Museum Fatahillah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
(34 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{coord|-6.135230|106.813301|display=title|type:landmark}}
{{Infobox buildingmuseum
| name = Museum Sejarah Jakarta
|image = Jakarta Indonesia Jakarta-History-Museum-02.jpg
|caption =native_name Foto panorama Museum Sejarah Jakarta dilihat dari [[Taman= Museum Fatahillah]]
| native_name_lang =
| image_size = 300px
| logo =
|architect= W. J. van de Velde
| logo_upright =
|cost =
|floor_area logo_alt =
| logo_caption =
|structural_system =
| image = Jakarta Indonesia Jakarta-History-Museum-02.jpg
|engineer = J. Kremmer
| image_upright =
|construction_start_date = [[23 Januari]] [[1707]]
| alt =
|location = Jl. Taman Fatahillah No. 1, [[Jakarta Barat]], [[DKI Jakarta]], [[Indonesia]]
| caption = Foto panorama Museum Sejarah Jakarta dilihat dari [[Taman Fatahillah]]
|director =
| map_type =
|curator =
| map_relief =
|style =[[Arsitektur Neoklasik|Neoklasik]]
| map_size =
| url= [http://www.indonesia-tourism.com/jakarta/jakarta-history-museum.html Jakarta History Museum]
| map_caption =
| map_dot_label =
| coordinates = {{coord|-6.135199|106.813300}}
| former_name = Gedung Balai Kota Jakarta
| established = <!-- {{start date|YYYY|MM|DD|df=y}} -->
| dissolved = <!-- {{end date|YYYY|MM|DD|df=y}} -->
| location = Jl.Jalan Taman Fatahillah No. 1, [[Jakarta Barat]], [[DKI Jakarta]], [[Indonesia]]
| type = [[Museum]] [[Sejarah]]
| accreditation =
| key_holdings =
| collections =
| collection_size =
| visitors =
| founder =
| executive_director =
| deputy_director =
| leader_type =
| leader =
| director =
| president =
| ceo =
| chairperson =
| curator =
| architect = W. J. van de Velde
| historian =
| owner =
| employees =
| publictransit =
| parking =
| website = {{URL|jakarta-tourism.go.id/article/detail/museum-fatahillah}}
| network =
| embedded = <!-- or |nrhp= -->
}}
'''Museum Fatahillah''' memiliki nama resmi '''Museum Sejarah Jakarta''' adalah sebuah [[museum]] yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No.Nomor 1, [[Jakarta Barat]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]], [[Indonesia]] dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.
 
Bangunan ini dahulu merupakan balaiBalai kotaKota Batavia ([[bahasa Belanda]]: ''Stadhuis van Batavia'') yang dibangun pada tahun 1707-17121710 atas perintah Gubernur-Jendral Jenderal [[Joan van Hoorn]]. Bangunan ini menyerupai [[Istana Raja Amsterdam|Istana Dam]] di [[Amsterdam]], terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Pada tanggal [[30 Maret]] [[1974]], bangunan ini kemudian diresmikan oleh bapak Ali Sadikin sebagai Museum FatahillahSejarah Jakarta.
 
== Sejarah ==
=== Sejarah Gedunggedung ===
[[Berkas:Batavia-stadthuys.jpg|kiri|jmpl|250px|Lukisan balai kota kedua Batavia pada tahun 1682]]
[[Berkas:Batavia - Townhall 1770.jpg|jmpl|250px|Lukisan balai kota Batavia oleh [[Johannes Rach]] tahun 1770]]
Baris 32 ⟶ 64:
Balai kota Batavia juga mempunyai ruang tahanan yang pada masa VOC dijadikan penjara utama di kota Batavia. Sebuah bangunan bertingkat satu pernah berdiri di belakang balai kota sebagai penjara. Penjara tersebut dikhususkan kepada para tahanan yang mampu membiayai kamar tahanan mereka sendiri. Namun berbeda dengan penjara yang berada di bawah gedung utama. Hampir tidak ada ventilasi dan minimnya cahaya penerangan hingga akhirnya banyak tahanan yang meninggal sebelum diadili di Dewan Pengadilan. Sebagian besar dari mereka meninggal karena menderita kolera, tifus dan kekurangan oksigen. Penjara di balai kota pun ditutup pada tahun 1846 dan dipindahkan ke sebelah timur Molenvliet Oost. Beberapa tahanan yang pernah menempati penjara balai kota adalah bekas Gubernur Jenderal Belanda di Sri Lanka Petrus Vuyst, Untung Suropati dan Pangeran Diponegoro.<ref name=Heuken15 />
 
Di akhir abad ke-19, kota Batavia mulai meluas ke wilayah selatan. Sehingga kedudukan kota Batavia ditingkatkan menjadi Gemeente Batavia. Akibat perluasan kota Batavia, aktivitas balai kota Batavia dipindahkan pada tahun 1913 ke Tanah Abang West (sekarang jalan Abdul Muis No. 35, Jakarta Pusat) dan dipindahkan lagi ke Koningsplein Zuid pada tahun 1919 (sekarang Jl. Medan Merdeka Selatan No. 8-9, Jakarta Pusat) sampai saat ini.<ref name=Jakarta>[{{Cite web |url=http://www.jakarta.go.id/v2/news/1990/01/gedung-balaikota#.ViIINH4rLGI. |title=Gedung Balai Kota] |access-date=2017-01-27 |archive-date=2016-11-07 |archive-url=https://web.archive.org/web/20161107140157/http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/63/jakarta-balai-kota#.ViIINH4rLGI. |dead-url=yes }}</ref> Bekas bangunan balai kota kemudian dijadikan Kantor Pemerintah [[Jawa Barat]] sampai tahun 1942. Selama masa pendudukan Jepang, bangunan ini dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Setelah Indonesia merdeka, bangunan ini kembali digunakan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat disamping ditempati markas Komando Militer Kota I sampai tahun 1961. Setelah itu digunakan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi DKI Djakarta. Pada tahun 1970, bangunan bekas balai kota Batavia ini ditetapkan sebagai bangunan [[Cagar budaya|Cagar Budaya]].<ref name="Indonesia Tourism">{{cite web|url=http://www.indonesia-tourism.com/jakarta/jakarta-history-museum.html|title=Jakarta History Museum|work=Indonesia Tourism|publisher=IndonesiaWebPromotion|accessdate=2009-12-29}}</ref> Setelah itu Gubernur DKI Jakarta pada masa itu Ali Sadikin merenovasi seluruh bangunan ini dan diresmikan pada tanggal 30 Maret 1974 sebagai Museum Sejarah Jakarta.
 
Seperti umumnya di Eropa, balai kota dilengkapi dengan lapangan yang dinamakan Stadhuisplein. Menurut sebuah lukisan yang dibuat oleh Johannes Rach, di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah air mancur yang merupakan satu-satunya sumber air bagi masyarakat setempat. Air itu berasal dari Pancoran Glodok yang dihubungkan dengan pipa menuju Stadhuiplein. Tetapi air mancur tersebut hilang pada abad ke-19. Pada tahun 1972, diadakan penggalian terhadap lapangan tersebut dan ditemukan pondasi air mancur lengkap dengan pipa-pipanya. Maka dengan bukti sejarah itu dapat dibangun kembali sesuai gambar Johannes Rach, lalu terciptalah air mancur di tengah Taman Fatahillah. Pada tahun 1973 Pemda DKI Jakarta memfungsikan kembali taman tersebut dengan memberi nama baru yaitu ‘'’Taman Fatahillah”’ untuk mengenang panglima Fatahillah pendiri kota Jayakarta.
 
=== Sejarah Museummuseum ===
Pada tahun 1937, Yayasan Oud Batavia mengajukan rencana untuk mendirikan sebuah museum mengenai sejarah Batavia, yayasan tersebut kemudian membeli gudang perusahaan Geo Wehry & Co yang terletak di sebelah timur Kali Besar tepatnya di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 (kini [[Museum Wayang]]) dan membangunnya kembali sebagai Museum Oud Batavia. Museum Batavia Lama ini dibuka untuk umum pada tahun 1939.
 
Pada masa kemerdekaan museum ini berubah menjadi Museum Djakarta Lama di bawah naungan LKI (Lembaga Kebudayaan Indonesia) dan selanjutnya pada tahun 1968 ‘’Museum Djakarta Lama'’ diserahkan kepada PEMDA DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Ali Sadikin, kemudian meresmikan gedung ini menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Baris 53 ⟶ 85:
Terdapat juga berbagai koleksi tentang kebudayaan [[Betawi]], [[numismatik]], dan [[becak]]. Bahkan kini juga diletakkan patung Dewa [[Hermes]] (menurut mitologi [[Yunani]], merupakan dewa keberuntungan dan perlindungan bagi kaum pedagang) yang tadinya terletak di perempatan [[Harmoni]] dan [[meriam Si Jagur]] yang dianggap mempunyai kekuatan magis. Selain itu, di Museum Fatahillah juga terdapat bekas [[penjara]] bawah tanah yang dulu sempat digunakan pada zaman penjajahan [[Belanda]].
 
=== Galeri gambarkoleksi ===
<center><gallery>
 
Berkas:Meriam jak.png|Salah satu koleksi meriam yang ada di Museum Fatahillah
<gallery>
Berkas:Prasasti Tugu Jakarta.JPG|Replika [[prasasti Tugu]].
Berkas:Meriam jak.png|Salah satu koleksi meriam di Museum Fatahillah
Berkas:Prasasti.jpg|Replika [[prasasti Ciaruteun]].
Berkas:Museumfatahillah2 hariadhi.jpg|Ciri khas bangunan, penunjuk arah mata angin di atap
Berkas:Replica of the Luso-Sundanese Padrão Monument 2.jpg|Replika [[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal|Padrão Sunda Kalapa]].
Berkas:Museumfatahillah hariadhi.jpg|Ciri khas lain, tulisan ''Gouvernourskantoor'' yang berarti Kantor Gubernur
Berkas:Keramik Jepang.JPG|Pot Keramik Jepang dari abad ke-17.
</gallery>
Berkas:Unfinished Mural by Harijadi Sumodidjojo.JPG|Mural yang belum selesai oleh Harijadi Sumodidjojo.
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gevelsteen voorstellende een zeilschip van de VOC ingemetseld in een muur van het Museum Sejarah Jakarta TMnr 20018342.jpg|Lempengan batu bergambar kapal [[VOC]] di dinding Museum Sejarah Jakarta.
</gallery></center>
 
== Tata Pamer Tetap ==
Dengan mengikuti perkembangan dinamika masyarakat yang menghendaki perubahan agar tidak tenggelam dalam suasana yang statis dan membosankan, serta ditunjang dengan kebijakan yang tertuang dalam visi dan misi museum, mengenai penyelenggaraan museum yang berorientasi kepada kepentingan pelayanan masyarakat, maka tata pamer tetap Museum Sejarah Jakarta dilakukan berdasarkan kronologis sejarah Jakarta, dan Jakarta sebagisebagai pusat pertemuan budaya dari berbagai kelompok suku bangsa baik dari dalam maupun dari luar Indonesia, Untuk menampilkan cerita berdasarkan kronologis sejarah Jakarta dalam bentuk ''display'', diperlukan koleksi-koleksi yang berkaitan dengan sejarah dan ditunjang secara grafis dengan menggunakan foto-foto, gambar-gambar dan sketsa, peta dan label penjelasan agar mudah dipahami dalam kaitannya dengan faktor sejarah dan latar belakang sejarah Jakarta.
 
Sedangkan penyajian yang bernuansa budaya juga dikemas secara artistik di mana terlihat terjadinya proses interaksi budaya antar suku bangsa. Penataannya disesuaikan dencan cara yang seefektif mungkin untuk menghayati budaya-budaya yang ada sehingga dapat mengundang partisipasi masyarakat. Penataan tata pamer tetap Museum Sejarah Jakarta dilakukan secara terencana, bertahap, skematis dan artistik, sehingga menimbulkan kenyamanan serta menambah wawasan bagi pengunjungnya.
Baris 73 ⟶ 108:
Untuk merekonstruksi sejarah masa lampau khususnya peristiwa pengadilan atas masyarakat yang dinyatakan bersalah, ditampilkan teater pengadilan di mana masyarakat dapat berimprovisasi tentang pelaksanaan pengadilan sekaligus memahami jiwa zaman pada abad ke-17.
 
=== Aktivitas Yangyang dapat Dapatdiikuti Diikutipengunjung, Pengunjungantara ===lain:
# Wisata Kampung Tua, minimal 20 Orang
# Jelajah Malam Museum, minimal 20 Orang
Baris 80 ⟶ 115:
# Pentas Seni Ala Jakarta
# Kunjungan ala tentara indonesia
 
=== Tiket masuk ===
Bagi orang dewasa tiket masuk akan dikenakan tarif Rp5.000 per orang, bagi anak-anak akan dikenakan biaya Rp2.000 per orang. Lain halnya dengan pengunjung yang menunjukkan identitas mahasiswa, tiket masuk Museum Jakarta bisa didapat dengan harga Rp3.000 per orang.
 
== Fasilitas ==
Baris 107 ⟶ 145:
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
{{commons cat|Jakarta History Museum}}
* {{id}} [https://jakarta-tourism.go.id/article/detail/museum-fatahillah Situs resmi Jakarta Tourism - Museum Fatahillah]
* {{id}} [https://museum.kemdikbud.go.id/museum/profile/museum+sejarah+jakarta Kemendikbudristek - Museum Fatahillah]
 
{{Batavia}}
{{Museum di Jakarta}}
{{Museum terkenal di Indonesia|state=collapsed}}
{{Topik Jakarta}}
{{Lokasi wisata Daerah Khusus Ibukota Jakarta}}
 
[[Kategori:BangunanArsitektur Hindia Belanda di Indonesia]]
{{coord|-6.135230|106.813301|display=title|type:landmark}}
 
[[Kategori:Bangunan Belanda di Indonesia]]
[[Kategori:Museum di Jakarta|Fatahillah]]
[[Kategori:Bangunan dan struktur di Jakarta]]
[[Kategori:Bangunan bersejarah di Jakarta]]
[[Kategori:Museum sejarah]]
[[Kategori:Museum seni]]