Rumbia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Mitgatvm Bot (bicara | kontrib)
k →‎top: Commelinids ke Komelinid (17/05/2024)
 
(7 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 7:
| image_caption = Kebun ''rumbia''.<br />Darmaga, [[Bogor]].
| regnum = [[Plantae]]
| unranked_subregnum = [[Tumbuhan berpembuluh|Tracheophyta]]
| divisio = [[flowering plant|Magnoliophyta]]
| unranked_divisio = [[Tumbuhan berbunga|Angiospermae]]
| classis = [[Liliopsida]]
| unranked_classis = [[Tumbuhan berkeping biji tunggal|Monokotil]]
| unranked_ordo = [[Komelinid]]
| ordo = [[Arecales]]
| familia = [[Arecaceae]]
Baris 24 ⟶ 26:
<small><u>Selengkapnya</u>: PoWO</small><ref name=powo>POWO (2021). "Plants of the World Online". Facilitated by the Royal Botanic Gardens, Kew. Published on the Internet; http://www.plantsoftheworldonline.org/ ([http://www.plantsoftheworldonline.org/taxon/urn:lsid:ipni.org:names:668244-1 ''Metroxylon sagu'' Rottb.]) Diakses tgl 03/08/2021.</ref>
}}
'''Rumbia''' ('''''Metroxylon sagu''''') atau disebut juga (pohon) '''sagu''' adalah nama sejenis [[palma]] penghasil [[tepung]] [[sagu]]. Nama-nama lainnya di berbagai daerah di [[Sumatra]] dan [[Sulawesi]] adalah ''rumbieu'', ''rembie'', ''rembi'', ''rembiau'', ''rambia'', ''hambia'', ''humbia'', ''lumbia'', ''rombia'', ''rumpia'' . Di [[Maluku]] dikenal sebagai ''ripia'', ''lipia'', ''lepia'', ''lapia'', ''lapaia'', ''hula'' atau ''huda''. Di Jawa, ''ambulung'', ''bulung'', ''(am)bulu'', ''tembulu'' ([[bahasa Jawa|Jw.]]), ''bhulung'' ([[bahasa Madura|Md.]]), dan ''ki ray'' ([[bahasa Sunda|Sd.]]).<ref name="heyne">{{aut|[[Karel Heyne|Heyne, K.]]}} (1987). ''Tumbuhan Berguna Indonesia'' '''I''': 380-90. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa [[Belanda]] [http://archive.org/stream/denuttigeplanten1922heyn#page/322/mode/2up -1922- '''I''': 323-35.] sebagai ''Metroxylon'' spec.div.)</ref>{{rp|323}} Di [[Kepulauan Banda|Banda]], pohonnya disebut dengan ''romiho'', sementara tepungnya disebut ''sangyera''. Di [[Kota Makassar|Makassar]] pohonnya disebut ''rambiya'' dan tepungnya disebut ''palehu''.<ref>{{Cite book|last=Crawfurd|first=John|date=2017|title=Sejarah Kepulauan Nusantara: Kajian Budaya, Agama, Politik, Hukum dan Ekonomi|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit Ombak|isbn=9786022584698|volume=1|pages=281|translator-last=Zara|translator-first=Muhammad Yuanda|url-status=live}}</ref> Di negara-negara tetangga dikenal sebagai ''balau'' ([[Sarawak]]), ''lumbia, lăbi'' ([[Filipina]]), ''thagu bin'' ([[Burma]]), ''sa kuu'' ([[Kamboja]]), dan ''sa khu'' ([[Thailand]]),<ref name=":0">{{aut|Ruddle, K., D. Johnson, P.K. Townsend & J.D. Rees}} (1978). ''Palm sago, a tropical starch from marginal lands''. Honolulu: East-West Center.</ref><ref name=flach/> dan ''Sago Palm'' ([[bahasa Inggris|Ingg.]]).
 
== Etimologi ==
''Metroxylon'' berasal dari [[bahasa GerikaYunani]]: ''metra'' yang berarti 'rahim', mengacu kepada inti batang atau [[empulur]] (''pith''); dan ''xulon'' atau ''xylon'' yang berarti ''kayu''.<ref>Alchetron: [https://alchetron.com/Metroxylon ''Metroxylon''], diakses tgl 03/08/2021</ref> Sementara itu kata penunjuk jenisnya, ''sagu'' berasal dari [[bahasa Jawa]] dan memiliki arti [[pati]] yang terkandung dalam batang palma.<ref name="flach">{{aut|Flach, M.}} (1997). "Sago palm. ''Metroxylon sagu'' Rottb." Promoting the conservationand use of underutilized and neglected crops, '''13'''. Rome (Italy): International Plant Genetic Resources Institute (IPGRI). <https://edepot.wur.nl/309044> ISBN 92-9043-314-X</ref>{{rp|8}}
 
== Pemerian ==
[[Berkas:Metrox_sagu 071124 1512 stbu.jpg|jmpl|kiri|160px|Habitus]]
Pohon palma yang merumpun, dengan akar rimpang yang panjang dan bercabang-cabang. Batang berbentuk silinder tidak bercabang dengan diameter 50–90&nbsp;cm, batang bebas daun dapat mencapai tinggi 16–20 [[meter|m]] pada saat masa panen. [[Daun|Daun-daun]] besar, majemuk menyirip, panjang hingga 7 m, dengan panjang anak daun lk. 1,5 m; bertangkai panjang dan berpelepah.
 
Sebagaimana [[gebang]], rumbia berbunga dan berbuah sekali (''monocarpic'') dan sudah itu mati. Karangan bunga bentuk tongkol, panjang hingga 5 m. Berumah satu (''monoesis''), bunga rumbia berbau kurang enak. Pohon sagu yang masih muda mempunyai kulit yang lebih tipis dibandingkan sagu dewasa. Batang sagu terdiri atas lapisan kulit bagian luar yang keras dan bagian dalam berupa empulur atau isi sagu yang mengandung serat-serat dan pati. Tebal kulit luar yang keras sekitar 3–5&nbsp;cm.<ref name=":1">{{aut|Haryanto, B. & P. Pangloli}} (1992). ''Potensi dan pemanfaatan sagu''. Yogyakarta: Kanisius.</ref>
Baris 44 ⟶ 46:
[[Berkas:Sagu-05 081119-3856 sim.JPG|jmpl|kiri|160px|Mengekstrak pati sagu dari batang yang dihancurkan]]
[[Berkas:Rumbia_thatch_UN_071121-1327_stbu.jpg|jmpl|kiri|160px|Atap terbuat dari daun muda rumbia kering]]
[[Berkas:Rumbia buah (M sago).JPG|jmpl|kiri|160px|Buah rumbia ]]
Dari [[empulur]] batangnya dihasilkan tepung [[sagu]], yang merupakan sumber [[karbohidrat]] penting bagi warga kepulauan di bagian timur Nusantara. Pelbagai rupa makanan pokok dan kue-kue diperbuat orang dari tepung sagu ini. Sagu dipanen tatkala kuncup bunga (mayang) telah keluar, namun belum mekar sepenuhnya. Umur panenan ini bervariasi menurut jenis [[kultivar]]nya, yang tercepat kira-kira pada usia 6 tahun.
 
Pati yang terdapat dalam empulur sagu sering digunakan sebagai bahan makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia, seperti Maluku, Papua, Riau dan Sulawesi karena mengandung karbohidrat yang tinggi. Pati sagu mengandung sekitar 27% amilosa dan 73% amilopektin, dan pada kosentrasi yang sama pati sagu mempunyai viskositas tinggi dibandingkan dengan larutan pati dari serelia lainnya.<ref>{{aut|Swinkels, J.J.M.}} (1985). "Sources of starch, its chemistry and physics". In Singhal ''et al.'', 2007. Industrial Production, processing, and utilization of sago palm-derived products. ''Carbohydrate Polymers'', Vol '''72''': 1-20.</ref> Sagu juga dapat dimanfaatkan sebagai  bahan baku industri pangan yang  antara lain dapat diolah menjadi bahan  makanan seperti mutiara sagu, kue  kering, mie, biskuit, dan kerupuk.<ref name=":2">Hrp, Bakhtiar Ruli ''et al''. (2017). Kajian Budidaya Sagu (''Metroxylon'' spp) Rakyat di Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten Kepulauan Meranti. ''JOM Faperta'' 4(1):1-14.</ref>
 
Batang pohon sagu digunakan sebagai tempat penyimpanan pati selama masa pertumbuhan, sehingga semakin berat dan panjang batang sagu semakin banyak pati yang terkandung di dalamnya. Pada umur panen 10–12 tahun, berat batang sagu dapat mencapai 1,2 ton.<ref>{{aut|Rumalatu, F.J.}} (1981). ''Distribusi dan potensi produk pati dari batang beberapa jenis sagu (''Metroxylon'' sp.) di daerah Seram Barat''. Fakultas Pertanian/Kehutanan Universitas Pattimura. (Tesis tidak diterbitkan).</ref> Berat kulit batang sagu sekitar 17-25%, sedangkan berat empulurnya sekitar 75-83% dari berat batang. Pada umur 3-5 tahun, empulur batang sagu hanya sedikit mengandung pati, akan tetapi pada umur 11 tahun empulur sagu mengandung 15-20% pati.
 
Daun tua dari pohon yang masih muda merupakan bahan atap yang baik; pada masa lalu bahkan rumbia dibudidayakan (dalam ''kebon-kebon kiray'') di sekitar [[Bogor]] dan [[Banten]] untuk menghasilkan atap rumbia ini. Dari helai-helai daun ini pun dapat dihasilkan semacam tikar yang disebut ''[[kajang]]''. Daun-daunnya yang masih kuncup ([[janur]]) dari beberapa jenisnya dahulu digunakan pula sebagai daun rokok, sebagaimana pucuk [[nipah]].<ref name=heyne/> Kulit batang bagian luar yang keras (ruyung) digunakan sebagai [[bahan bangunan]].<ref name=":1"/>
 
[[Umbut]]nya, dan juga buahnya yang seperti [[salak]], dimakan orang. Buah ini memiliki rasa [[Sepat (disambiguasi)|sepat]], sehingga untuk menghilangkan kelatnya itu buah rumbia biasa direndam dulu beberapa hari di lumpur atau di air [[laut]] sebelum dikonsumsi.<ref name=heyne/> Tempayak dari sejenis [[kumbang]], yang biasa hidup di batang dan umbut rumbia yang mati, disukai orang -dari Jawa hingga Papua- sebagai sumber [[protein]] dan [[lemak]] yang gurih dan lezat.<ref name=heyne/>
Baris 65 ⟶ 67:
 
[[Berkas:Metroxylon sagu (sago) seedlings.jpg|kiri|jmpl|304x304px|Pohon Sagu Tumbuh dengan Baik pada Lahan Basah]]
<p align="justify">Pertumbuhan tanaman sagu pada umumnya tumbuh di [[lahan basah]], dimana pada lahan basah pertumbuhan sagu akan lebih baik, karena sagu membutuhkan kebutuhan air yang banyak. Akan tetapi sagu juga bisa tumbuh di lahan kering namun tergantung pada varietas yang akan digunakan. Sehingga tentunya dalam hal budidaya akan ada perbedaan baik di lahan basah maupun lahan kering. Menurut Suryana (2007), dikenal dua jenis sagu, yaitu ''Metroxylon sp'' dan ''Arenga sp''. ''Metroxylon sp'' umumnya tumbuh pada daerah rawa dan lahan marginal sedangkan ''Arenga sp'' tumbuh pada daerah kering dan lahan kritis.Sagu merupakan tanaman monokotil dari famili ''palmae''.<ref>Suryana A. 2007. ''Arah dan Strategi pengembangan sagu di indonesia''. Makalah   disampaikan pada lokakarya pengembangan sagu indonesia. Batam, 25-26   Juli 2007.</ref>
 
<p align="justify">Faktor lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan bibit sagu. Faktor lingkungan tersebut diantaranya yaitu kelembaban, intensitas cahaya, dan suhu. Bintoro et.al (2010) menyatakan bahwa sagu tumbuh dengan baik pada lingkungan dengan suhu 25 ℃ dengan kelembaban nisbi 90% dan intensitas penyinaran matahari sekurang-kurangnya 900 J/cm<sup>−2</sup>/hari. Faktor lingkungan yang terpenuhi dalam inkubasi untuk syarat tumbuh yaitu kondisi kelembaban dan intensitas cahaya. Kelembaban dalam ruang inkubasi pada pagi hari 96%, siang hari 77%, dan sore hari 66%. Kondisi kelembaban tersebut cukup memenuhi kebutuhan bibit sagu. Bibit sagu juga mendapatkan intensitas sinar matahari 991 J/ cm<sup>−2</sup>/ hari. Intensitas tesebut sesuai dengan rata-rata minimal yaitu 900 J/ cm<sup>−2</sup>/ hari. Kondisi suhu belum terpenuhi, karena suhu yang didapatkan hanya 28,86-34,7℃. Suhu terendah terjadi pada saat pagi hari yaitu 28,87℃. Pada siang hari suhu mengalami kenaikan menjadi 33,90℃. Suhu tertinggi terjadi pada sore hari yaitu 34,70 ℃ . Namun, suhu tersebut belum ideal, karena suhu yang dibutuhkan bibit sagu yaitu 25℃.<ref name=":3">Rahman, Hasan Basri Arif. 2017. Pertumbuhan Bibit Sagu Inkubasi dengan Pemberian Beberapa Taraf Perekat dan Pupuk Daun Majemuk (20-25-25). ''Skripsi''.</ref>
Baris 73 ⟶ 75:
<p align="justify">Pertumbuhan bibit sagu dipengaruhi oleh tingkat serangan OPT (organisme pengganggu tanaman). Serangan OPT yang dijumpai pada pembibitan berupa penyakit bercak daun yang disebabkan oleh ''Cercosphora sp''. Daun yang terserang akan memperlihatkan gejala bercak kecoklatan, kemudian daun menjadi kering dan berlubang-lubang. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan dua teknik yaitu kimia dan teknis. Pengendalian kimia dengan penyemprotan Furadan 3G dan pengendalian secara kultur teknis dengan memisahkan tanaman yang terjangkit.<ref name=":3" />
 
<p align="justify">Sagu diperkirakan berasal dari Maluku dan Papua dan telah lama menyebar di nusantara. Luas areal sagu yang terdapat di Indonesia diperkirakan lebih dari satu juta Ha. Bintoro, (1999) menyatakan bahwa perkiraan sebaran sagu di Indonesia meliputi Irian Jaya, Maluku, Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, Jawa.<ref>Bintoro, H.M.H. 1999. Pemberdayaan Tanaman Sagu Sebagai Penghasil Bahan   Pangan Alternatif dan Bahan Baku Agroindustri yang Potensial dalam rangka Ketahanan Pangan Nasional. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Tanaman Perkebunan, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. 11 September 1999. 70 hal.</ref> Flach (1983) menambahkan bahwa sagu yang baik pertumbuhannya terutama ditemukan di Papua Nugini, Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Pasifik Selatan yang meliputi areal 2,2 juta Ha.<ref>Flach, M. 1983. ''The Sago Palm: Domestication Exploitation and Products''. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome.</ref> Rumbia menyukai tumbuh di [[rawa|rawa-rawa]] air tawar, aliran [[sungai]] dan tanah bencah lainnya, di lingkungan hutan-hutan dataran rendah sampai pada ketinggian sekitar 700 m [[dpl.]] Pada wilayah-wilayah yang sesuai, rumbia dapat membentuk kebun atau [[hutan]] sagu yang luas.
 
== Kecepatan Tumbuh dan Produksi ==
Baris 384 ⟶ 386:
<p align="justify">Pendekatan metabolomik telah digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara pohon sagu ''trunking'' dan ''non-trunking''. Perbedaan antara kedua morfologi sagu tersebut terlihat dalam ''Representational Difference Analysis'' (RDA) dari ekspresi RNA, pola ''Nuclear Magnetic Resonance'' (NMR) dari konten metabolit dan morfologi pati.<ref>Hussain, M.H.M., Kamarol, S.I.L., Yan, W.J., & Alias, M.I.B. 2013. Molecular Approach in Determination of Contributory Factors in Trunking and Non-Trunking Sago Palm.</ref> Metabolomik dapat berkontribusi untuk menemukan sumber baru metabolit penting, mengkarakterisasi bio-interaksi untuk meningkatkan strategi perlindungan tanaman, menentukan penanda biokimia untuk kualitas produk tanaman, dan mengembangkan program pemuliaan yang diarahkan oleh metabolit baru untuk tanaman yang lebih baik. Aplikasi metabolomik lainnya adalah mengikuti perubahan metabolisme selama panen dan pemrosesan, farmakologi komponen tanaman alami, aplikasi kesetaraan substansial dan mengeksploitasi keanekaragaman hayati dalam kerajaan tumbuhan.<ref name=":5">Yan Wei Jie. 2010. Spectroscopy Profiling of Trunking Sago Palm (''Metroxylon sagu'' Rottb.) using Nuclear Magnetic Resonance (NMR). ''Dissertation''. Universiti Malaysia Sarawak.</ref>
 
<p align="justify">Pati adalah polisakarida utama yang disimpan dari tanaman hijau. Amiloplas adalah tempat di mana pati diproduksi dan kemudian pati diarahkan ke area penyimpanan utama yaitu benih, umbi dan akar. Pati yang diproduksi sangat stabil dan bertindak sebagai pasokan energi dan karbon untuk tanaman yang sedang berkembang. Pada tanaman, pati adalah polisakarida utama dan disimpan dalam jumlah banyak. Pati terdiri dari dua polisakarida utama yaitu amilosa dan amilopektin.<ref name=":6">Alias, M.I.B. 2012. Analysis of Starch from Trunking and Non-Trunking Sago Palm (''Metroxylon sagu'' sp.). ''Dissertation''. Universiti Malaysia Sarawak.</ref> Pati sagu, yang merupakan produk utama ekspor pohon sagu, terletak di empulur pada bagian batang pohon sagu. Hal ini menunjukkan bahwa bagian paling berharga dari pohon sagu adalah batangnya. Di perkebunan sagu, ada beberapa pohon sagu yang tidak membentuk batang setelah siklus 8 tahun sehingga disebut sebagai pohon sagu   tanpa batang (''non-trunking''). Hal ini membawa kerugian ekonomi pada perkebunan sagu yang mengurangi produksi pati sagu per hektar lahan.<ref name=":5" />
 
<p align="justify">Ekspresi gen dalam pohon sagu ''non-trunking'' menjadi perhatian utama untuk mengatasi masalah tersebut karena pertumbuhan dan perkembangan tanaman diatur oleh gen. Oleh karena itu, perbandingan ekspresi gen pada pohon sagu ''trunking'' dan ''non-trunking'' dapat menentukan perbedaan ekspresi gen dari pohon sagu ''non-trunking'' yang berkontribusi pada masalah tersebut. Sekuensing langsung dari sagu sawit DNA mahal dan tidak menunjukkan ekspresi gen tetapi hanya menunjukkan variasi kode genetik jika ada antara sagu yang mungkin tidak berkontribusi pada masalah ''non-trunking''. Sebagai hasilnya, analisis metabolit tanaman dipilih yang mewakili ekspresi gen pada pohon sagu.<ref name=":5" />
Baris 401 ⟶ 403:
<p align="justify">Saat ini, pati sagu mulai dikembangkan untuk dijadikan beras analog bersama tepung singkong, jagung, dan sorgum. Salah satu alasannya adalah pati sagu memiliki karbohidrat yang jauh lebih tinggi daripada padi. Pati sagu memiliki karbohidrat sebesar 86,1 g per 100 g sedangkan padi memiliki karbohidrat sebesar 77,1 g per 100 g. Beras analog tersusun atas bahan utama berupa bahan yang kaya akan karbohidrat, sebagaimana fungsi beras pada umumnya yang merupakan sumber karbohidrat. Adapun ingredien beras analog terdiri atas pati, serat, lemak, air, bahan pengikat, serta bahan tambahan lain yang bersifat opsional, seperti pewarna, flavor, fortikan, dan antioksidan.<ref>Sadek ''et al''. 2015. Potensi Beras Analog sebagai Alternatif Makanan Pokok untuk Mencegah Penyakit Degeneratif. ''PANGAN'', 25(1): 61 – 70.</ref> Akan tetapi, kandungan protein pati sagu masih jauh lebih rendah daripada padi. Padi mengandung 6,1 g protein per 100 g sedangkan pati sagu mengandung 0,1 g protein per 100 g.<ref>Yamamoto, Yoshinori. 2014. Sago as an Approach to Food and Nutritional Security. Faculty of Agriculture, Kochi University, Japan. ''The Global Food Security Forum'': 2014.07.07-08. in KL.</ref> Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis metabolomik untuk mengetahui metabolit-metabolit yang dapat membentuk protein sehingga nantinya produksi metabolit tersebut dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kandungan protein dalam pati sagu. Metode pengoptimalan produksi metabolit tersebut dapat dilakukan melalui rekayasa bioproses maupun rekayasa genetika.
 
<p align="justify">Secara umum, pendekatan yang dapat digunakan dalam kajian metabolomik untuk meningkatkan kualitas tanaman sagu dibagi menjadi tiga strategi yang berbeda, antara lain Fingerprinting, Profiling, dan Terget. Fingerprinting, dalam strategi ini, sidik jari kimia atau gambar dibuat dengan analisis langsung dari ekstrak sampel kasar, biasanya oleh MS, nuclear magnetic resonance spectrometry (NMR), atau spektrometri inframerah. Sidik jari ini dapat menjadi alat yang efisien untuk membandingkan dan mengklasifikasikan sampel tetapi tidak selalu memberikan informasi tentang terjadinya metabolit spesifik (apakah mereka diketahui atau tidak diketahui). Derivasi dari sidik jari adalah jejak di mana media pengeluaran bebas sel dianalisis untuk metabolit kiri (kadang-kadang juga disebut exometabolome). Profiling, ini bertujuan untuk mendeteksi sebanyak mungkin metabolit, apakah ini diketahui atau tidak diketahui. Namun, metabolit yang terdeteksi dengan profil harus dikenali secara konsisten dan juga harus dikuantifikasi. Profil biasanya dilakukan dengan kromatografi dalam kombinasi dengan MS atau dengan capillary electrophoresis (CE) yang dikombinasikan dengan MS. Target, analisis target bertujuan untuk mendeteksi dan mengukur metabolit spesifik. Banyak metode analisis yang berbeda dapat digunakan untuk tujuan ini, masing-masing dapat mendeteksi satu atau lebih metabolit.<ref>{{aut|Smedsgaard'','' Jorn, Silas G. Villas-Bôas, Ute Roessner, Michael A. E. Hansen, & Jens Nielsen}} (2007). ''  Metabolome Analysis: An Introduction''. John Wiley & Sons, Inc.</ref>
 
== Dalam sejarah kuno ==
Baris 414 ⟶ 416:
* Useful Tropical Plants: [https://tropical.theferns.info/viewtropical.php?id=Metroxylon+sagu ''Metroxylon sagu'' Rottb.]
* World Flora OL: [http://www.worldfloraonline.org/taxon/wfo-0000242653 ''Metroxylon sagu'' Rottb.]
 
 
{{Taxonbar|from=Q164088}}
 
[[Kategori:Arecaceae||Arecaceae]]
[[Kategori:Hasil hutan non-kayu]]