Muhammad Hasyim Asy'ari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jamiul Ham (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan VisualEditor
Desertasad (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(44 revisi perantara oleh 31 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Multiple issues|{{Naratif}}{{Hiperbolis}}{{pemastian}}{{refimprove}}}}
Hadratussyaikh [[Kiai]] [[Haji]] '''Muhammad Hasyim Asy'ari''' adalah seorang ulama besar bergelar pahlawan nasional dan merupakan pendiri sekaligus [[Daftar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama|Rais Akbar]] (pimpinan tertinggi pertama) [[Nahdlatul Ulama]]. Beliau memiliki julukan ''Hadratussyaikh'' yang berarti Maha Guru dan telah hafal ''[[Kutubus Sittah]]'' (Hadits 6 Riwayat), serta memiliki gelar ''Syaikhul Masyayikh'' yang berarti Gurunya Para Guru.<ref>{{Cite web|title=KH Hasyim Asy’ari, Kisah Wafat dan Perjuangannya di Bulan Ramadhan|url=https://nu.or.id/fragmen/kh-hasyim-asy-ari-kisah-wafat-dan-perjuangannya-di-bulan-ramadhan-et2DI|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2022-01-16}}</ref> Beliau adalah putra dari pasangan KH. Asy'ari dengan Nyai Halimah, dilahirkan di Desa [[Tambakrejo, bojonegoro, Jombang|Tambakrejo, Jombang, Jawa Timur]], dan memiliki anak bernama [[Abdul Wahid Hasyim|KH. A Wahid Hasyim]] yang merupakan salah satu pahlawan nasional perumus [[Piagam Jakarta]], serta cucunya yakni [[Abdurrahman Wahid|KH. Abdurrahman Wahid]], merupakan Presiden RI ke-4.{{Infobox Ulama Muslim
{{Infobox religious biography
|notability =
| title = Hadratussyeikh
<!-- ----------- -->
| honorific_prefix = [[Kyai]] [[Haji (gelar)|Haji]]
| name = '''Muhammad Hasyim Asy'ari'''
| native_name = مُحَمَّدْ هَاشِم اَشْعَرِيْ
| native_name_lang = ar
|image = Hasyim Asyari.jpg
|caption =
<!-- ----------- -->
|jalur_ayah =
|jalur_ibu =
|nasab =
<!-- ----------- -->
|tgl_lahir_h =24 / 4
|tgl_lahir_m = 14 / 10
Baris 16 ⟶ 18:
|thn_lahir_m = 1871 / 1875
|tempat_lahir = [[Jombang]]
|negara_dilahirkan = [[Gedang]], [[Kabupaten Jombang]], [[Jawa Timur]], [[Hindia Belanda]]
|nama_ayah father = Kyai Asy'ari
|nama_ibu mother = Nyai Halimah
|nama_lahir =
|hari_lahir =
14 Februari 1871
<!-- ----------- -->
|glr_islam_dpn = Hadratussyaikh
|gelar_aka_dpn =
|glr_tengah = Kyai Haji
|gelar_aka_akhir =
|gelar_bangsawan =
|gelar_adat =
|gelar_lainnya1 =
|gelar_lainnya2 =
|gelar_lainnya3 =
<!-- ---------------- -->
|kunya =
|name = '''Muhammad Hasyim Asy'ari'''
|nama_arabic =مُحَمَّدْ هَاشِم اَشْعَرِيْ
|nisbah =
|nama_lainnya other_name = K.H. Hasyim Asy'ari
<!-- ---------------- -->
|etnis = [[Jawa]]
|nationality = [[Indonesia]]
| known_for = Pendiri [[Nahdlatul Ulama]] dan [[Pahlawan Nasional Indonesia|Pahlawan Nasional]]
|marga =
|negara1 = [[Indonesia]]
|negara2 =
|negara3 =
<!-- ---------------- -->
| known = Pendiri [[Nahdlatul Ulama]]<br />dan [[Pahlawan Nasional Indonesia|Pahlawan Nasional]]
| occupation =
| title = Hadratussyeikh
| salary =
| term =
Baris 54 ⟶ 37:
| party =
| boards =
| religion = [[Islam]]
| denomination = [[Sunni]]
| spouse = Nyai Nafiqoh<br />Nyai Masruroh
| partner =
Baris 64 ⟶ 48:
|selesai1 =1947 (''wafat'')
|pendahulu1 =
|pengganti1 =[[Abdul Wahab Hasbullah|KHK.H. Abdul WahhabWahab Hasbullah]]
|judul2 =Pimpinan
Baris 71 ⟶ 55:
|selesai2 =1947 (''wafat'')
|pendahulu2 =
|pengganti2 =[[Wahid Hasjim|KHK.H. Abdul Wahid Hasyim]]
|judul3 =
Baris 101 ⟶ 85:
|award2 =
|pemberi_award2 =
|tahun_award2 =
 
|award3 =
|pemberi_award3 =
|tahun_award3 =
 
|award4 =
|pemberi_award4 =
|tahun_award4 =
 
|award5 =
Baris 128 ⟶ 112:
|tempat_makam = Tebuireng, Jombang
|negara_makam =
|birth_date=14 Februari 1871|birth_place=[[Tambakrejo, Jombang, Jombang|Tambakrejo]], [[Kabupaten Jombang|Jombang]], [[Keresidenan Surabaya]] [[Hindia Belanda]]|death_date=25 Juli 1947|death_place=Jombang, [[Jawa Timur]], Indonesia
}}
[[Kyai|K.]][[Haji|H.]] '''Muhammad Hasyim Asy'ari''' ({{Lahirmati|2=14|3=02|4=1871|6=25|7=07|8=1947}}) adalah seorang [[ulama]], [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|pahlawan nasional]], serta merupakan pendiri sekaligus [[Daftar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama|Rais Akbar]] (pimpinan tertinggi pertama) organisasi massa Islam, [[Nahdlatul Ulama]].
 
Ia memiliki julukan Hadratussyaikh yang berarti mahaguru dan telah hafal [[Kutubus Sittah|Kutub al-Sittah]] (6 kitab hadits), serta memiliki gelar [[Syekh|Syaikhu al-Masyayikh]] yang berarti Gurunya Para Guru.<ref>{{Cite web|title=KH Hasyim Asy’ari, Kisah Wafat dan Perjuangannya di Bulan Ramadhan|url=https://nu.or.id/fragmen/kh-hasyim-asy-ari-kisah-wafat-dan-perjuangannya-di-bulan-ramadhan-et2DI|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2022-01-16}}</ref> Ia adalah putra dari pasangan K.H. Asy'ari dengan Ny. H. Halimah, dilahirkan di Desa [[Tambakrejo, Jombang, Jombang|Tambakrejo, Jombang, Jawa Timur]], dan memiliki salah satu anak bernama [[Abdul Wahid Hasyim|K.H. A Wahid Hasyim]] yang juga merupakan pahlawan nasional perumus [[Piagam Jakarta]], serta cucunya yakni [[Abdurrahman Wahid|K.H. Abdurrahman Wahid]], merupakan [[Presiden Indonesia|Presiden RI]] ke-4.
 
== Mendirikan NU ==
Terbentuknya [[Nahdlatul Ulama]] atau NU sebagai wadah [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]] atau Aswaja bukan semata-mata karena KHK.H. Hasyim Asy’ari dan ulama-ulama lainnya ingin melakukan inovasi, namun memang kondisi pada waktu itu sudah sampai pada kondisi genting dan wajib mendirikan sebuah wadah. Di mana saat itu, di Timur Tengah telah terjadi momentum besar yang dapat mengancam kelestarian [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]] terkait penghapusan sistem khalifah oleh [[Turki|Republik Turki Modern]] dan ditambah berkuasanya rezim [[WahhabismeSalafi|MazhabManhaj WahabiSalaf]] di [[Arab Saudi]] yang sama sekali menutup pintu untuk berkembangnya mazhabpaham lainSufi di tanah Arab saat itu. Menjelang berdirinya NU, beberapa ulama masyhur berkumpul di [[Masjidil Haram]] dan sangat mendesak berdirinya orgasnisasiorganisasi untuk menjaga kelestarian [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]].<ref name="NU Online">{{Cite web|title=NU Online|url=https://nu.or.id/|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2021-12-03}}</ref>
 
Setelah melakukan ''istikharah,'' para ulama di Arab Saudi mengirimkan sebuah pesan kepada K.H. Hasyim Asy’ari untuk sowan kepada dua ulama besar di Indonesia saat itu, apabila dua ulama besar ini merestui, maka akan sesegera mungkin dilakukan tindak lanjut, dua orang itu adalah Habib Hasyim, Pekalongan dan [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona Kholil, Bangkalan]]. Maka K.H. Hasyim Asy’ari dengan didampingi Kiai Yasin, Kiai Sanusi, Kiai Irfan, dan [[Raden Asnawi|K.H.R. Asnawi]] datang sowan ke kediamannya Habib Hasyim di Pekalongan.<ref name="NU Online"/> Selanjutnya dilanjutkan dengan sowan ke [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona Kholil Bangkalan]], maka K.H. Hasyim dan ulama lainnya mendapatkan wasiat dari Syaikhona Kholil untuk segera melaksanakan niatnya itu sekaligus beliau merestuinya.<ref>{{Cite web|title=Home|url=https://tebuireng.online/|website=Tebuireng Online|language=en-US|access-date=2021-12-03}}</ref>
<ref>{{Cite web|title=NU Online|url=https://nu.or.id/|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2021-12-03}}</ref>
 
Kemudian pada tahun 1924, [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona Kholil]] mengutus Kiai As'ad yang saat itu berumur 27 tahun untuk mengantarkan sebuah tongkat ke Kiai Hasyim Asy'ari, Tebuireng, Jombang dan menghafalkan [[Surah Ta Ha|Surat Thaha]] ayat 17-23 untuk dibacakan di hadapan Kiai Hasyim. Berangkatlah Kiai As'ad dengan mengayuh sepeda, Kiai As'ad telah dibekali uang oleh Syaikhona Kholil untuk di perjalanan, namun ia justru berpuasa selama di perjalanan. Kemudian setibanya di Tebuireng, Kiai As’ad menghadap Kiai Hasyim Asy'ari dan menyerahkan tongkat itu. Kiai Hasyim bertanya “Apakah ada pesan dari Syaikhona?” Lalu Kiai As’ad membaca Surat Thaha ayat 17-23 yang arti terjemahannya:
Setelah melakukan ''istikharah,'' para ulama di Arab Saudi mengirimkan sebuah pesan kepada KH. Hasyim Asy’ari untuk sowan kepada dua ulama besar di Indonesia saat itu, apabila dua ulama besar ini merestui, maka akan sesegera mungkin dilakukan tindak lanjut, dua orang itu adalah Habib Hasyim, Pekalongan dan [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona Kholil, Bangkalan]]. Maka KH Hasyim Asy’ari dengan didampingi Kiai Yasin, Kiai Sanusi, Kiai Irfan, dan KH. R. Asnawi datang sowan ke kediamannya Habib Hasyim di Pekalongan.<ref>{{Cite web|title=NU Online|url=https://nu.or.id/|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2021-12-03}}</ref> Selanjutnya dilanjutkan dengan sowan ke [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona Kholil Bangkalan]], maka KH. Hasyim dan ulama lainnya mendapatkan wasiat dari Syaikhona Kholil untuk segera melaksanakan niatnya itu sekaligus beliau merestuinya.<ref>{{Cite web|title=Home|url=https://tebuireng.online/|website=Tebuireng Online|language=en-US|access-date=2021-12-03}}</ref>
 
''“Apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa? Dia (Musa) berkata, “Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain.” Allah berfirman, “Lemparkanlah ia, wahai Musa!” Lalu ia melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Dia (Allah) berfirman, “Peganglah ia dan jangan takut, Kami (Allah) akan mengembalikannya kepada keadaannya semula, Dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia keluar menjadi putih (bercahaya) tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain, untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar”.''<ref>{{Cite web|title=Surat Thaha 17-23|url=https://quran.kemenag.go.id/sura/20/17|website=Kementerian Agama RI|access-date=14-01-2022|archive-date=2022-05-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20220521161954/https://quran.kemenag.go.id/sura/20/17|dead-url=yes}}</ref>
Kemudian pada tahun 1924, [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona Kholil]] mengutus Kiai As'ad yang saat itu berumur 27 tahun untuk mengantarkan sebuah tongkat ke Kiai Hasyim Asy'ari, Tebuireng, Jombang dan menghafalkan [[Surah Ta Ha|Surat Thaha]] ayat 17-23 untuk dibacakan di hadapan Kiai Hasyim. Berangkatlah Kiai As'ad dengan mengayuh sepeda, Kiai As'ad telah dibekali uang oleh Syaikhona Kholil untuk di perjalanan, namun ia justru berpuasa selama di perjalanan. Kemudian setibanya di Tebuireng, Kiai As’ad menghadap Kiai Hasyim Asy'ari dan menyerahkan tongkat itu. Kiai Hasyim bertanya “Apakah ada pesan dari Syaikhona?” Lalu Kiai As’ad membaca Surat Thaha ayat 17-23 yang arti terjemahannya :
 
Berselang beberapa hari, Syaikhona Kholil kembali mengutus Kiai As'ad untuk mengantarkan sebuah tasbih kepada Kiai Hasyim. Ketika Syaikhona Kholil menyerahkan tasbihnya, Kiai As'ad enggan untuk menerima dengan tangannya, ia memohon kepada Syaikhona untuk mengalungkan tasbih itu ke lehernya. Syaikhona Kholil berpesan agar Kiai As'ad membaca "''Yaa Jabbar Yaa Qahhar''" hingga sampai Tebuireng dan membacanya di hadapan Kiai Hasyim. Selama di perjalanan, Kiai As'ad sama sekali tidak berani menyentuh tasbih itu, hingga sesampainya di Tebuireng, Kiai As'ad segera menghadap Kiai Hasyim dan memohon Kiai Hasyim untuk mengambil tasbih itu dari lehernya seraya ia membaca "''Yaa Jabbar Ya Qahhar''".
''“Apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa ? Dia (Musa) berkata, “Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain.” Allah berfirman, “Lemparkanlah ia, wahai Musa!” Lalu ia melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Dia (Allah) berfirman, “Peganglah ia dan jangan takut, Kami (Allah) akan mengembalikannya kepada keadaannya semula, Dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia keluar menjadi putih (bercahaya) tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain, untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar”.''<ref>{{Cite web|title=Surat Thaha 17-23|url=https://quran.kemenag.go.id/sura/20/17|website=Kementerian Agama RI|access-date=14-01-2022}}</ref>
 
K.H. Hasyim Asy'ari<ref>{{Cite web|last=Abdurrahman|first=Syarif|date=2021-07-04|title=Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari Sang Mujaddid|url=https://www.tebuireng.co/hadratussyaikh-kh-m-hasyim-asyari-sang-mujaddid/|website=Tebuireng Initiatives|language=id|access-date=2023-01-21}}</ref> telah menangkap dua isyarat kuat tersebut yang mengartikan bahwasannya Syakhona Kholil telah memantapkan hati beliau dan merestui didirikannya Jam'iyah Nahdlatul Ulama. Setahun kemudian, pada tanggal 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 H di Surabaya berkumpul para ulama se-Jawa-Madura. Mereka bermusyawarah dan sepakat mendirikan organisasi Islam Nahdlatul Ulama'''.'''{{tone|bagian}}
Berselang beberapa hari, Syaikhona Kholil kembali mengutus Kiai As'ad untuk mengantarkan sebuah tasbih kepada Kiai Hasyim. Ketika Syaikhona Kholil menyerahkan tasbihnya, Kiai As'ad enggan untuk menerima dengan tangannya, ia memohon kepada Syaikhona untuk mengalungkan tasbih itu ke lehernya. Syaikhona Kholil berpesan agar Kiai As'ad membaca "''Yaa Jabbar Yaa Qahhar''" hingga sampai Tebuireng dan membacanya di hadapan Kiai Hasyim. Selama di perjalanan, Kiai As'ad sama sekali tidak berani menyentuh tasbih itu, hingga sesampainya di Tebuireng, Kiai As'ad segera menghadap Kiai Hasyim dan memohon Kiai Hasyim untuk mengambil tasbih itu dari lehernya searaya ia membaca "''Yaa Jabbar Ya Qahhar''".
 
KH. Hasyim Asy'ari telah menangkap dua isyarat kuat tersebut yang mengartikan bahwasannya Syakhona Kholil telah memantapkan hati beliau dan merestui didirikannya Jam'iyah Nahdlatul Ulama. Setahun kemudian, pada tanggal 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 H di Surabaya berkumpul para ulama se-Jawa-Madura. Mereka bermusyawarah dan sepakat mendirikan organisasi Islam Nahdlatul Ulama'''.'''{{tone|bagian}}
== Pemikiran ==
Pemikiran dari K.H. Hasyim Asy'ari tentang [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]] adalah ulama dalam bidang tafsir Al Qur'an, Sunnah Nabi Muhammad, dan Fiqih yang tunduk pada tradisi [[Muhammad|Rasulullah]] dan [[Kekhalifahan Rasyidin|Khulafaur Rasyidin]]. Selanjutnya beliau menyatakan bahwa sampai sekarang ulama tersebut termasuk "mereka yang mengikuti Mazhab Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam Syafi'i, dan Imam Hambali". Pemikiran inilah yang diterapkan oleh Jam'iyah [[Nahdlatul Ulama]] yang menyatakan sebagai pengikut, penjaga, pelestari, dan penyebar paham [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]]
 
[[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]] dalam pandangan K.H. Hasyim Asy'ari tidak memiliki makna tunggal, tergantung perspektif yang digunakan. Paling tidak terdapat dua perspektif yang digunakan untuk mendefinisikan [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]], yaitu teologi dan fiqih. Namun, jika ditelusuri lebih lanjut melalui karya-karya K.H. Hasyim Asy'ari, maka sebenarnya dapat diambil sebuah kesimpulan yaitu bahwa [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]] pada dasarnya lebih kepada pola keberagaman bermadzhab kepada generasi muslim masa lalu yang cukup otoritatif secara religius.<ref>{{Cite web|title=Teladan Ukhuwah Islamiyah dan Keilmuan KH Hasyim Asy’ari|url=https://www.nu.or.id/fragmen/teladan-ukhuwah-islamiyah-dan-keilmuan-kh-hasyim-asy-ari-37odG|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2022-01-16}}</ref>
Pemikiran KH. Hasjim Asy'ari tentang [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]] adalah ulama dalam bidang tafsir Al Qur'an, Sunnah Nabi Muhammad, dan Fiqih yang tunduk pada tradisi [[Muhammad|Rasulullah]] dan [[Kekhalifahan Rasyidin|Khulafaur Rasyidin]]. Selanjutnya beliau menyatakan bahwa sampai sekarang ulama tersebut termasuk "mereka yang mengikuti Mazhab Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam Syafi'i, dan Imam Hambali". Pemikiran inilah yang diterapkan oleh Jam'iyah [[Nahdlatul Ulama]] yang menyatakan sebagai pengikut, penjaga, pelestari, dan penyebar paham [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]]
 
[[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]] dalam pandangan KH. Hasyim Asy'ari tidak memiliki makna tunggal, tergantung perspektif yang digunakan. Paling tidak terdapat dua perspektif yang digunakan untuk mendefinisikan [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]], yaitu teologi dan fiqih. Namun, jika ditelusuri lebih lanjut melalui karya-karya KH. Hasjim Asy'ari, maka sebenarnya dapat diambil sebuah kesimpulan yaitu bahwa [[Suni|Ahlussunnah wal Jama’ah]] pada dasarnya lebih kepada pola keberagaman bermadzhab kepada generasi muslim masa lalu yang cukup otoritatif secara religius.<ref>{{Cite web|title=Teladan Ukhuwah Islamiyah dan Keilmuan KH Hasyim Asy’ari|url=https://www.nu.or.id/fragmen/teladan-ukhuwah-islamiyah-dan-keilmuan-kh-hasyim-asy-ari-37odG|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2022-01-16}}</ref>
 
== Resolusi Jihad ==
Resolusi Jihad adalah suatu hasil dari perenungan dan penghayatan nilai-nilai Islam [https://www.tebuireng.co/tafsir-pemikiran-kebangsaan-dan-keislaman-kh-m-hasyim-asyari/ kebangsaan]. Tak lama setelah merdeka, Indonesia kembali mendapat teror Belanda yang ingin kembali masuk menguasaimenguasa Indonesia dari tangan Jepang. Presiden Soekarno mengutus [[Sutomo|Bung Tomo]] untuk menghadap KH Hasyim Asy’ari untuk meminta nasehat dan pendapat bagaimana kiranya hukumnya umat Islam menghadapi ancaman tersebut.
 
Menanggapi hal itulah KHK.H. Hasyim Asy’ari<ref>{{Cite web|last=Abdurrahman|first=Syarif|date=2021-06-27|title=Tafsir Pemikiran Kebangsaan dan Keislaman KH M Hasyim Asy’ari|url=https://www.tebuireng.co/tafsir-pemikiran-kebangsaan-dan-keislaman-kh-m-hasyim-asyari/|website=Tebuireng Initiatives|language=id|access-date=2023-01-21}}</ref> mengeluarkan fatwa yang kemudian diputuskan dalam rapat para konsul NU se-Jawa Madura. Berikut isi teks asli fatwa tersebut.<blockquote>'''''Bismillahirrochmanir Rochim'''''
 
Mendengar : Bahwa di tiap-tiap Daerah di seloeroeh Djawa-Madoera ternjata betapa besarnja hasrat Oemmat Islam dan ‘Alim Oelama di tempatnja masing-masing oentoek mempertahankan dan menegakkan AGAMA, KEDAOELATAN NEGARA REPOEBLIK INDONESIA MERDEKA.
 
 
'''Menimbang :'''
Baris 163 ⟶ 148:
 
b. Bahwa di Indonesia ini warga negaranja adalah sebagian besar terdiri dari Oemmat Islam.
 
 
'''Mengingat:'''
 
1.# Bahwa oleh fihak Belanda (NICA) dan Djepang jang datang dan berada di sini telah banjak sekali didjalankan kedjahatan dan kekedjaman jang menganggoe ketentraman oemoem.
# Bahwa semoea jang dilakoekan oleh mereka itu dengan maksoed melanggar kedaoelatan Negara Repoeblik Indonesia dan Agama, dan ingin kembali mendjadjah di sini maka beberapa tempat telah terdjadi pertempoeran jang mengorbankan beberapa banjak djiwa manoesia.
# Bahwa pertempoeran2 itu sebagian besar telah dilakoekan oleh Oemmat Islam jang merasa wadjib menoeroet hoekoem Agamanja oentoek mempertahankan Kemerdekaan Negara dan Agamanja.
# Bahwa di dalam menghadapai sekalian kedjadian2 itoe perloe mendapat perintah dan toentoenan jang njata dari Pemerintah Repoeblik Indonesia jang sesoeai dengan kedjadian terseboet.
 
'''Memoetoeskan :'''
2. Bahwa semoea jang dilakoekan oleh mereka itu dengan maksoed melanggar kedaoelatan Negara Repoeblik Indonesia dan Agama, dan ingin kembali mendjadjah di sini maka beberapa tempat telah terdjadi pertempoeran jang mengorbankan beberapa banjak djiwa manoesia.
 
# Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Repoeblik Indonesia soepaja menentoekan soeatoe sikap dan tindakan jang njata serta sepadan terhadap oesaha2 jang akan membahajakan Kemerdekaan dan Agama dan Negara Indonesia teroetama terhadap fihak Belanda dan kaki tangannja.
3. Bahwa pertempoeran2 itu sebagian besar telah dilakoekan oleh Oemmat Islam jang merasa wadjib menoeroet hoekoem Agamanja oentoek mempertahankan Kemerdekaan Negara dan Agamanja.
# Soepaja memerintahkan melandjoetkan perdjoeangan bersifat “sabilillah” oentoek tegaknja Negara Repoeblik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.
 
''Soerabaja, 22 Oktober 1945''</blockquote>
4. Bahwa di dalam menghadapai sekalian kedjadian2 itoe perloe mendapat perintah dan toentoenan jang njata dari Pemerintah Repoeblik Indonesia jang sesoeai dengan kedjadian terseboet.
 
== Nasab ==
 
# [[Muhammad|Rasulullah SAW.]]
'''Memoetoeskan :'''
# [[Fatimah az-Zahra|Fatimah Az-Zahra]]
 
# [[Husain bin Ali]]
1. Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Repoeblik Indonesia soepaja menentoekan soeatoe sikap dan tindakan jang njata serta sepadan terhadap oesaha2 jang akan membahajakan Kemerdekaan dan Agama dan Negara Indonesia teroetama terhadap fihak Belanda dan kaki tangannja.
# [[Ali bin Husain|Ali Zainal Abidin]]
 
# Muhammad al-Baqir
2. Seoapaja memerintahkan melandjoetkan perdjoeangan bersifat “sabilillah” oentoek tegaknja Negara Repoeblik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.
# Ja’far ash-Shadiq
 
# [[Musa al-Kadzim|Musa Al Kadzim]]
''Soerabaja, 22 Oktober 1945''</blockquote>
# [[Ali ar-Ridha|Ali Ar Ridho]]
# [[Muhammad al-Jawad|Muhammad Al Jawad At Taqi]]
# [[Ali al-Hadi|Ali An Naqi Al Hadi]]
# Ja'far Az Zaki
# Ali Al Asyqori
# Abdullah
# Ahmad
# Mahmud
# Muhammad
# Ja'far
# Ali
# Husein Jalaluddin Al Bukhori
# Ahmad Al Kabir
# Jalaluddin Husein
# Mahmud Nasiruddin Mahmudinil Kubro
# [[Jamaluddin Akbar al-Husaini|Jamaluddin Akbar]]
# Muhammad Kebungsuan Syamsu Tabriz
# Ishaq Pangeran Pethak
# Abdul Fatah Adipati Pengging Sepuh
# Abdul Azis Ki Ageng Kebo Kenongo
# [[Joko tingkir|Abdurrahman Sultan Hadiwijaya Joko Tingkir]]
# Abdullah Pangeran Benowo I
# Abdul Halim Pangeran Benowo II
# Pangeran Keputran Sumohadiningrat
# Abdurrahman Sambu Lasem
# Abdul Halim
# Dzumali Mbah Tuyuhan
# Abdul Wahid Salatiga
# Muhammad Abu Syarwani
# Kiai Asy'ari Ponpes Keras Jombang
# Hadrotussyaikh Muhammad Hasyim Asy'ari
 
== Karya ==
* '''Risalah Ahlussunnah wal Jama'ah: Fi Hadistil Mauta wa Asyrathissa'ah wa Bayani Mafhumissunnah wal Bid'ah''' (''Paradigma Ahlussunah wal Jama'ah: Pembahasan tentang Orang-orang Mati, Tanda-tanda Zaman, Penjelasan Sunnah dan Bid'ah''). Karya KHK.H. Hasyim Asy’ari yang satu ini banyak membahas tentang bagaimana sebenarnya penegasan antara sunnah dan bid’ah. Secara tidak langsung, kitab tersebut banyak membahas persoalan-persoalan yang akanmunculakan muncul di kemudian hari, terutama saat ini.
*'''Muqaddimah Al Qanun Al Asasi li Jam’iyyah Nahdlatul Ulama''' (''Anggaran Dasar Organisasi Nahdlatul Ulama''). Kitab ini berisikan pemikiran KHK.H. Hasyim Asy’ari yang berkaitan dengan NU. Dalam kitab tersebut, KHK.H. Hasyim Asy’ari mengutip beberapa ayat dan hadits yang menjadi landasannya dalam mendirikan NU.
*'''Risalah fi Ta’kidul Akhdzi bi Mazhabil A’immatul Arba’ah''' (''Risalah untuk memperkuat pegangan atas madzhab empat''). Dalam kitab ini, KHK.H. Hasyim Asy’ari tidak sekedar menjelaskan pemikiran empat imam madzhab (Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad bin Hanbal). Namun, beliau juga memaparkan alasan-alasan kenapa pemikiran di antara keempat imam itu patut kita jadikan rujukan.
*'''Arba’ina Haditsan Tata’allaqu bi Mabadi’ Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.''' Sebagaimana judulnya, kitab ini berisi empat puluh hadits pilihan yang sangat tepat dijadikan pedoman oleh warga NU. Hadits yang dipilih oleh KHK.H. Hasyim Asy’ari terutama berkaitan dengan hadits-hadits yang mejelaskan pentingnya memegang prinsip dalam kehidupan yang penuh dengan rintangan dan hambatan ini.
*'''Adabul 'alim wal Muta’alim fi ma Yahtaju Ilaihil Muta’allim fi Maqamati Ta’limihi''' ''(Etika Pengajar dan Pelajar dalam Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Pelajar Selama Belajar''). Pada dasarnya, kitab ini merupakan ringkasan dari kitab ''Adab al-Mu’allim'' karya Syekh Muhamad bin Sahnun, ''Ta’limul Muta’allim fi Thariqah at-Ta’allum'' karya Syekh Burhanuddin az-Zarnuji, dan ''Tadzkiratus Syaml wal Mutakalli fi Adabil 'Alim wal Muta’allim'' karya Syekh Ibnu Jama'ah. Meskipun merupakan bentuk ringkasan dari kitab-kitab tersebut, tetapi dalam kitab tersebut kita dapat mengetahui betapa besar perhatian KHK.H. Hasyim Asy’ari terhadap dunia pendidikan.
 
== Wafat ==
Kiai Hasyim wafat pada tanggal 25 Juli 1947 M atau 7 Ramadan 1366 H, saat itu di Kiai Hasyim menerima kedatangan utusan [[Soedirman|Panglima Besar Jenderal Sudirman]] dan [[Sutomo|Bung Tomo]] yang hendak mengabarkan keadaan negara setelah terjadinya Agresi Militer I pada 21 Juli 1947. Kiai Hasyim kaget sebab mendengar cerita dari utusan tersebut bahwa Singosari telah direbut oleh [[Simon Spoor|Jenderal Spoor]].
 
Mendengar kabar itu, Kiai Hasyim sangat kaget hingga iabeliau jatuh pingsan, sempat didatangkan dokter namun nyawanya tak bisa diselamatkan lagi, ia dimakamkan di komplek [[Pondok Pesantren Tebuireng]], [[Diwek, Jombang]].<ref>{{Cite web|title=Detik-detik Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari Wafat pada Tanggal 7 Ramadhan|url=https://jabar.nu.or.id/tokoh/detik-detik-hadratussyekh-kh-hasyim-asy-ari-wafat-pada-tanggal-7-ramadhan-XKCeQ|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2022-01-16}}</ref>
 
== Dalam budaya populer ==
* Dalam film ''[[Sang Kiai]]'' (2013), Hasyim Asy'ari diperankan oleh [[Ikranagara]].
 
== Referensi ==
{{reflist}}
<references/>
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1301-ulama-pembaharu-pesantren/ Tokohindonesia.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160326074935/http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1301-ulama-pembaharu-pesantren/ |date=2016-03-26 }}
* {{id}} [http://pahlawancenter.com/pahlawancenterbaru/?p=1600/ pahlawancenter.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160529022504/http://pahlawancenter.com/pahlawancenterbaru/?p=1600%2F |date=2016-05-29 }}
{{Pahlawan Indonesia}}
Baris 207 ⟶ 230:
{{Navbox Ulama Ahli Fiqih Mazhab Syafi'i}}
 
{{Authority control}}{{Naratif}}
 
{{pemastian}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia|Hasyim Asy'ari]]
[[Kategori:Tokoh Jawa|Hasjim Asy'ari]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur|Hasjim Asy'ari]]
[[Kategori:Tokoh Jombang|Hasyim Asy'ari]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia|Hasyim Asy'ari]]
[[Kategori:Pendiri NU]]
[[Kategori:Rais Aam Syuriyah PBNU|Hasyim Asy'ari]]
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia|Hasyim Asy'ari]]
[[Kategori:Abdurrahman Wahid|Hasyim Asy'ari]]
[[Kategori:Tokoh dari Jombang|Hasyim Asy'ari]]
[[Kategori:Tokoh Jawa|Hasjim Asy'ari]]
[[Kategori:Ulama Syafi'i Abad ke-14 H|Hasyim Asy'ari]]
[[Kategori:Ulama Sunni|Hasyim Asy'ari]]