Keraton Kacirebonan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Raden Hamzaiya (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Sfriu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(22 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox building
| name = Keraton Kacirebonan
| native_name = Karaton Kacirebonan<br/>[[Berkas:KARATON_KACIREBONAN_DJOHARUDIN.svg|x20pxx40px]]<br/>
| native_name_lang = Cirebon
| image = Keraton-kacirebonan.jpg
Baris 7:
| image_alt = Keraton Kacirebonan
| image_caption = Keraton Kacirebonan
| map_type = Indonesia Kotamadya Cirebon#Indonesia Jawa Barat#Indonesia Jawa#Indonesia
| coordinates = {{coord|-6.72519603028369|108.56535929181406|display = title,inline}}
| map_alt = Lokasi di Jawa Barat
| map_captionmap_size = Lokasi di Jawa= Barat300px
| map_size = 250px
| address = [[Pulasaren, Pekalipan, Cirebon]]
| location_city = [[Kota Cirebon]]
| location_country = {{flag|Indonesia}}
|building_type = Istana/keraton
| inauguration_date = {{start date and age|1808| p =1800 Myes}}}}
'''Keraton''' '''Kacirebonan''' adalah sebuah bangunan dahulu sebagai tempat para selir para raja dan sultan keraton kasepuhan yang berada di daerah Pulasaren (sekarang jalan Pulasaren, kecamatan [[Pekalipan, Cirebon|Pekalipan]], [[kota Cirebon]])<ref name=adeng>Adeng. 1998. Kota Cirebon sebagai Bandar Jalur Sutra. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. [[Jakarta]]</ref>. Keraton Kacirebonan dibangun pada sekitar tahun 1800-an<ref name=kusnandar>Kusnandar, Dadang. 2012. Cirebon: Silang Peradaban. [[Bandung]] : Gapura Publishing</ref>. Bangunan kolonial ini banyak menyimpan benda-benda peninggalan sejarah seperti [[Keris]], [[Wayang]], perlengkapan Perang, [[Gamelan]] dan lain-lain.
}}
'''Kecirebonan''' menurut Raden Hamzaiya dibangun pada tahun 1800 M, Bangunan kolonial ini banyak menyimpan benda-benda peninggalan sejarah seperti [[Keris]], [[Wayang]], perlengkapan Perang, [[Gamelan]] dan lain-lain.
 
Komplek keraton '''Kacirebonan''' tepatnya berada di wilayah kelurahan Pulasaren Kecamatan [[Pekalipan, Cirebon|Pekalipan]], tepatnyasekitar 1&nbsp;km sebelah barat daya dari [[Keraton Kasepuhan]] dan kurang lebih 500 meter sebelah selatan [[Keraton Kanoman]]. Keraton Kacirebonan posisinya memanjang dari utara ke selatan (posisi yang sama dengan keraton-keraton lain di Cirebon) dengan luas tanah sekitar 46.500 meter persegi.<ref name=disbudparjabarkacireboanan>[{{Cite web |url=http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=218&lang=id |title=Tim Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. 2011. Keraton Kacirebonan. Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat] |access-date=2015-10-08 |archive-date=2015-10-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20151005094401/http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=218&lang=id |dead-url=yes }}</ref>
Seperti halnya [[Keraton Kasepuhan]] dan [[Keraton Kanoman]], Kecirebonan pun tetap menjaga, melestarikan serta melaksanakan kebiasaan dan upacara adat seperti [[Upacara Pajang Jimat]] dan sebagainya.
 
'''Kacirebonan''' berada di wilayah kelurahan Pulasaren Kecamatan [[Pekalipan, Cirebon|Pekalipan]], tepatnya 1&nbsp;km sebelah barat daya dari [[Keraton Kasepuhan]] dan kurang lebih 500 meter sebelah selatan [[Keraton Kanoman]]. Keraton Kacirebonan posisinya memanjang dari utara ke selatan (posisi yang sama dengan keraton-keraton lain di Cirebon) dengan luas tanah sekitar 46.500 meter persegi.<ref>[http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=218&lang=id Tim Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. 2011. Keraton Kacirebonan. Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat]</ref>
 
Menurut Raden Hamzaiya ditengah situasi pergolakan masyarakat Cirebon tepat pada tanggal 1 September 1806 tercapai persetujuan antara pemerintah kolonial dengan Sultan Sepuh dan Sultan Anom untuk mengadakan perjanjian. Dalam perjanjian itu antara lain ditetapkan, bahwa Raja Kanoman beserta saudaranya dikembalikan ke Cirebon dan dinobatkan sebagai sultan. Orang-orang Cina tidak diizinkan lagi tinggal di daerah pedalaman dan para sultan tidak diperkenankan memeras rakyatnya.
 
Ternyata perjanjian itu tidak meredakan pergolakan rakyat daerah Jatitujuh dan sekitarnya. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal H. W. Daendels (1808-1811) perlawanan rakyat justru makin meluas ke daerah Indramayu sebelah selatan. Tanggal 25 Maret 1808 Raja Kanoman, setelah dikembalikan dari tempat pembuangannya di Ambon, ia diangkat kembali oleh Daendels menjadi Sultan Kacirebonan. Akan tetapi, Daendels terus-menerus mengurangi kekuasaan sultan. Pada tahun 1809 daerah Cirebon dijadikan hak milik pemerintah Belanda. Para sultan dijadikan pegawai negeri dengan mendapat gaji dari pemerintah. Tanggal 2 Maret 1810 Sultan Kacirebonan, Raja Kanoman (Pangeran Suriawijaya) dipecat karena sikap dan tindakannya dianggap selalu menentang pemerintah, Tegas Raden Hamzaiya.
 
Pemecatan Sultan Kanoman menimbulkan kegelisahan di kalangan rakyat Cirebon karena mereka merasa kehilangan pemimpin yang membela kepentingan dan nasib mereka. Akibat tindakan Daendels yang tegas dan keras itu telah membawa ketegangan dan keresahan di segala lapisan masyarakat. Dengan tindakannya pula gerakan-gerakan perlawanan rakyat di daerah-daerah pedalaman yang semula akan padam, berkobar kembali, bahkan makin hebat.
 
Dalam pada itu Bagus Rangin berhasil menghimpun dan membina kembali para pengikutnya. Pengaruh Bagus Rangin di kalangan para pengikutnya dan masyarakat setempat pada umumnya sangat besar. Bagus Rangin sangat dipercayai dan diharapkan menjadi pemimpin oleh para pengikutnya. Begitu besarnya pengaruh Bagus Rangin sehingga ia dianggap sebagai titisan Ratu Adil yang akan melenyapkan kedoliman dan akan membawa keadilan dan kemakmuran bagi rakyat tambah Raden Hamzaiya
 
Perlawanan Rakyat Cirebon berakhir setelah Pemerintah Hindia Belanda yang dibantu oleh pasukan Sultan Sepuh, berhasil menangkap Ki Bagus Rangin dan pemimpin perlawanan lainnya. Namun demikian, proses penangkapan Ki Bagus Rangin dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Ki Bagus Rangin tetap melakukan perlawanan meskipun beberapa orang seperjuangannya dari kelompok Bagus Sidong, Bagus Arisim, dan Bagus Suwasa telah menyerah kepada Pemerintah Hindia Belanda. Mereka dan seluruh anggota kelompoknya kemudian menerima amnesti dari Pemerintah Hindia Belanda dan hanya dihukum tidak boleh melakukan tindakan kejahatan saja (Engelhard, dalam ''Indisch Archief tijdschrift,'' tahun 1850. Vol. 3).
 
Dari pemaparan tersebut, jelaslah terlihat bahwa salah satu faktor terjadinya perlawanan rakyat Cirebon adalah berkaitan dengan persoalan hak waris Sultan Kanoman ke empat, Sultan Anom IV Muhammad Chaerudin yang seharusnya diberikan kepada putera mahkotanya yaitu Pangeran Raja Kanoman yang telah diasingkan Belanda ke Ambon dianggap sebagai penyebab timbulnya pemberontakan. Rakyat melakukan pemberontakan dan mengidentifikasi diri dengan Sultan Kanoman yang tercabut hak warisnya (Pengeran Raja Kanoman yang dibuang dan sulit mengklaim haknya).
 
Berkaitan dengan persoalan itu, maka Raden Hamzaiya mengatakan telah diselenggarakan perundingan di kalangan kerabat Kesultanan Kanoman yang salah satu hasil kesepakatannya adalah akan mengembalikan hak Pangeran Raja Kanoman sebagai sultan. Akan tetapi, kedudukannya itu tidak akan dikembalikan di lingkungan Keraton Kanoman karena di keraton tersebut telah bertahta Pangeran Raja Abu Soleh Immamudin sebagai Sultan Anom. Berkaitan dengan itu, disepakatilah bahwa akan dibentuk Kesultanan Kacirebonan dan menetapkan Pangeran Raja Kanoman sebagai sultan pertama Kacirebonan, tandas Raden Hamzaiya
 
== Arsitektur ==
Baris 44 ⟶ 26:
[[Berkas:Reynan-kacirebonan-Koriagung.jpg|jmpl|ka|Kori Agung keraton Kacirebonan]]
[[Berkas:Reynan-kacirebonan-Paseban.jpg|jmpl|ka|Paseban keraton Kacirebonan]]
[[Berkas:Keraton kacirebonan3.jpg|jmpl|ka|Teras depan bangunan induk keraton Kacirebonan]]
 
Setelah wafatnya Sultan Kacirebonan I Sultan Cerbon Amirul Mukminin pada tahun 1814, Ratu Raja Resminingpuri yang merupakan permaisuri dari mendiang almarhum Sultan Kacirebonan I tinggal di area [[Taman Sari Gua Sunyaragi]], tetapi dengan memiliki anak yang masih kecil dan baru berumur lima tahun yaitu Pangeran Raja Madenda Hidayat yang kelak menjadi Sultan Kacirebonan II dia memutuskan untuk membangun sebuah keraton Kacirebonan di Pulosaren dengan uang pensiunan yang selama ini ditolaknya. Pada masa awal pembangunan keraton Kacirebonan Ratu Raja Resminingpuri membuat bangunan induk keraton, ''Paseban'' dan ''Tajug'' (mushola).<ref name=kusnandar/>[http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id<ref name=218&lang=id Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Barat - Keraton Kacirebonan]<disbudparjabarkacireboanan/ref>
 
* Bangunan induk keraton sebagai tempat sebagai tempat tinggal sehari-hari sultan beserta keluarganya. Bangunan ini terdiri dari beberapa ruangan antara lain ruang tidur, ruang kerja sultan, ''pecira'', kamar jimat, ''prabayasa'', dapur dan teras (berfungsi sebagai ruang tunggu bila prajurit rendahan ingin menghadap Sultan).
Baris 56 ⟶ 37:
=== ''Gedong Ijo'' ===
 
Pada tahun 1875 Pangeran Raja Denda Wijaya yang bergelar Raja Madenda membangun ''Gedong Ijo'' dalam komplek keraton Kacirebonan, ''Gedong Ijo'' merupakanadalah bangunan yang menghadap ke timur dan berdenah persegi panjang. Ruang dalam dibagi tiga, yaitu ruang utara dan ruang selatan yang ditempati oleh keluarga sultan sedangkan ruang tengah kosong.
 
=== ''Pringgowati'' ===
Baris 64 ⟶ 45:
=== ''Pinangeran'' ===
 
Ruang ''Pinangeran'' merupakanadalah ruangan yang berada disebelah ''Pringgowati'', berfungsi sebagai tempat tinggal kerabat sultan dan tempat penyimpanan alat-alat perayaan ''Muludan''.
 
=== ''Kaputran'' dan ''Kaputren'' ===
Baris 82 ⟶ 63:
* Pengamanan kegiatan keraton, minimal 10 personil ''(khusus untuk pengamanan kegiatan yang berskala besar, maka diadakan pengamanan penuh yang melibatkan lebih banyak personil kepolisian)''.
 
Sebuah keraton bukan kasultanan yang dimana tidak memiliki sultan
== Silsilah Sultan ==
{{360}}
* Sultan Kacirebonan I Sultan Carbon Kaceribonan Amirul Mukminin (bertahta 1808 - 1814)
* Sultan Kacirebonan II Pangeran Raja Madenda Hidayat (bertahta dari 1814 - 1851)
* Sultan Kacirebonan III Pangeran Raja Denda Wijaya (bertahta dari 1851 - 10 Oktober 1914)
* Sultan Kacirebonan IV Pangeran Raja Madenda Partadiningrat (bertahta dari 9 November 1916 - 31 Juli 1931)
* Sultan Kacirebonan V Pangeran Raja Madenda Raharjadiningrat (bertahta dari 12 Maret 1933 - 24 Februari 1950)
* Sultan Kacirebonan VI Pangeran Raja Sidek Arjaningrat (bertahta dari 24 Februari 1950 - 14 Januari 1957)
* Sultan Kacirebonan VII Pangeran Raja Harkat Nata Diningrat (bertahta dari 14 Januari 1957 - 14 Februari 1969) ''menggantikan saudaranya Sultan Kacirebonan VI''
* Sultan Kacirebonan VIII Pangeran Raja Moh Mulyono Amir Natadiningrat (bertahta dari 14 Februari 1969 - 8 November 1994)
* Sultan Kacirebonan IX Pangeran Raja Abdulgani Nata Diningrat Dekarangga (bertahta dari 28 Mei 1997 - )
 
== Galeri ==
Baris 104 ⟶ 75:
Berkas:"+arya+" ꦏꦿꦠꦺꦴꦤ꧀ ꦏꦕꦶꦫꦼꦧꦺꦴꦤꦤ꧀ kraton kacirebonan 2014.jpg 07.jpg
Berkas:"+arya+" ꦏꦿꦠꦺꦴꦤ꧀ ꦏꦕꦶꦫꦼꦧꦺꦴꦤꦤ꧀ kraton kacirebonan 2014.jpg 08.jpg
Berkas:Keraton kacirebonan2.jpg
</gallery>
 
Baris 118 ⟶ 88:
[[Kategori:Kesultanan Kacirebonan]]
[[Kategori:Istana di Indonesia]]
[[Kategori:Keraton]]