Allah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Mengembalikan suntingan oleh Hestikarama (bicara) ke revisi terakhir oleh Nyilvoskt Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(38 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 15:
=== Kristen ===
Orang Kristen Arab, menggunakan istilah Allāh al-ab (الله الأب) untuk Allah Bapa, Allāh al-ibn (الله الابن) untuk Allah Anak, dan Allāh al-rūḥ al-quds (الله الروح القدس) bagi Allah Roh Kudus di dalam banyak ritual Tradisi Gereja. Contoh tradisi Tanda Salib berdoa, memasuki ruang ibadah, dan juga pembaptisan.<ref>Matius 28:19 TB LAI "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus"</ref> mereka juga menciptakan ''bismillāh'' mereka sendiri di awal abad ke-8 di mana Islam mengadopsi ''bismillāh'' <ref name="Thomas">Thomas E. Burman, ''Religious Polemic and the Intellectual History of the Mozarabs'', [[Brill Publishers|Brill]], 1994, p. 103</ref> berbunyi: "Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." Sedangkan ''Bismillāh'' Trinitias berbunyi: "Dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Satu Tuhan." Doa Syria, Latin, dan Yunani tidak memiliki kata "Satu Tuhan" di akhir. Penambahan ini dibuat untuk menekankan aspek monoteistik dari keyakinan Trinitarian dan juga untuk membuatnya lebih familiar di kalangan Muslim.<ref name="Thomas" />
Baris 29:
=== Islam ===
{{main|Allah (Islam)}}
Dalam konsep [[Islam]], '''Allah''' ([[bahasa Arab]]:
Islam menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (''[[tauhid]]'').<ref>John L. Esposito, ''Islam: The Straight Path'', Oxford University Press, 1998, Hal.88</ref> Dia itu ''wahid'' dan Esa (''ahad''), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.<ref name="Britannica"/> “Sesungguhnya aku Allah, tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali aku. Maka sembahlah aku dan dirikan shalat untuk mengingatku”. (Q.S Thoha 14). Menurut [[Al-Qur'an|Al-Quran]] terdapat [[99 Nama Allah]] (''[[Asmaulhusna|asma'ul husna]]'' artinya: "nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda.<ref name="EncMMENA"/><ref name="Bentley, David 1999">Bentley, David (1999). ''The 99 Beautiful Names for God for All the People of the Book''. William Carey Library. [[International Standard Book Number|ISBN]] [[Istimewa:Sumber buku/0-87808-299-9|0-87808-299-9]].</ref> Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas.<ref>Annemarie Schimmel,''The Tao of Islam: A Sourcebook on Gender Relationships in Islamic'', SUNY Press, Hal.206</ref> Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (''ar-rahman'') dan "Maha Penyayang" (''ar-rahim'').<ref name="EncMMENA"/><ref name="Bentley, David 1999"/>
Baris 46:
[[Umat Kristen]] di [[Indonesia]] dan [[Malaysia]] menggunakan kata "''Allah''" sebagai terjemahan kata [[Bahasa Ibrani Alkitabiah|bahasa Ibrani]] ''Elohim'' (אֱלֹהִים, ''elohím'') dan kata-kata serupa di [[Perjanjian Lama]] serta kata [[Bahasa Yunani Kuno|bahasa Yunani]] ''Theos'' (θεός, ''theós'') dan kata-kata serupa di [[Perjanjian Baru]] pada Alkitab-Alkitab terjemahan [[bahasa Indonesia]] dan [[Bahasa Melayu Malaysia|bahasa Malaysia]] (keduanya merupakan bentuk baku dari [[bahasa Melayu]] dan [[bahasa resmi]] di negara terkait), terutama dalam [[Alkitab Terjemahan Baru]] yang dipakai oleh Gereja-Gereja [[denominasi Kristen]] arus utama (termasuk [[Gereja Katolik Roma|Gereja Katolik]]) di Indonesia. Pelafalannya juga menggunakan pelafalan {{IPA|[ˈʔalah]}} (seperti mengucapkan "alah") alih-alih pelafalan {{IPA|[ʔɑɫːɑːh]}}.
Perlu dicatat bahwa kata "''Tuhan''" sendiri digunakan sebagai terjemahan untuk kata Ibrani ''Adonai'' (אֲדֹנָי, ''ăḏônāy'') dan kata-kata serupa di Perjanjian Lama serta kata Yunani ''Kirios'' (κῡ́ρῐος, ''kū́rios'') dan kata-kata serupa di Perjanjian Baru; sedangkan kata "''T<small>UHAN</small>''" untuk menerjemahkan nama [[Yahweh]] (
Sejarah penggunaan kata "Allah" di tengah kalangan [[Kekristenan di Indonesia|umat Kristen Indonesia]] dapat ditelusuri jauh pada waktu masuknya Kekristenan di Nusantara, terutama pada penggunaan kata tersebut oleh [[Fransiskus Xaverius]] saat menerjemahkan nas-nas Alkitab ke dalam bahasa Melayu pada abad ke-16.<ref>The Indonesian Language: Its History and Role in Modern Society Sneddon, James M.; University of New South Wales Press; 2004</ref><ref>The History of Christianity in India from the Commencement of the Christian Era: Hough, James; Adamant Media Corporation; 2001</ref> Di dalam kamus bahasa Belanda–Melayu pertama yang disusun [[Albert Cornelius Ruyl]], Justus Heurnius, dan Caspar Wiltens pada tahun 1650, kata "Allah" dicantumkan sebagai padanan kata Belanda ''Godt''.<ref>{{cite book|last1=Wiltens|first1=Caspar|last2=Heurnius|first2=Justus|year=1650|url=https://books.google.com/books?id=3GcTAAAAQAAJ&q=allah|title=Justus Heurnius, Albert Ruyl, Caspar Wiltens. "Vocabularium ofte Woordenboeck nae ordre van den alphabeth, in 't Duytsch en Maleys". 1650:65|access-date=14 Januari 2014|archive-url=https://web.archive.org/web/20131022172808/https://books.google.com/books?id=3GcTAAAAQAAJ&v=onepage&q=allah&f=false|archive-date=22 Oktober 2013}}</ref>
Baris 65:
# Meminta menegur keras gereja-gereja yang masih memakai nama Allah;
# Meminta menegur para rohaniawan Kristen yang masih menggunakan nama Allah juga.
# dan LAI mengambil istilah bahasa arab yang lainnya (contoh: rosul, al kitab, nabi, dan lainnya).
Pihak LAI sempat dituntut ke [[pengadilan]],<ref>{{Cite news|last=|first=|date=16 April 2008|title=Tabloid Reformata Edisi 81 April Minggu II 2008|url=https://books.google.co.id/books?id=Cw6YBwAAQBAJ&pg=PA14&lpg=PA14&dq=LAI+dimejahijaukan&source=bl&ots=5JdiUHyPRd&sig=ACfU3U0xwFWFTxeWNgXSKBoBhZvhEJ9frA&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwilnbDbrc7pAhUGU30KHeDrD5MQ6AEwAHoECAoQAQ#v=onepage&q=LAI%20dimejahijaukan&f=false|work=|access-date=25 Mei 2020}}</ref> tetapi tuntutannya dibatalkan oleh hakim. Banyak gereja yang mengambil posisi untuk membela LAI. Perdebatan nama Allah ini, meskipun telah surut, masih terjadi baik di forum terbuka maupun melalui jaringan online sampai saat ini. Pengikut Gerakan Nama Suci pada tahun 2007 menerbitkan Alkitab "Indonesian Literal Translation" dan sampai sekarang sudah tersebar di banyak kalangan Kristen yang tidak lagi menyebut nama Allah dalam pengajaran dan peribadatan mereka.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Indonesian Literal Translation|url=https://sejarah.co/sejarah/ver_indonesian_literal_translation.htm|website=Sejarah Alkitab Indonesia|access-date=25 Mei 2020}}</ref>
|