Perubahan iklim di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k →‎Emisi: clean up
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor-alih
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[File:Urban-Rural Population and Land Area Estimates, v2, 2010 Jakarta, Indonesia (13873745385).jpg|thumb|300px]]
''
'''Perubahan iklim di Indonesia''' merupakan permasalahan yang penting, karena banyaknya populasi yang hidup di tepi pantai yang dapat terkena dampak [[kenaikan permukaan laut]] dan karena kehidupan banyak penduduknya bergantung pada [[pertanian]], [[marikultur]] dan [[perikanan]], yang semuanya dapat terkena dampak dari perubahan suhu, curah hujan dan perubahan klimatik lainnya.
Perubahan iklim mengacu pada perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang. Pergeseran ini mungkin bersifat alami, tetapi sejak periode 1800-an, aktivitas manusia telah menjadi pendorong utama perubahan iklim, terutama dengan pembakaran bahan bakar fosil (seperti batu bara, minyak, dan gas) yang menghasilkan gas yang memerangkap panas.
 
'''Perubahan iklim di Indonesia''' merupakan permasalahan yang penting, karena banyaknya populasi yang hidup di tepi pantai yang dapat terkena dampak [[kenaikan permukaan laut]] dan karena kehidupan banyak penduduknya bergantung pada [[pertanian]], [[marikultur]] dan [[perikanan]], yang semuanya dapat terkena dampak dari perubahan suhu, curah hujan dan perubahan klimatik lainnya.
 
Dampak perubahan iklim yang dapat dirasakan di sebagian wilayah pesisir adalah krisis air, tercemarnya air sumur dengan air laut, banjir dan rob/ abrasi. Hal tersebut membuat penduduk kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya. Padahal air bersih merupakan komponen yang sangat penting dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari - hari. Krisis iklim menyebabkan kandungan air tanah berkurang. Sehingga warga berupaya memperoleh air bersih menggunakan desalinasi air laut, memanen air hujan, membeli air dari daerah terdekat. <ref name="Amalia, B. I. dan Sugiri, A. 2014. Ketersediaan Air Bersih dan Perubahan Iklim: Studi Krisis Air di KedungKarang Kabupaten Demak. Jurnal Teknik PWK Volume 3 Nomor 2 Vol. 3; No. 2; 2014; hal. 295-302">
 
Ketika suhu atmosfer naik, lapisan permukaan laut juga meningkat, volumenya meningkat, dan permukaan laut naik. Kenaikan permukaan laut sebesar 30°C disebabkan oleh mencairnya es, dan sisanya disebabkan oleh kenaikan suhu. Perubahan muka air laut berdampak signifikan terhadap kehidupan di wilayah pesisir. Efek global warming, volume air di lautan Indonesia mulai bertambah sekitar 0,8 cm setiap tahunnya, yang akan menyebabkan kepulauan ini tenggelam hampir 1 meter selama 15 tahun ke depan. Mengingat Indonesia merupakan negara maritim (kepulauan), hal ini tentu menjadi perhatian bersama. Dampak yang diharapkan dari kenaikan permukaan laut yaitu Peningkatan abrasi pantai, banjir pada wilayah pesisir, peningkatan salinitas di muara, penurunan kualitas terumbu karang. Indonesia sebagai negara yang memiliki pulau sebanyak 17.508 dan memiliki beberapa pulau kecil, yang mungkin hilang karena naiknya permukaan air laut. Menurut hasil simulasi dapat menentukan risiko tenggelamnya wilayah Indonesia, diperkirakan sekitar tahun 2100 sedikitnya 115 Pulau di daerah Jawa tenggelam karena naiknya permukaan air di lautan . Efek dari adanya iklim yang berubah dan degradasi lingkungan berdampak signifikan bagi migrasi penduduk global yang mengalami peningkatan. Profesor Norman Myers memberi peringatan sekitar tahun 2050, 200 juta orang akan terpengaruh oleh perubahan iklim, hujan deras disusul dengan kondisi cuaca ekstrem yang lain, atau periode kemarau berkepanjangan, naiknya suhu dan volume air di lautan yang akan mengalami banjir. “jika sudah mengalami putus asa, seseorang mulai mencari tempat berlindung di daerah lain,” Myers mengatakan bahwa : “Jika mereka tidak dapat pindah secara permanen, mereka berharap untuk kembali ke kampung halamannya”. <ref name="Andarini, S.Y., dan Sudarti. Efek Global Warming. Jurnal Phi: Jurnal Pendidikan Fisika dan Fisika Terapan. Vol 9 (2), 2023; ISSN: 2549-7162 Hal. 31-38">
 
Emisi [[gas rumah kaca]] (GRK) yang dihasilkan Indonesia merupakan bagian yang signifikan dari total dunia. Indonesia telah disebut sebagai "penghasil gas rumah kaca yang paling diabaikan" yang "dapat menjadi negara yang menghancurkan iklim dunia."<ref name=":0">{{Cite web|url=https://thediplomat.com/2018/03/the-other-country-crucial-to-global-climate-goals-indonesia/|title=The Other Country Crucial to Global Climate Goals: Indonesia|last=Coca|first=Nithin|date=March 28, 2018|website=[[The Diplomat]]|language=en-US|archive-url=|archive-date=|dead-url=|access-date=2018-12-05}}</ref> Indonesia adalah "salah satu dari penghasil gas rumah kaca terbesar".<ref name="PolicyBalance">{{Cite web|url=http://www.futuredirections.org.au/publication/indonesian-climate-change-policies-striking-a-balance-between-poverty-alleviation-and-emissions-reduction/|title=Indonesian Climate Change Policies: Striking a Balance between Poverty Alleviation and Emissions Reduction|last=Piesse|first=Mervyn|date=2018-09-18|website=Future Directions International|language=en-US|archive-url=https://web.archive.org/web/20191230232339/http://www.futuredirections.org.au/publication/indonesian-climate-change-policies-striking-a-balance-between-poverty-alleviation-and-emissions-reduction/|archive-date=2019-12-30|dead-url=yes|access-date=2018-12-05}}</ref> Pengukuran tahun 2013 menunjukkan total emisi GRK Indonesia adalah 2161 juta metrik ton [[ekuivalen karbon dioksida]] yang mencapai 4.47 persen dari total global.<ref>{{Cite web|url=https://www.climatelinks.org/resources/greenhouse-gas-emissions-factsheet-indonesia|title=Greenhouse Gas Emissions Factsheet: Indonesia {{!}} Global Climate Change|website=www.climatelinks.org|access-date=2019-02-28}}</ref> Pada 2014, Indonesia berada pada peringkat kedelapan pada [[daftar negara menurut emisi gas rumah kaca]].