar-Rasuli, salah seorang anggota Konstituante dari PERTI, telah dilantik mengetuai sidang pertama badan itu. Konstituante dibubarkan oleh Presiden Soekarno dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
 
=== Adat Minangkabau ===
Beberapa orang ahli sejarah telah mencatatkan bahawa Syeikh Sulaiman ar-Rasuli adalah memang seorang ulama besar yang berpengaruh terhadap kawan dan lawan. Sejak zaman pemerintah Belanda, pembesar-pembesar Belanda datang menziarahi beliau. Demikian juga pemimpin-pemimpin setelah kemerdekaan Indonesia. Soekarno sejak belum menjadi Presiden Indonesia hingga setelah berkuasa memang sering berkunjung ke rumah Syeikh Sulaiman ar-Rasuli. Pada hari pengkebumian beliau, dianggarkan 30,000 orang hadir termasuk ramai pemimpin dari Jakarta, bahkan juga dari Malaysia.
Dibandingkan dengan ulama Minangkabau lainnya pada zaman itu, Syekh Sulaiman ar-Rasuli menerbitkan banyak tulisan tentang [[adat Minangkabau]]. Ia memiliki andil besar dalam memperkenalkan kembali pepatah ''[[adat bersendikan syarak|adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah]]'' selama diskursus antara penghulu adat dengan alim ulama pada abad ke-20.{{sfn|Asnan|2003|p=308}} Ia tercatat pernah memberikan ceramah tentang adat dan syarak di [[Kerajaan Kampar Kiri|Gunung Sahilan]], [[Koto Taluk, Kuantan Tengah, Kuantan Singingi|Taluk Kuantan]], dan [[Pulau Gadang, XIII Koto Kampar, Kampar|Pulau Gadang]].{{sfn|Rusli|1978|p=27-28}} [[Idrus Hakimy Dt. Rajo Panghulu]], ahli adat Minangkabau dan salah satu pendiri [[Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau]], adalah murid Inyiak Canduang.<ref>{{cite web|url=https://niadilova.wordpress.com/2018/01/02/minang-saisuak-324-idrus-hakimy-dt-rajo-panghulu-perpustakaan-budaya-tinggi-minangkabau/|title=Minang saisuak #324: Idrus Hakimy Dt. Rajo Panghulu: ‘Perpustakaan’ Budaya Tinggi Minangkabau|last=Suryadi|first=Surya|author-link=Surya Suryadi|date=2 Januari 2018|website=Dr. Suryadi||access-date=4 Februari 2023}}</ref><ref>{{cite web|url=https://tarbiyahislamiyah.id/forum-diskusi-ulama-ulama-minangkabau/|title=Forum Diskusi Ulama-ulama Minangkabau|last=Putra|first=Apria|date=9 Desember 2019|website=Tarbiyah Islamiyah||access-date=4 Februari 2023}}</ref>
 
== Kehidupan pribadi ==
Semasa hidup, Sulaiman Ar-Rasuli telah menikah 17 kali. Istri-istrinya yakni Shafiyah, Hasanah, Raudhah, Rawasah, N.N, Salehah, Lambok, Rakena, Rakimah, Fatimah, Dalipah, Nurilah, Rugayah, Jailan, Fatimah, Jalisam, dan Alamsiyah. Ke-17 istri itu tidak dinikahinya secara bersamaan, karena di antara mereka ada yang diceraikan, baik cerai mati maupun cerai hidup.<ref>{{Cite journal|last=Shofa|first=Ida Kurnia|last2=Chairinisa|first2=Putri Evta|date=2022|title=POLYGAMY IN MINANGKABAU TAFSIR: A COMPARATIVE STUDY OF THE THOUGHTS OF SULAIMAN AR-RASULI AND BUYA HAMKA|url=https://ejournal.uinsatu.ac.id/index.php/kon/article/view/7249|journal=Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin|language=en|volume=10|issue=2|pages=349–368|doi=10.21274/kontem.v10i2.7249|issn=2580-6866}}</ref><ref>http://e-campus.iainbukittinggi.ac.id/ecampus/AmbilLampiran?ref=98489&jurusan=&jenis=Item&usingId=false&download=false&clazz=ais.database.model.file.LampiranLain</ref>
 
Sulaiman Ar-Rasuli dikarunai 19 anak selama pernikahannya. Di antara anaknya yang menjadi ulama yakni [[Baharuddin Arrasuli]], Syahruddin Arrasuli, dan Muhammad Noer Arrasuli.
[[Kategori:Ulama Minangkabau]]
 
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
== Karya tulis ==
[[Kategori:Ulama Syafi'i Abad ke-14 H]]
Berikut beberapa karya tulis Syekh Sulaiman ar-Rasuli:{{sfn|Departemen Agama RI|2008|p=122}}{{sfn|Kosim|2015|p=26}}
{{col|2}}
* ''Aqwāl al-‘Āliyah fī Ṭarīqah an-Naqsyabandiyyah''
* ''Aqwāl al-Marḍiyyah''
* ''Aqwāl al-Wāsiṭah fī aż-Żikr wa ar-Rābiṭah''
* ''Tablīgh al-Amānāt''
* ''[[Tsamaratul Ihsan|Ṡamarah al-Iḥsān]]''
* ''Jawāhir al-Kalāmiyyah''
* ''Dawā’ al-Qulūb''
* ''Sabīl as-Salāmah''
* ''Qaul al-Bayān''
* ''Enam Risalah''
* ''Nasihat Maulana Syekh Sulaiman ar-Rasuli''
* ''Pedoman Islam''
* ''Pedoman Puasa''
* ''Asal Pangkat Penghulu dan Pendiriannya''
* ''Keadaan Minangkabau Dahulu dan Sekarang''
* ''Mari Bersatu dengan Adat dan Syarak'' (tulisan-tulisan di [[Harian Haluan]] pada 16-19 April 1951)
* ''Pedoman Hidup di Alam Minangkabau''
* ''Pertalian Adat dan Syarak di Minangkabau''
* ''Sari Pati Sumpah Sati Bukit Marapalam''
{{EndDiv}}
 
== Referensi ==
'''Catatan kaki'''
{{reflist}}
 
'''Daftar pustaka'''
{{refbegin}}
*{{cite book | last = Asnan | first = Gusti | author-link = Gusti Asnan | year = 2003 | title = Kamus Sejarah Minangkabau | location = Padang | publisher = Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau | isbn = 9799740703 | ref = {{sfnRef|Asnan|2003}}}}
*{{cite book | last = Chaniago | first = Hasril | author-link = Hasril Chaniago | year = 2010 | title = 101 Orang Minangkabau di Pentas Sejarah | location = Padang | publisher = Yayasan Cinta Budaya Indonesia | isbn = 978-979-3478-19-7 | ref = {{sfnRef|Chaniago|2010}}}}
*{{cite book | last = Departemen Agama Republik Indonesia | title = Direktori Tokoh Ulama Indonesia | location = Jakarta | year = 2008 | language = ID | ref = {{sfnRef|Departemen Agama RI|2008}}}}
*{{cite book | last = Hamka | author-link = Hamka | year = 1982 | title = Ayahku | location = Jakarta | publisher = Umminida | ref = {{sfnRef|Hamka|1982}}}}
*{{cite book | last1 = Ilyas | first1 = Yusran | title = Syekh H. Sulaiman ar-Rasuli: Profil Ulama Pejuang | location = Padang | publisher = Sarana Grafika | year = 1995 | | language = ID | ref = {{sfnRef|Ilyas|1995}}}}
*{{cite book | last = Kementerian Penerangan Republik Indonesia | title = Republik Indonesia: Propinsi Sumatera Tengah | year = 1953 | location = Jakarta | language = id | ref = {{sfnRef|Departemen Penerangan RI|1953}}}}
*{{cite book | last = Kementerian Penerangan Republik Indonesia | title = Kepartaian dan Parlementaria Indonesia | year = 1954 | location = Jakarta | language = id | ref = {{sfnRef|Departemen Penerangan RI|1954}}}}
*{{Cite journal | first = Muhammad | last = Kosim | date = 2013 | title = Tradisi Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Sumatera Barat | journal = at-Tarbiyah: Jurnal Pendidikan Islam [[UIN Imam Bonjol]] | url = https://osf.io/preprints/inarxiv/79nqm/ | volume = 4 | issue = 1 | pages = 21-45 | language = id | ref = {{sfnRef|Kosim|2013}}}}
*{{Cite journal | first = Muhammad | last = Kosim | date = 2015 | title = Syekh Sulaiman al-Rasuli, Tokoh Pendidikan Islam Bercorak Kultural | journal = Turāst: Jurnal Penelitian & Pengabdian [[UIN Imam Bonjol]] | volume = 3 | issue = 1 | pages = 23-41 | language = ID | ref = {{sfnRef|Kosim|2015}}}}
*{{cite book | last = Koto | first = Alaidin | author-link = Alaidin Koto | title = Persatuan Tarbiyah Islamiyah: Sejarah, Paham Keagamaan, dan Pemikiran Politik 1945-1970 | publisher = Rajawali Pers | year = 2012 | location = Jakarta | language = id | isbn = 978-602-425-230-4 | ref = {{sfnRef|Koto|2012}}}}
*{{cite book | last1 = Latief | first1 = Mohammad Sanusi | author-link = Mohammad Sanusi Latief | title = Gerakan Kaum Tua di Minangkabau | location = Jakarta | publisher = [[IAIN Syarif Hidayatullah]] | year = 1988 | | language = ID | ref = {{sfnRef|Latief|1988}}}}
*{{cite book | last = Lembaga Pemilihan Umum | author-link = Lembaga Pemilihan Umum | title = Riwayat Hidup Anggota-Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Hasil Pemilihan Umum 1971 | year = 1972 | location = Jakarta | language = id | ref = {{sfnRef|Lembaga Pemilihan Umum|1972}}}}
*{{cite book | last = ar-Rasuli | first = Sulaiman | year = 1920 | title = Enam Risalah | location = Fort de Kock | publisher = Drukkerij Agam | ref = {{sfnRef|ar-Rasuli|1920}}}}
*{{cite book | last = ar-Rasuli | first = Sulaiman | year = 1924 | title = Dawā’ al-Qulūb fī Qiṣṣah Yūsuf wa Ya‘qūb | location = Fort de Kock | publisher = Maṭba‘ah Islāmiyyah | language = AR | ref = {{sfnRef|ar-Rasuli|1924}}}}
*{{cite book | last = ar-Rasuli | first = Sulaiman | year = 1925 | title = Aqwāl al-Wāsiṭah fī aż-Żikr wa ar-Rābiṭah | location = Fort de Kock | publisher = Maṭba‘ah Islāmiyyah | language = AR | ref = {{sfnRef|ar-Rasuli|1925}}}}
*{{cite book | last = ar-Rasuli | first = Sulaiman | year = 1927 | title = al-Jawāhir al-Kalāmiyah fī Bayān ‘Aqā’id al-Īmāniyah | location = Fort de Kock | publisher = Maṭba‘ah Islāmiyyah | language = AR | ref = {{sfnRef|ar-Rasuli|1927}}}}
*{{cite book | last = ar-Rasuli | first = Sulaiman | year = 1933 | title = al-Aqwāl al-Marḍiyyah | location = Fort de Kock | publisher = Maṭba‘ah Islāmiyyah | language = AR | ref = {{sfnRef|ar-Rasuli|1933}}}}
*{{cite book | last = ar-Rasuli | first = Sulaiman | year = 1954 | title = Tablīgh al-Amānāt fī Izalah al-Munkarāt wa asy-Syubuhāt | location = Bukittinggi | publisher = Nusantara | ref = {{sfnRef|ar-Rasuli|1954}}}}
*{{cite book | last1 = Rusli | first1 = Baharuddin | author-link = Baharuddin Rusli | title = Ayah Kita | location = Bukittinggi | year = 1978 | language = ID | ref = {{sfnRef|Rusli|1978}}}}
{{refend}}
 
{{Kotak_mulai}}
{{s-islam}}
{{kotak suksesi|jabatan=[[Daftar Ketua Umum Persatuan Tarbiyah Islamiyah|Ketua PMTI]]|tahun=1928-1930|pendahulu='''''tidak ada'''''|pengganti=[[Sulthani Abdullah]]}}
{{Kotak_selesai}}
{{Navbox Ulama Ahli Fiqih Mazhab Syafi'i}}
[[Kategori:Tokoh Minangkabau|Sulaiman Ar-Rasuli]]
[[Kategori:Arrasuli]]
[[Kategori:Tokoh dari Agam]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Syafi'i Abad ke-14 H|Sulaiman Ar-Rasuli]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau|Sulaiman Ar-Rasuli]]
[[Kategori:Tokoh Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]
[[Kategori:Pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]
[[Kategori:Pimpinan pesantren Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Anggota Konstituante Republik Indonesia]]