Saparman Sodimejo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(2 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 10:
| death_place = [[Sragen]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
| nationality = <!-- Hanya untuk warga negara asing -->
| other_names = Mbah Gotho
| known_for = <!-- Hanya diisi oleh hasil karya atau pencapaian biografi yang signifikan -->
| spouse =
Baris 47 ⟶ 48:
Mbah Gotho sudah berusia 70 tahun pada [[Perang Dunia II]], [[Perang Dunia II]] berdampak luar biasa bagi [[Indonesia]]. Persaingan dua kekuatan, Sekutu dan [[Poros (Perang Dunia II)|Poros]] (Axis) mengubah sejarah RI. Kala itu terjadi pergantian [[penjajah]] dari [[Imperium kolonial Belanda|Belanda]] ke [[Kekaisaran Jepang|Jepang]], Ketika [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] di ambang kekalahan dalam [[Perang Dunia II]], momentum kekosongan kekuasaan dimanfaatkan para pejuang untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
'''Rahasia Panjang Umur'''
Rahasia panjang umurnya sebenarnya cukup sederhana, yaitu sabar dan ikhlas. Selain itu, Mbah Gotho selama hidupnya tidak pernah memukul anak dan istrinya, karena ia pernah merasakan sendiri bagaimana sakitnya dipukul.
Walaupun umurnya panjang, Mbah Gotho merasa kesepian. Oleh karena itulah, Ia hanya berharap satu hal di hari tuanya yaitu kematian. Bahkan Mbah Gotho telah menyiapkan nisan untuk kematiannya sejak tahun 1993.
'''Belum Diakui sebagai Manusia Tertua di Dunia'''
Pada Minggu, 30 April 2017 silam, Mbah Gotho menghembuskan napas terakhir di usia 146 tahun. Saat itu, pemegang manusia tertua adalah seorang perempuan Prancis bernama [[Jeanne Calment|Jeanne Calmet]] yang meninggal pada tahun 1997 pada usia 122 tahun. Mbah Gotho belum diakui secara resmi sebagai manusia tertua karena tak terverifikasi secara independen.
== Referensi ==
|