Ahmad Bahauddin Nursalim: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rizal Febri (bicara | kontrib) Ubah infobox |
picture (sorry, I do not speak your language) |
||
(39 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{tak netral}}
{{rapikan}}
{{Tone}}
{{Infobox religious biography
|honorific-prefix=Al-Hafizh Al-Muhaddits [[Kiai]] [[Haji]]
|spouse=Ning Winda
|alma_mater=[[Pondok Pesantren Al-Anwar]]
|occupation=[[Ulama]]
|jurisprudence=
|denomination=[[Sunni]]
|parents=K. H. Nursalim (ayah),
Nyai Hj Yuhanidz (ibu)
|known_for=[[Al-Qur'an|Ahli ilmu al-Qur'an]]
|children=Tasbiha Mahmida<br />Hassan Tasbiha<br/>Mila Tasbiha
|era=
| background = lightgreen
|name=Ahmad Bahauddin Nursalim
|nationality={{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]
|birth_place={{negara|indonesia}} [[Sarang, Rembang|Sarang]], [[Rembang]], [[Jawa Tengah]]
|birth_date={{Birth date and age|1970|09|29}}
|caption=Potret K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha)
|imagesize=
|image=KH._Ahmad_Bahauddin_Nursalim.jpg
|website=
|alias=Gus Baha
}}
'''[[Kyai|K.]][[Haji (gelar)|H.]] Ahmad Bahauddin Nursalim,'''<ref>{{Cite news|last=Abdurrahman|first=Syarif|date=21 Februari 2023|title=Biografi Lengkap Gus Baha|url=https://www.tebuireng.co/biografi-lengkap-gus-baha/|work=tebuireng.co|access-date=02 Februari 2022}}</ref> lebih dikenal sebagai '''[[Gus]] Baha'''<ref>http://www.mahadalyjakarta.com/gus-baha-ahli-tafsir-didikan-ulama-nusantara/</ref> ({{lahirmati|[[Sarang, Rembang|Sarang]], [[Rembang]], [[Jawa Tengah]]|29|09|1970}}), merupakan ulama yang berasal dari [[Kabupaten Rembang|Rembang]]. [[Gus Baha]] menikah dengan Ning Winda asal [[Pesantren]] [[Sidogiri]] [[Pasuruan]].<ref>{{Cite web|last=Abdurrahman|first=Syarif|date=2023-01-10|title=Profil Ning Winda, Memiliki Nasab Wali|url=https://www.tebuireng.co/profil-ning-winda-memiliki-nasab-wali/|website=Tebuireng Initiatives|language=id|access-date=2023-02-02}}</ref> Ia dikenal sebagai salah satu ulama ahli [[tafsir]] yang memiliki pengetahuan mendalam seputar [[al-Qur'an]]. Ia merupakan salah satu murid dari ulama kharismatik, [[Maimun Zubair|Kiai Maimun Zubair]].
Gus Baha merupakan putra dari seorang ulama pakar [[Al-Qur'an|Al-Qur’an]] dan juga pengasuh [[Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA]], [[Kiai]] [[Nursalim al-Hafizh]], dari [[Narukan, Kragan, Rembang]].<ref>{{Cite news|last=Rifa'i|first=Thomi|date=25 September 2020|title=Gus Baha, Profil Kyai Ideal Jebolan Pondok Pesantren Salafiyah Yang Inspiratif|url=https://indopolitika.com/gus-baha-profil-kyai-ideal-jebolan-pondok-pesantren-salafiyah-yang-inspiratif/|work=Indo Politika|access-date=31 Desember 2020}}</ref> Kiai Nursalim merupakan murid dari Kiai [[Arwani Kudus]] dan Kiai [[Abdullah Salam]], [[Kajen, Margoyoso, Pati|Kajen, Mergoyoso]], [[Kabupaten Pati|Pati]]. Nasabnya bersambung kepada para ulama besar. Bersama Kiai Nursalim, KH [[Hamim Jazuli]] ([[Gus Miek]]) memulai gerakan [[Jantiko]] ([[Jamaah Anti Koler]]) yang menyelenggarakan kajian Al-Qur’an secara keliling.<ref>Musthofa, Q. (2022). Profil KH. Bahaudin Nur Salim (Gus Baha) Dan Pengaruhnya Pada Generasi Milenial. Musala: Jurnal Pesantren dan Kebudayaan Islam Nusantara, 1(1), 79-90. https://www.jurnalannur.ac.id/index.php/musala/article/view/144 DOI https://doi.org/10.37252/jpkin.v1i1.144</ref>
Jantiko kemudian berganti [[Mantab]] ([[Majelis Nawaitu Topo Broto]]), lalu berubah jadi [[Dzikrul Ghafilin]]. Kadang ketiganya disebut bersamaan: Jantiko-Mantab dan Dzikrul Ghafilin.<ref>{{Cite web|last=Budi|first=|date=25 Agustus 2020|title=Biografi Gus Baha' (KH. Ahmad Bahauddin Nursalim)|url=https://www.laduni.id/post/read/66908/biografi-gus-baha-kh-ahmad-bahauddin-nursalim|website=Laduni|access-date=31 Desember 2020}}</ref>
Dari silsilah keluarga ayah, Gus Baha’ merupakan generasi ke-4 ulama-ulama ahli [[Al-Qur'an]]. Sedangkan dari silsilah keluarga ibu, [[Gus]] Baha menjadi bagian dari keluarga besar ulama [[Lasem]], dari Bani Mbah Abdurrahman [[Basyeiban]] atau [[Mbah Sambu]].<ref>{{Cite news|last=Garjito|first=Dany|date=20 Agustus 2020|title=Profil Gus Baha, Sang Ulama Kharismatik|url=https://www.suara.com/news/2020/08/20/203630/profil-gus-baha-sang-ulama-kharismatik|work=Suara|access-date=31 Desember 2020}}</ref>
== Keluarga ==
Setelah menyelesaikan pendidikannya di [[Sarang, Rembang|Sarang]], Gus Baha’ menikah dengan seorang anak Kiai yang bernama Ning Winda pilihan pamannya dari keluarga [[Pondok Pesantren Sidogiri]], [[Pasuruan]], [[Jawa Timur]]. Ada cerita menarik dengan pernikahan
Kesederhanaan Gus Baha’ dibuktikan saat beliau berangkat ke [[Pondok Pesantren Sidogiri]] untuk melangsungkan upacara akad nikah yang telah ditentukan waktunya. Gus Baha’ berangkat sendiri ke [[Kota Pasuruan|Pasuruan]] dengan menumpang bus kelas ekonomi. Kesederhanaan beliau bukanlah sebuah kebetulan, namun merupakan hasil didikan ayahnya semenjak kecil. Setelah menikah, Gus Baha’ mencoba hidup mandiri dengan keluarga barunya. Gus Baha’ menetap di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Selama di [[Jogja]], beliau menyewa rumah untuk ditempati keluarga kecilnya.<ref>{{Cite news|last=Yahya|first=Iip D|date=14 Februari 2019|title=Kisah Gus Baha: Nasab, Perkawinan hingga Karier Intelektual|url=https://alif.id/read/iip-d-yahya/kisah-gus-baha-nasab-perkawinan-hingga-karier-intelektualnya-b215367p/|work=Alif|access-date=31 Desember 2020}}</ref>
Semenjak Gus Baha’ menetap di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]], banyak santri-santri beliau di Karangmangu yang merasa kehilangan. Hingga pada akhirnya mereka menyusul Gus Baha’ ke [[Yogya]] dan urunan atau patungan untuk menyewa rumah di dekat rumah beliau. Tiada tujuan lain selain untuk tetap bisa mengaji kepada beliau. Ada sekitar 5 atau 7 santri mutakhorijin al-Anwar maupun MGS yang ikut ke Yogya. Saat di Yogya inilah kemudian banyak masyarakat sekitar rumah Gus Baha’ yang akhirnya minta ikut ngaji kepada beliau.
== Keilmuan ==
Gus Baha' kecil dididik belajar dan menghafalkan al-Qur'an secara langsung oleh ayahnya dengan menggunakan metode tajwid dan makhorijul huruf secara disiplin. Hal ini sesuai dengan karakteristik yang diajarkan oleh guru ayahnya, yaitu KH. Arwani Kudus. Kedisiplinan tersebut membuat Gus Baha’ di usianya yang masih muda, mampu menghafalkan Al-Qur'an 30 Juz beserta Qira'ahnya. Menginjak usia remaja, ayahnya menitipkan Gus Baha' untuk mondok dan berkhidmah kepada Syaikhina [[Maimun Zubair|KH. Maimoen Zubair]] di [[Pondok Pesantren Al-Anwar]] Karangmangu, Sarang, Rembang.<ref>{{Cite news|last=Redaksi|first=|date=1 Juli 2020|title=Biografi Gus Baha, Ulama Berilmu Tinggi dengan Penampilan yang Sederhana|url=https://nusadaily.com/people/biografi-gus-baha-ulama-berilmu-tinggi-dengan-penampilan-yang-sederhana-1.html|work=Nusadaily|access-date=31 Desember 2020}}</ref> Pondok al-Anwar tepat berada sekitar 10
Di Pondok Pesantren al-Anwar inilah keilmuan Gus Baha’ mulai menonjol seperti ilmu [[hadis]], [[fikih]], dan [[tafsir]]. Dalam ilmu hadis, Gus Baha’ mampu mengkhatamkan hafalan [[Sahih Muslim]] lengkap dengan [[matan]], [[rowi]] dan
Selain menonjol dengan keilmuannya, beliau juga merupakan sosok santri yang dekat dengan kiainya. Dalam berbagai kesempatan, beliau sering mendampingi guru beliau
Gus Baha' juga kerap dijadikan contoh teladan oleh Syaikhina saat memberikan mawa'izh di berbagai kesempatan tentang profil santri ideal. "''Santri tenan iku yo koyo Baha''' iku...." (Santri yang sebenarnya itu ya seperti Baha' itu....) begitu kurang lebih ngendikan Syaikhina. Selain mengeyam pendidikan di Pondok Pesantren al-Anwar Rembang, pernah suatu ketika ayahnya menawarkan kepada Gus Baha’ untuk mondok di Rushoifah atau Yaman. Namun, Gus Baha’ menolaknya dan lebih memilih untuk tetap di Indonesia, berkhidmat kepada almamaternya [[Madrasah Ghozaliyah Syafi'iyyah]] PP. al-Anwar dan pesantrennya sendiri [[LP3IA]]. Setelah ayahnya wafat pada tahun 2005, Gus Baha' melanjutkan tongkat estafet kepengasuhan di pondoknya, pondok pesantren LP3IA Narukan.
Saat menjadi pengasuh di pondoknya, banyak santri yang ada di [[Yogyakarta]] merasa kehilangan atas kepulangan beliau ke [[Narukan]]. Akhirnya para santri pergi sowan dan memintanya mau kembali ke Yogyakarta, hingga pada akhirnya Gus Baha bersedia, tetapi hanya satu bulan sekali. Selain menjadi pengasuh di pondoknya dan mengisi pengajian di Yogyakarta, Gus Baha juga diminta untuk mengisi pengajian tafsir al-Qur'an di [[Bojonegoro]], [[Jawa Timur]]. Adapun untuk waktunya dibagi-bagi, di Yogya minggu terakhir, sedangkan di Bojonegoro minggu kedua setiap bulannya. Hal tersebut, Gus Baha’ lakukan secara rutin sejak 2006 hingga sekarang.
== Keistimewaan ==
Sebagai seorang santri tulen, yang berlatar belakang pendidikan non-formal dan non-gelar, Gus Baha' diberi keistimewaan untuk menjadi sebagai Ketua Tim Lajnah Mushaf [[Universitas Islam Indonesia]] (UII) Yogyakarta.<ref>{{Cite news|last=Soleha|first=Marisa|date=26 Juli 2019|title=Mengenal Lebih Dekat Sosok Gus Baha, Serta Biografi Lengkap Gus Baha Nursalim|url=https://tokoh.co.id/profil-biografi-gus-baha/|work=Tokoh|access-date=31 Desember 2020}}</ref>
Pada suatu kesempatan pernah diungkapkan oleh Prof. Quraisy bahwa kedudukan Gus Baha' di Dewan Tafsir Nasional selain sebagai mufassir, juga sebagai mufassir faqih karena penguasaan beliau pada ayat-ayat ahkam yang terkandung dalam al-Qur'an. Setiap kali lajnah menggarap tafsir dan mushaf al-Qur'an menurut Prof. Quraisy, posisi Gus Baha’ selalu di dua keahlian, yakni sebagai mufassir seperti anggota lajnah yang lain, juga sebagai Faqihul Qur'an yang mempunyai tugas khusus mengurai kandungan fikih dalam ayat-ayat ahkam Al-Qur'an<ref>{{Cite news|last=Siregar|first=Rusman H|date=20 Desember 2020|title=Filosofi Hidup Gus Baha yang Jarang Diketahui Orang|url=https://kalam.sindonews.com/read/274244/70/filosofi-hidup-gus-baha-yang-jarang-diketahui-orang-1608397920?showpage=all|work=Koran Sindo|access-date=31 Desember 2020}}</ref>
Baris 33 ⟶ 59:
Teladan yang bisa ditiru dari Gus Baha' adalah tentang kesederhanaanya. Kesederhanaan yang dipraktikan Gus Baha’ bukan berarti keluarga Gus Baha’ adalah keluarga yang miskin, karena kalau dilihat dari silsilah lingkungan keluarganya, tiada satupun keluarganya yang miskin.
Bahkan kakek Gus Baha’ dari jalur ibu merupakan juragan tanah di desanya. Saat dikonfirmasi oleh penulis perihal kesederhanaan beliau, beliau menyatakan bahwa hal tersebut merupakan karakter keluarga Qur'an yang dipegang erat oleh leluhurnya. Ada salah satu wasiat dari ayahnya yang mengatakan agar Gus Baha' menghindari keinginan untuk menjadi manusia mulia. Hal inilah yang hingga kini mewarnai kepribadian dan kehidupan beliau sehari-hari.<ref>{{Cite news|last=Redaksi|first=|date=16 Juni 2020|title=Profil Gus Baha'|url=https://www.forummuslim.org/2020/06/profil-gus-baha.html|work=Forum Muslim|access-date=31 Desember 2020|archive-date=2020-12-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20201202154053/https://www.forummuslim.org/2020/06/profil-gus-baha.html|dead-url=yes}}</ref>
== Karya ==
1. حفظنا لهذا المصحف لبهاء الدين بن نور سالم
Kitab ini adalah kitab yang ditulis oleh Gus Baha’ yang menjelaskan tentang ''rasm'' Usmani yang dilengkapi dengan contoh dan penjelasan yang disandarkan pada kitab ''al-Muqni''' karya Abu 'Amr Usman bin Sa'id ad-Dani (w. 444 H.). Kitab ini berguna bagi siapapun untuk mengetahui bagaimana memahami karakteristik penulisan al-Qur’an di dalam mushaf ''rasm'' Usmani.<ref>Musthofa, Q (2014), Sebuah Resensi "Upaya Menjaga Mushaf Kita" Karya Gus Baha. https://www.qowim.net/2014/02/upaya-menjaga-mushaf-kita.html</ref>
2. ''Tafsir al-Qur an versi UII dan al-Qur’an'' terjemahan versi UII Gus Baha' (2020). Salah satu ciri khas tafsir dan terjemahan UII yang ditulis oleh Gus Baha' dan timnya adalah tafsir ini dikontekstualisasikan untuk membaca Indonesia dan dengan rasa Indonesia. Tafsir dan terjemahan UII ini sama sekali tidak
== Referensi ==
{{Reflist}}
[[Kategori:Cendekiawan Muslim|Badruddin Ibnu Jama'ah]]
[[Kategori:Ulama|Badruddin Ibnu Jama'ah]]
[[Kategori:Ulama Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Nusantara]]
[[Kategori:Ulama Sunni]]
[[Kategori:Nahdlatul Ulama]]
[[Kategori:Tokoh Nahdlatul Ulama]]
|