Bioskop Metropole: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k namun (di tengah kalimat) → tetapi
Samid analuam (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(8 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox building
| name = Metropole XXI
| native_name =
| native_name_lang =
Baris 7:
| image = Metropole_Night.JPG
| image_alt =
| caption = Metropole XXI Cineplex indi tahun 2010
| map_type =
| map_alt =
Baris 19:
| client =
| owner = Handoyo
| current_tenants = [[Cineplex 21 CineplexGroup|MetropoleCinema XXI]]
| landlord =
| location = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
Baris 77:
Bioskop Metropole terletak di dekat persimpangan antara Jalan Pangeran Diponegoro, Jalan Pegangsaan Timur, dan Jalan Proklamasi, di kawasan perumahan mewah Menteng, di Jakarta Pusat. Gedung ini dekat dengan perlintasan kereta api yang menghubungkan Stasiun Cikini dan Stasiun Manggarai (kini rel layang kereta api).
 
Metropole terdiri dari tiga gedung utama. Satu gedung digunakan sebagai bioskop, yang kini dimiliki oleh grup 21 Cineplex. Dahulu bioskop ini hanya memiliki satu teater yang berukuran sangat besar, yang mampu menampung sekitar 1.000 orang penonton termasuk kursi di balkon. Gedung ini kemudian direnovasi dan dibagi menjadi empat teater, masing-masing berkapasitas kurang dari 170 orang.<ref>{{cite web | title = METROPOLE XXI | work = 21 Cineplex | url = http://www.21cineplex.com/theater/bioskop-metropole-xxi,45,JKTMETR.htm }}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Dua gedung lainnya terletak di bagian pinggir dan belakang: satu digunakan sebagai salah satu sinepleks (teater 4) dan ruang pertunjukan, dan satu lainnya sebagai tempat perkantoran dan supermarket. Supermarket Hero yang menempati gedung kedua kemudian digantikan dengan ruang pamer Grohe, produk sanitasi air (keran, pancuran air, dll.) asal Jerman. Seluruh gedung ini berdiri di atas tanah 11.800-m² dan memiliki total 12 pengontrak.<ref name="jual"/>
 
== Sejarah ==
Bioskop yang terletak di sudut Jalan Pegangsaan dan Jalan Diponegoro, Menteng, [[Jakarta Pusat]] dan berkapasitas 1.000 penonton ini adalah salah satu bioskop terbesar dan tertua, dengan arsitektur bergaya [[Art Deco]] yang masih tersisa di Jakarta hingga sekarang.<ref name="jual"/> Pada [[1951]], gedung dan lahan seluas 11.623m² ini dimiliki oleh PT Bioskop Metropole. Bangunannya dirancang oleh Liauw Goan Sing, dan awalnya diberi nama ''Bioscoop Metropool''. Bioskop ini mulai dibangun pada tahun [[1932]] dan diresmikan tahun [[1949]] oleh Wakil Presiden Muhammad Hatta.<ref name="jual"/><ref name="kabar">Sinaulan, Robert. (10 Maret 2007). "[http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=12&dn=20070310102020 Bioskop Megaria, Bioskop Tua yang Akan Dijual]. KabarIndonesia.com.</ref> Nama bioskop ini diganti menjadi Bioskop Megaria akibat adanya kebijakan anti-Barat dari Presiden Soekarno pada tahun [[1960]].<ref name="beritajakarta">Didit (30 October 2009). "[http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?nNewsId=35900 Bioskop Megaria Eksis Sepanjang Masa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110707224708/http://www.beritajakarta.com/2008/id/berita_detail.asp?nNewsId=35900 |date=2011-07-07 }}". Berita Jakarta. Diakses 9 Juni 2013.</ref>
 
Pada tahun awalnya, Bioskop Metropole terikat kontrak sehingga hanya menayangkan film-film yang diluncurkan oleh [[MGM]], tetapi pada saat pelaksanaan Festival Film Indonesia (FFI) pertama pada tahun 1955, Bioskop Metropole ikut serta menayangkan film-film Indonesia.<ref name="nova"/> Gedung Bioskop Metropole juga menjadi tempat dilaksanakannya rapat penting yang menjadi cikal bakal pendirian Gabungan Perusahaan Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI).<ref name="nova"/>
 
Pada tahun 19841986, konsep cineplex (membagi satu gedung menjadi beberapa kompleks teater) mulai dikenal di Indonesia, pertama kali diterapkan oleh Teater Kartika Chandra. Bioskop Megaria mengikuti strategi ini dan menambah satu teater tambahan di belakang gedung utama. Namun, strategi Bioskop Megaria tidak sesukses Kartika Chandra, dan akhirnya bioskop ini bangkrut. Kompleks teater ini kemudian dibeli oleh grup jaringan bioskop 21 Cineplex, yang dikelola oleh Subentra Grup pada tahun [[1989]] dan diubah namanya menjadi Metropole 21. 21 Cineplex mengubah rancangan interior gedung itu dengan membagi ruang bioskop utama menjadi 3 bioskop berukuran kecil dan satu teater di gedung tambahan, dengan kapasitas tempat duduk sekitar kurang dari 170 kursi setiap ruangannya. Dengan demikian Metropole 21 menjadi bioskop yang memiliki 4 teater. Namanya pun sempat berubah menjadi ''Megaria 21''. Gedung ini dinyatakan sebagai Bangunan Cagar Budaya Kelas A yang dilindungi dan tidak boleh dibongkar oleh Gubernur DKI Jakarta pada tahun [[1993]].<ref name="jual"/><ref name="beritajakarta"/>
 
Selain bioskop dengan 4 teater milik 21 Cineplex group, sepanjang dasawarsa 1990-an sampai akhir dasawarsa 2000-an, gedung ini disewa oleh beberapa usaha kelas menengah, antara lain terdapat pula sasana [[biliar]] di lantai dua yang luas. Sementara di lantai dasar terdapat tempat cukur, dan beberapa restoran; antara lain kedai [[pempek]] megaria, rumah makan masakan Tionghoa, dan rumah makan ayam bakar khas Jawa. Sementara gedung sekunder pada lantai dasarnya disewa oleh gerai pasar swalayan Hero, dan perkantoran pada lantai di atasnya.
 
Karena lokasinya yang dekat dengan kantor pusat tiga partai dominan pada masa Orde Baru—Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Golongan Karya (Golkar)—Megaria menjadi salah satu lokasi populer untuk berkumpul bagi mahasiswa pada masa reformasi pada akhir tahun 1990-an.<ref name="nova">[http://www.tabloidnova.com/layout/set/print/Auto-Bild/Bursa/Hai/Your-Spot/Selamatkan-Sejarah-Panjang-Bioskop-Megaria "Selamatkan Sejarah Panjang Bioskop Megaria!"]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}. 11 Oktober 2010. Tabloidnova.com. Diakses 9 Juni 2013.</ref>
 
Pada awal [[2007]], tersiar berita bahwa gedung bioskop ini akan dijual. Lahan dan bangunannya ditawarkan dengan harga Rp 15 juta per m² atau total sekitar Rp 151,099 miliar. Namun pada tahun 2008, rencana penjualan tersebut dibatalkan. Grup 21 Cineplex memperpanjang masa sewa dan melakukan renovasi baik pada bagian interior maupun eksterior bangunan dan mengubahnya menjadi bioskop untuk kalangan menengah ke atas, namanya pun diubah menjadi '''Metropole XXI'''.<ref name="jual">Setiawan, Yudha dan Reza Maulana. (14 Maret 2007). [http://www.tempo.co/read/news/2007/03/14/05795445/Bioskop-Megaria-Tidak-Boleh-Diubah "Bioskop Megaria Tidak Boleh Diubah"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120722033644/http://www.tempo.co/read/news/2007/03/14/05795445/Bioskop-Megaria-Tidak-Boleh-Diubah |date=2012-07-22 }}. Tempo.</ref>
 
Setelah renovasi yang digelar antara tahun 2008 dan 2013, penyewa gedung ini pun berubah menyesuaikan dengan peruntukannya yang sebagai gerai kelas atas, yakni dengan penerapan biaya sewa yang jauh lebih tinggi pula. Semula Grup Cineplex 21 sempat membuka kedai XXI Garden Cafe, yang kemudian digantikan oleh gerai Starbucks pada 2014.<ref name="Kompasiana-1"/> Sementara tempat cukur, kedai pempek dan beberapa rumah makan di lantai dasar digantikan oleh bakery (toko roti) dan beberapa toko. Sasana biliar di lantai dua kini telah digantikan oleh Roemah Kuliner, sebuah restoran kelas atas dengan konsep ''food hall'' (mirip ''food court'') yang menyajikan [[masakan Indonesia]].<ref name = "Tribun-Kuliner"/> Gedung kedua di sebelah timur bekas pasar swalayan, kini menjadi ruang pamer [[Grohe]], produk sanitasi air mewah (keran, bak, wastafel, dan perlengkapan mandi dan sanitasi lainnya) asal Jerman.<ref name="Grohe"/>
Baris 99:
{{Commonscat|Metropole Jakarta}}
{{Batavia}}
 
{{DEFAULTSORT:Bioskop Megaria, Jakarta}}
{{DEFAULTSORT:Metropole}}
[[Kategori:Bangunan bersejarah di Jakarta]]
[[Kategori:SinemaBioskop di Indonesia]]