|kecamatan =Weru
|kode pos =57562
|nama pemimpin =Bayan Sularjokepala
|luasDesa. =Slamet Riyadi =-SP
|pendudukluas =-125.500 m
|kepadatanpenduduk =-15.000 jiwa
|padukuhan =Watukelir, Gaden, Banyubiru, Krendetan, Beji, Tanggulangin, Pungsari, Kuntulan, Tegalrejo, Serut, Sarehan,
}}
Pilang}}
'''Jatingarang''' adalah salah satu [[desa]] di [[kecamatan]] [[Weru, Sukoharjo|Weru]], [[Kabupaten Sukoharjo|Sukoharjo]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].
Terdapat sebuah tempat bersejarah yaitu Watu Kelir yang diabadikan sebagai nama Terminal di Jatingarang, dan perdukuhan yang menjadi Lintasan atau jalur alternatif baik antar kabupaten maupun antar propinsi adalah Dukuh Gaden, Di perdukuhan Dipimpin oleh Seorang Pejabat Administratif pemerintah desa Jatingarang yaitu Bayan Sularjo.
== Pembagian wilayah ==
Desa Jatingarang terdiri dari dukuh<ref name="printilan">{{cite web
Makam Ki Ageng Banyubiru terletak di Desa Jatingarang Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo ± 24 Km dari Kota Kabupaten Sukoharjo.
|url=https://printilan.com/nama-dukuh-di-kecamatan-weru-kabupaten-sukoharjo/
Ki Ageng Pengging (Sepuh) yang bernama Adipati Handayaningrat Makurung adalah seorang Adipati yang pilih tanding, sakti mandraguna, maka tak pelak lagi jika disayang oleh Raja Majapahit yaitu Prabu Brawijaya V, sebagai bukti kasih sayangnya, maka Adipati tersebut dinikahkan dengan seorang putrinya yaitu Retno Pembayun yang keturunan dari Putri Cempa.
|title=Nama Dukuh di Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo
Dari hasil perkawinannya itu, lahirlah dua orang putra yang di beri nama Ki Kebo Kanigara dan Ki Kebo Kenanga. Selang beberapa tahun kemudian, Adipati Handayaningrat wafat dan digantikan oleh putranya yang kedua yaitu Ki Kebo Kenanga dengan gelar Adipati Pengging (Anom) sedangkan putra tertuanya yaitu Ki Kebo Kanogoro memilih jalan berkelana untuk menemukan jati diri sesungguhnya yang memeluk agama Budha.
|last=
Dalam berkelana atau pengembaraannya, Ki Kebo Kanigara singgah dibeberapa tenpat antara lain :
|first=
Dari Pengging, Ki Kebo Kanigara menuju Rawa Pening, Ambarawa, di tempat itu melakukan tapa kungkum atau merendam diri, selama tujuh tahun lamanya. Di sini Ki Kebo Kanigara menggunakan nama samaran Ki Ageng Arimurko. Dalam bertapanya, dia mendapat wahyu dari dimana air yang digunakan untuk bertapa berubah warnanya menjadi biru, sehingga Ki Ageng Arimurko sering disebut Ki Ageng Banyu Biru.
|date=21 Januari 2024
Dari Ambarawa, Ki Kebo Kanigara melanjutkan pengembaraannya ke daerah Tiyama Wonogiri, di tempat ini pula dia menjalankan tapa selama tujuh tahun lamanya dan menggunakan nama samaran Ki Ageng Kartawijaya.
|website=printilan.com
Dari Tiyama kemudian berpindah lagi ke Kaligayam Gunung Kidul. Ki Ageng pun melakukan tapa tapi dengan tapa berdiri (ngadeg jejer) yaitu dengan bersandar pada kayu jati, selama tiga tahun sehingga kayu jati itupun menjadi kering karena kesaktian Ki Ageng. Di tempat itu, Ki Ageng Kanigara dikenal sebagai Sidik Imam Purwata Sari. Saat bertapa Ki Ageng mendapat wahyu, yaitu kedatangan seorang putri nan cantik rupawan dan bernama Putri Serang, salah satu Putri Raja Banten Kaligayam, diceritakan bahwa sang putri telah bermimpi bertemu dengan seorang yang tampan dan sakti mandraguna , sehingga membuatnya tertarik untuk mencari orang yang telah merebut hatinya. Bertemulah sang putri tersebut dengan Ki Kebo Kanigara yang telah bertapa dan sang putri mengutarakan keinginannya untuk mengabdi dan melayani atau bersedia untuk diperistri oleh Ki Ageng. Tetapi keinginan sang putri tidak kesampaian sehingga pulanglah sang putri ke Kaligayam, belum sampai ke Kaligayam sang putri bunuh diri.
|publisher=
Setelah dari pertapaan Kaligayam, Ki Ageng kembali lagi bertapa di Rawa Pening, disini pula kembali menggunakan nama samaran sebagai Kyai Sidik Urip.
|access-date=13 Mei 2024
Namun akhirnya, Ki Kebo Kanigara menetap di Sk. Sarehan Ds. Jatingarang sampai dengan akhir hayatnya. Di tempat ini merupakan akhir dari pengembaraan yang memakan waktu bertahun-tahun dan disini pula Ki Kebo Kanigara dikenal sebagai Ki Ageng Purwata Sidik atau Ki Ageng Banyu Biru.
|quote= }}
Agama yang dianutpun telah berubah yaitu memilih agama Islam karena selama pengembaraannya Ki Kebo Kanigoro juga menjadi murid dari Syeh Siti Jenar bersama-sama dengan diknya yaitu Ki Kebo Kenanga, Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Ngerang, dan Ki Ageng Butuh.
</ref>:
{{col-css3-begin|2}}
* Beji
* Gaden
* Kauman
* Kedungdowo
* Kelir
* Krendetan
* Kuntulan
* Margoino
* Margojati
* Margomulyo
* Margorejo
* Pengkol
* Pilang
* Pungsari
* Sarehan
* Serut
* Tegalrejo
* Watukelir
{{col-css3-end}}
== Sejarah ==
Desa jatingarang ini memiliki sejarah yang menarik yaitu dari kisah perjalanan oleh seorang pengembara Joko Tingkir. Joko Tingkir adalah seorang pengembara yang mengembara dari satu daerah ke daerah lain. Pada saat Joko Tingkir melakukan pengembaraan dari Kerajaan Demak hingga melewati beberapa daerah, bekal pengembaraan Joko Tingkir ini tidak cukup, sehingga Joko Tingkir selalu berhenti di suatu daerah untuk menyiapkan perbekalan. Pada saat itu Joko Tingkir sedang beristirahat dan menyiapkan perbekalan di suatu daerah yang banyak sekali pohon jati, tetapi pada saat itu musim kemarau sehingga daun - daun pohon jati ini berjatuhan dan terlihat merangas [http://www.warungobatherbal.com/ .] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150825062150/http://www.warungobatherbal.com/ |date=2015-08-25 }} Sehingga Joko Tingkir ini memberikan nama daerah ini dengan nama Jatingarang. Jika dalam bahasa Jawa berarti Jati = Pohon Jati dan Ngarang = Jarang, jadi daerah dengan pohon jati yang terlihat jarang karena tidak mempunyai daun.
== Referensi ==
{{reflist}}
{{Weru, Sukoharjo}}
{{Authority control}}
▲{{ kelurahanKelurahan-stub}}
|