Pulau Seprapat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k →Letak: wikifisasi |
||
(10 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 8:
|jenisdati2=Kabupaten
|dati2=[[Kabupaten Pati]]
|luas=- km
|garispantai=- km
|populasi=-
Baris 15:
'''Pulau Seprapat''' adalah pulau yang terdapat di [[Kabupaten Pati]] tepatnya di daerah Juwana.
== Etimologi ==
Kata Seprapat ([[Bahasa Jawa]] yang artinya seperempat), Pulau ini diberi nama Pulau Seprapat karena menurut cerita Dampo Awang meninggalkan seprempat hartanya di Pulau seprapat.<ref>{{Cite web |url=http://seputarpati09.blogspot.com/2014/02/sejarah-sunan-ngerang-pekuon-pati.html |title=Salinan arsip |access-date=2014-07-27 |archive-date=2014-09-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140920193357/http://seputarpati09.blogspot.com/2014/02/sejarah-sunan-ngerang-pekuon-pati.html |dead-url=yes }}</ref>
==Sejarah==▼
== Daya Tarik ==
Pada zaman Majapahit ada seseorang yang tidak dikenal. Oleh karena penderitaan yang dialaminya, orang itu pergi merantau dan mengasingkan diri di pulau yang sekarang bernama Pulau Seprapat. Di pulau itu dia menjalankan pertapaan. Setelah beberapa lama menjalankan pertapaan itu, ia berhasil mendapat pusaka yang sangat berkasiat.▼
Pemandangan di Pulau Seprapat sangat indah nan alami dengan pohon tua yang cukup rindang, sehingga cocok bagi tempat rekreasi bersama keluarga dan sanak saudara. Sedangkan di tengah-tengahnya Pulau Seprapat terdapat sebuah makam berbentuk mushala yang dibangun oleh warga setempat.▼
== Letak ==▼
Seiring bergulirnya waktu, perubahan alam memang tak bisa dihindari. Termasuk bergesernya letak sebuah pulau kecil yang pada awalnya berada di antara alur
▲== Sejarah ==
▲Pada zaman Majapahit ada seseorang yang tidak dikenal. Oleh karena penderitaan yang dialaminya, orang itu pergi merantau dan mengasingkan diri di pulau yang sekarang bernama Pulau Seprapat. Di pulau itu dia menjalankan pertapaan.
Adapun khasiatnya adalah dapat menyembuhkan atau mengembalikan segala sesuatu yang telah terpisah. Untuk membuktikan kasiat benda tersebut, ular dipotong menjadi dua, kemudian meletakkan pusaka di atas badan ular yang terpotong. Seketika ular tersebut dapat tersambung dan hidup.
Setelah kakak perempuannya mencari kian kemari, akhirnya menjumpainya
Setelah kembali, kakaknya menceritakan kejadian-kejadian itu kepada tetangga. Ia mengatakan bahwa adiknya di sana tidak hanya berkepala kera saja,
Dengan keterangan-keterangan itu, maka banyak warga datang ke Pulau Seprapat untuk menuruti cita-citanya. Bahkan, disinyalir sampai sekarang.
Karena tebalnya kepercayaan, maka menurut berita-berita
▲==Letak==
▲Seiring bergulirnya waktu, perubahan alam memang tak bisa dihindari. Termasuk bergesernya letak sebuah pulau kecil yang pada awalnya berada di antara alur Bengawan Silugonggo atau nama lain dari Kali Juwana. Karena itu, pulau yang luasnya kini kurang dari seperempat hektare tersebut, saat ini letaknya bergeser di sisi barat alur Bengawan tersebut.
== Tradisi ==
Pulau Seprapat merupakan bersejarah<ref
Oleh warga, sejak pulau tersebut tidak lagi digunakan untuk ngalap berkah, namanya diubah menjadi Syekh Datuk Lodang Wali Joko. Karena itu, tiap tahun sekali pada bulan Syawal, atau bersamaan dengan perayaan tradisional nelayan yang dikenal dengan Sedekah Laut, dilangsungkan pula peringatan atas tokoh tersebut. Di pulau itu diselenggarakan acara ziarah dan dilanjutkan dengan pengajian. Menurut salah seorang tokoh masyarakat Bendar yang juga seorang anggota DPRD, Jamari Ridwan. Jumlah warga yang mengikuti ziarah dan pengajian pun kian bertambah banyak, sehingga panitia Sedekah Laut seksi acara itu menyediakan angkutan kapal penangkap ikan dan perahu.
== Gembleng Ilmu ==
Tentang siapa, Mbah Datuk Lodang, konon menurut cerita tutur tinular, hidup pada masa Juwana, dimana sudah berdiri Panti Ngerang sebagai pusat penyebaran agama Islam dengan tokoh pemukanya, Ki Ageng Ngerang. Letak tepatnya di Dukuh Ngerang Desa Trimulyo, berbatasan dengan Bendar, keduanya di Kecamatan Juwana. Karena semasa hidupnya tak pernah menikah, kecuali hanya mengembleng ilmu jaya kawijayan murid-muridnya, maka warga memberinya nama tambahan '''Wali Joko'''. Akan tetapi ada salah satu murid yang mencemarkan nama perguruan Pulau Seprapat, yakni Maling Kopo yang nama aslinya Joko Pilang, anak Maling Pekuwon. Maling Kopo, diam-diam berhasil membaca kitab milik gurunya yang berizi tentang kelemahan semua murid Panti Ngerang. Satu di antaranya, adalah Adipati Mondoliko, Pathak Warak yang membawa kabur putri Ki Ageng Ngerang, Roroyono yang sudah dijodohkan dengan murid seperguruan, Said Kusumastuti atau [[Sunan Muria]]. Dengan pusaka milik gurunya yang juga dicuri, Maling Kopo berhasil membunuh Pathak Warak, dan mengembalikan Roroyono ke Panti Ngerang. Dia disuruh memilih, antara dijodohkan dengan Roroyono atau diberi kekuasaan sebagai Adipati Buntar, atau nama lain yang sekarang sebagai [[Bendar, Juwana, Pati|Bendar]]. Kendati Maling Kopo awalnya memilih sebagai penguasa di Buntar, tapi belakangan juga tertarik untuk mempersunting Roroyono yang sudah dinikahkan dengan Sunan Muria. Karena itu, cara sebagai maling pun dilakukan, yaitu menculik Roroyono dan disembunyikan di Pulau Seprapat. Akibatnya dia harus berhadapan dengan murid Ngerang lainnya, yaitu Adipati Tunjungpuro, Cokrojoyo. Akhir cerita tutur tersebut, Maling Kopo pun harus mati di tangan Adipati Cokrojoyo.
== Mitos ==
Perlu diingat bahwa kera-kera yang ada di Pulau Seprapat keadaannya berlainan dengan kera-kera yang ada di lain daerah misalnya
* Kera-kera di Pulau Seprapat seakan-akan dapat mengetahui atau membedakan orang yang berderajat,
* Bisa dapat mengetahui bila seorang yang mendatangi untuk minta maksud dan tujuannya. Caranya ialah dengan membawa telur.
Biasanya yang sangat disukai kera-kera itu adalah telur. Apabila datang membawa telur, setelah diketahui oleh kera (pimpinan) bahwa yang datang itu tidak dapat keturutan
* Bentuk/rupa dari kera-kera tersebut adalah halus dan jinak. Seakan-akan mengetahui sopan-santun.
==
▲Pemandangan di Pulau Seprapat sangat indah nan alami dengan pohon tua yang cukup rindang, di tengah-tengahnya terdapat sebuah makam berbentuk mushala yang dibangun oleh warga setempat.
{{reflist}}
{{Wisata Pati}}
[[Kategori: Tempat wisata]]▼
[[Kategori: Kabupaten Pati]]▼
[[Kategori:Pulau di Jawa Tengah]]
|