Kerajaan Kadiri: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(32 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 79:
=== Nama Kadiri ===
Nama
Terjemahan inskripsi: (Sri Maharaja telah kembali kesimanya, atau harapannya di Bhumi Kadiri)
Baris 85:
Terjemahan inskripsi: (ketika meninggalkan istananya yang berada di Katang-katang sehingga tetap dapat menjalankan pemerintahan sebagai Sri Maharaja yang bertahta di Bhumi Kadiri)
Pada isi kalimat di [[prasasti Mula Malurung]]: (VII.a) yang diterbitkan oleh [[Kertanegara]] tahun (1255 M) sebagai raja muda di Kadiri, atas perintah ayahnya [[Wisnuwardhana]] raja [[Singhasari]].
{{cquote|''"... 4) sira śrī kṛtānagara nāma niran inabhiśeka. pinasaṅakěn ṅkāneŋ maṇikanaka siṅhāsana. riŋ nagara daha. sinewita niŋ bhūmi kaḍiri..."''}}
Pada bait kalimat [[prasasti Carama]] berupa sebuah lempeng tembaga yang berada disimpan di [[Frankfurt|Museum Arkeologi Frankfurt Jerman]], bertarikh 07 Juni 1015 M. Yang merupakan anugerah dari Sri Mahadewi yang bertakhta di Kadhiri.
{{cquote|''"...1. //O// Śwasti saka warşatita, 937, karttika masa, tithi, dwādaśi 2. Kṛṣṇapaksa, wara, ma, pa, bu, wayang, wawakaraṇa, maghanaksatra pitr 3. Dewata, kumbharaśi, irika diwaśa budyah (pu dyah) ghara manusuk darmma 4. Tani manguri, panganugrahanira paduka, śri mahadewi, siniwi ring kaḍiri, 5. Sang tita tlas, ginawayakên, lawan sawah rong têmpah sa
(F.H. van Naerssen, dlm Kartoadmodjo, S.1985:66) ..."''}}
[[Toponimi]] penyebutan wilayah Kadiri untuk pertama kali ditemukan di dalam [[prasasti Sukabumi|prasasti Harinjing B]] tahun 843 Saka (19 September 921 Masehi) yang dikeluarkan oleh raja '''[[Dyah Tulodong|Rakai Layang Dyah Tulodong]]''' dari [[kerajaan Medang]] atau [[Mataram Kuno]]. {{cquote|''"... i śrī mahārāja mijil angkȇn cetra ka tlu i sang pamgat asing juru i kaḍiri ikang ri wilang ..."''}}
Baris 95 ⟶ 99:
Raja kedatuan Medang yang terakhir bernama [[Dharmawangsa Teguh]] saingan berat [[kedatuan Sriwijaya]]. Pada tahun 1016, [[Haji (gelar)|Haji Wurawari]] seorang raja bawahan dari Lwaram sekitar [[Cepu]], [[Blora]] bersekutu dengan Sriwijaya untuk menyerang istana Wwatan sekarang sekitar [[Maospati, Magetan]] ibu kota dari [[kerajaan Medang]], yang pada saat itu tengah mengadakan sebuah pesta pernikahan antara putri Dharmawangsa Teguh dengan [[Airlangga]], raja Dharmawangsa Teguh sendiri tewas dalam serangan tersebut sedangkan keponakannya yang bernama Airlangga bersama dengan putri Dharmawangsa berhasil lolos ditemani pembantunya [[Mpu Narotama]].
[[Airlangga]] adalah putra dari pasangan [[Mahendradatta]] saudari Dharmawangsa Teguh dengan [[Udayana]] raja dari [[kerajaan Bedahulu]], [[Bali]]. ia lolos bersama putri Dharmawangsa dengan ditemani pembantunya yang bernama [[Mpu Narotama]]. Sejak saat itu Airlangga menjalani kehidupan sebagai pertapa di hutan pegunungan ''Vana giri'' sekarang [[Wonogiri]], dan selanjutnya menuju Sendang Made, [[Kudu, Jombang]].
=== Berdirinya Medang Kahuripan ===
Baris 116 ⟶ 120:
== Berdirinya kerajaan ==
=== Pembagian kerajaan oleh Airlangga ===
Di dalam [[kakawin]] [[Nagarakretagama|Desyawarnana]]
:<blockquote>... 1. Nahan tatwanikaɳ kamal/ widita deniɳ sampradaya sthiti, mwaɳ çri pañjalunatha riɳ daha te- (122a) wekniɳ yawabhumy/ apalih, çri airlanghya sirandani ryyasihiran/ panak/ ri saɳ rwa prabhu, ...</blockquote>
:<blockquote>... 1. Demikian sejarah Kamal menurut tutur yang dipercaya, Dan Sri Nata Panjalu di Daha, waktu bumi Jawa dibelah, Karena cinta raja Airlangga kepada dua puteranya, ...<br>— (''Kakawin Nagarakretagama'', ''Pupuh 68'').</blockquote>
Menurut [[prasasti Turun Hyang]] (1044 M). Di akhir masa pemerintahannya tahun 1042 [[Airlangga]] berhadapan dengan masalah persaingan perebutan takhta antara kedua putranya, raja yang sebenarnya merupakan putri Airlangga. Nama asli dari putri tersebut dimuat dalam [[prasasti Cane]] (1021 M) sampai dengan [[prasasti Pasar Legi]] (1043 M) adalah [[Sanggramawijaya Tunggadewi]] yang menjadi putri mahkota sekaligus pewaris takhta istana [[
Menurut ''Serat Calon Arang'', Airlangga kemudian bingung memilih penggantinya mengingat dirinya juga putra dari raja [[Pulau Bali|Bali]], maka ia pun berniat menempatkan salah satu putranya di pulau itu. Gurunya yang bernama [[Mpu Bharada]] berangkat ke Bali untuk mengajukan niat tersebut namun mengalami kegagalan. Fakta sejarah menunjukkan [[Udayana]] digantikan putra keduanya yang bernama [[Marakata Pangkaja]] sebagai raja Bali, dan Marakata selanjutnya digantikan adiknya yaitu [[Anak Wungsu]].
Baris 145 ⟶ 149:
| width1 = 127
| height1 = <!-- Image 2 -->
| image2 = Candi
| caption2 = [[Candi Penataran]] merupakan candi yang berumur empat abad karena dibangun dan dikembangkan oleh beberapa kerajaan sekaligus, mulai dari Kerajaan [[Kediri]] hingga [[Majapahit]]
| width2 = 160
Baris 173 ⟶ 177:
=== Perkembangan agama ===
Corak keagamaan pada masa Kadiri dapat dilihat dari tinggalan [[arkeologis]] yang ditemukan di daerah [[Kediri]]. [[Candi Gurah]] dan [[Situs Tondowongso|Candi Tondowongso]] menunjukkan latar belakang agama [[Hindu]] khususnya [[Siwa]] berdasarkan dari berbagai arcanya yang ditemukan. [[
Beberapa prasasti menyebutkan nama ''abhiseka'' atau nama gelar penobatan dari raja yang merupakan serapan dan berhubungan dengan [[Wisnu]] dalam kaitannya dengan konsep triwikrama misalnya ''(mahārāja šri Sarwweswara Triwikramāwatāraānindita)''. Triwikrama adalah nama lain dari [[Wamana]]. Wamana adalah [[awatara]] Mahawisnu kelima, yang telah menghitung tiga dunia dengan tiga langkahnya. Hanya saja hal ini tidak secara langsung membuktikan bahwa [[Wisnuisme]] yang berkembang masa itu. Sebab landasan [[filosofis]] yang dikenal di [[Pulau Jawa]] ialah, semua raja dipandang sebagai titisan [[Dewa Wisnu]] dalam mengurus rakyat dan dunia atau kerajaannya. Dalam sistem sosial kerajaan di masa tersebut terjadi hubungan dimana seorang raja dianggap merupakan titisan dewa yang merupakan konsep
=== Pengaruh dalam budaya ===
Baris 182 ⟶ 186:
[[Cerita Panji]] mengalami perkembangan pesat dan tersebar luas pada zaman [[Majapahit]]. Cerita Panji menggambarkan kisah percintaan dan peperangan dari dua kerajaan, yaitu [[Jenggala]] dan Panjalu.
Cerita Panji dengan tokoh sentral Inu Kertapati dan Galuh Chandrakirana memiliki banyak versi dan tersebar hingga ke wilayah [[Asia Tenggara]]. Selain [[Jawa]], [[Bali]], [[Kalimantan]], dan [[Sumatera]], kisah Panji juga menyebar hingga ke [[Thailand]], [[Kamboja]], [[Laos]], [[Filipina]], [[Malaysia]], [[Vietnam]] dan [[Myanmar]].<ref>https://www.museumnasional.or.id/panji-cerita-asli-indonesia-1836</ref> Tokoh Raden Inu Kertapati diadaptasi dalam karya sastra dan drama tari dengan nama yang bervariasi, seperti ''Inao/อิเหนา'' (Siam), ''Inav/Eynao'' (Khmer), atau ''E-naung'' (Birma), sementara Dewi Sekartaji dikenal sebagai Bussaba/Bessaba. Di Sulawesi, ada cerita panji yang ditulis dalam [[bahasa Makassar]], yang disebut ''Hikayat Cekele'' (Bahasa Melayu: ''Cekel'').<ref>Dr. Cense (1889). ''Band. Tijdschr. V. Ind. Taal, Land-en Volkenkunde 32'', h. 424; Poerbatjaraka (1968). ''Tjerita Pandji dalam Perbandingan''. h. 410; Nugroho, Irawan Djoko (2011). ''Majapahit Peradaban Maritim''. h. 42 dan 355.</ref>
[[File:KITLV 87724 - Isidore van Kinsbergen - Rock inscription on the Dijeng plateau - Before 1900.tif||thumb|right|
Pada era Panjalu atau sering disebut dengan Kadiri, penanggalan dalam prasasti terbilang lengkap. Menurut [[Johannes Gijsbertus de Casparis|de Casparis]] , prasasti masa Kadiri umumnya mempunyai 14 hingga 15 unsur dalam penanggalan, berupa tahun (warsa), bulan (masa), paksa, tithi, minggu, planet, naksatra, dewata, yoga, wuku, karana, mandala, parwesa, rasi. Unsur-unsur penanggalan tersebut menunjukkan kemajuan pengetahuan leluhur terkait ilmu astronomi tradisional. Pengetahuan akan waktu ditandai juga dengan bintang, planet, rasi dan elemen langit lainnya.
Pada zaman Kediri dikenali memiliki gaya dalam penulisan aksaranya yang disebut dengan aksara ''"Kadiri Kwadrat"'', yaitu merupakan [[aksara Kawi]] yang ditulis besar dan tebal serta memiliki ciri khas penulisannya tersendiri yang menonjol, dengan bentuk huruf umumnya menyerupai persegi empat dan ditulis timbul. Karena bentuknya yang persegi empat ini maka dinamakan dengan aksara kwadrat. hurufnya yang ditonjolkan ke luar, menyerupai seperti pahatan [[relief]]. Juga dihiasi ukiran tumbuh-tumbuhan beserta ornamentasi ular dan lainnya. Menjadikan aksara Kadiri kwadrat selain indah juga sebagai identitas budaya dari masa kerajaan Kediri. Pada masa kejayaan kerajaan Kadiri, aksara kwadrat juga berfungsi menunjukkan pengaruh pada daerah-daerah di sekitarnya. Persebaran aksara Kadiri kwadrat meliputi Wilayah [[Jawa Timur]], [[Jawa Tengah]] (tebing batu di Dataran Tinggi Dieng), [[Bali]], bahkan juga diketemukan di [[Candi Muaro Jambi]] di [[Sumatera]].▼
▲Pada
=== Hubungan dengan Bali ===
Baris 196 ⟶ 202:
== Ekonomi ==
Perekonomian kerajaan Kediri sangat bergantung pada perdagangan luar negerinya. Ekspor Jawa antara lain adalah [[gading]], [[cula badak]], [[mutiara]], [[Gaharu|kayu wangi]] seperti [[Cendana|kayu cendana]], [[adas]], [[cengkih]], [[pala]], sejenis belati yang disebut [[keris]], [[belerang]], [[kesumba]], [[Nuri|nuri putih]], benang sulam, [[kapas]], kain kepar, dan lain-lain, diproduksi di daerah-daerah yang menjadi vasal Kediri, seperti cengkih di [[Maluku]] dan kayu cendana di Pulau [[Timor]]. Lada adalah target utama kapal dagang Cina. Di sisi lain, impor dari [[Tiongkok]] termasuk piring emas dan perak, pernis, [[seladon]] dan perlengkapan porselen putih, dan bahan kimia seperti [[sinabar]], [[tawas]], dan [[arsen]] [[sulfida]] yang digunakan dalam produksi pencelupan dan kerajinan tangan. Selain itu, meskipun memiliki mata uangnya sendiri, sejumlah besar koin dari [[Dinasti Song]] dibawa masuk ke negara tersebut, yang menyebabkan berkembangnya ekonomi moneter di Kediri.
[[File:Totok Kerot Kabupaten Kediri.jpg||thumb|right|280px|Arca [[Dwarapala
{{multiple image
<!-- Essential parameters -->| align = left
Baris 236 ⟶ 242:
== Keruntuhan ==
Kerajaan
{{Main|Pemberontakan Ken Arok}}
Pada tahun 1222, Raja Srengga atau [[Kertajaya]]
Puncak peperangan antara Kadiri dan Tumapel terjadi dekat Desa Ganter, di mana ''[[palagan]]'' "(medan perang)" [[Pertempuran Genter|Genter]] terjadi di wilayah timur Kadiri. Tatkala pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan Kadiri. Kertajaya sendiri disebutkan melarikan diri dan bersembunyi naik menuju kahyangan
[[Nagarakretagama|Kitab Nagarakretagama]] juga mengisahkan secara singkat berita kekalahan Kertajaya tersebut. Disebutkan bahwa Kertajaya melarikan diri dan bersembunyi dalam ''dewalaya'' (alam tempat dewa). Kedua naskah tersebut sama-sama memberitakan tempat pelarian Kertajaya adalah alam dewata. Kemungkinan yang dimaksud adalah Kertajaya bersembunyi di dalam sebuah candi pemujaan, atau Kertajaya tewas dianggap telah meninggal dan pergi ke alam para dewa.
Dengan demikian, berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau [[Singhasari]]. Setelah Ken Arok mengalahkan Kertajaya, Kadiri menjadi suatu wilayah di bawah kekuasaan Tumapel. Ken Arok mengangkat [[
:<blockquote>... 2. Tahun Saka Laut Manusia (1144) itulah sirnanya raja Kertajaya. Atas perintah Siwaputera,
{{Main|Pemberontakan Jayakatwang}}
{{See|Serbuan Yuan-Mongol ke Jawa}}
Pada tahun 1292, raja bawahan sekaligus besan dari raja [[Kertanegara]] yaitu [[Jayakatwang]] memberontak terhadap [[Singhasari]], karena dendam masa lalu dimana leluhurnya [[Kertajaya]] dikalahkan oleh [[Ken Arok]]. Setelah berhasil membunuh Kertanagara, Jayakatwang membangun kembali
== Daftar penguasa ==
Baris 268 ⟶ 274:
|align="center"|[[1112]]-[[1135]]
|align="center"|Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara Sakalabhuwana Tustikarana Sarwaniwariwirya Parakrama Digjaya Uttunggadewa<br>('''[[Sri Bameswara]]''')
|prasasti Tapan, prasasti Tiru Kidul, prasasti Karanggayam (1112), [[prasasti Padlegan]] (1117), [[prasasti Panumbangan]] (1120), [[prasasti Geneng]] (1128), [[prasasti Candi Tuban]] (1129), [[prasasti Tangkilan]] (1130), [[prasasti Sukorejo]] (1131), [[prasasti Besole]] (1132), [[prasasti Pagiliran]] (1134), [[prasasti Karangrejo]] (1134), [[prasasti Bameswara]] (1135).
|-
|align="center"|[[1135]]-[[1159]]
Baris 279 ⟶ 285:
|-
|align="center"|[[1169]]-[[1180]]
|align="center"|Sri Maharaja
||Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Mleri|Mleri]] (1169) dan [[Prasasti Angin|Angin]] (1171).
|-
Baris 287 ⟶ 293:
|-
|align="center"|[[1182]]-[[1194]]
|align="center"|Sri Maharaja
|Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Semanding|Semanding]] (1182) dan [[Prasasti Ceker|Ceker]] (1185).
|-
Baris 303 ⟶ 309:
== Warisan budaya ==
{| class="wikitable sortable" border="1"
|-
!width="100"|Candi
!width="100"|Karya Sastra▼
!width="100"|Prasasti
!width="100"|Situs Cagar Budaya
▲!width="100"|Karya Sastra
|-
| <gallery mode="packed" widths="80" heights="80">
|▼
▲*[[Candi Penataran]], Candi termegah dan terluas di [[Jawa Timur]] ini terletak di lereng barat daya [[Gunung Kelud]], di sebelah utara [[Blitar]], dibangun pada masa Raja Srengga atau [[Kertajaya]].
</gallery>
▲*[[Candi Dorok]], terletak di [[Manggis, Puncu, Kediri]].
*[[Candi Kepung Petirtaan]], terletak di [[Kepung, Kediri]].
*[[Candi Gurah]], terletak di [[Gurah, Kediri]].
Baris 321 ⟶ 327:
*[[Candi Brongkah]], terletak di [[Pogalan, Trenggalek]].
*[[Candi Sadon]], terletak di [[Panekan, Magetan]].
*[[Kakawin Kresnayana]] ditulis oleh [[Mpu Triguna]].▼
*[[Kakawin Bharatayuddha]] ditulis oleh [[Mpu Sedah]] dan diselesaikan oleh [[Mpu Panuluh]].▼
*[[Kakawin Lubdhaka]] adalah karya [[Mpu Tanakung]].▼
*[[Kakawin Wrettasañcaya]] adalah karya [[Mpu Tanakung]].▼
*[[Kakawin Hariwangsa]] ditulis oleh [[Mpu Panuluh]].▼
*[[Kakawin Bhomakawya]] ditulis oleh [[Mpu Panuluh]].▼
*[[Kakawin Gatotkachasraya]] ditulis oleh [[Mpu Panuluh]].▼
*[[Kakawin Smaradahana]] ditulis oleh [[Mpu Dharmaja]].▼
*[[Kakawin Sumanasantaka]] ditulis oleh [[Mpu Monaguna]].▼
|
*[[Prasasti Mataji]], (1051 M)
*[[Prasasti Congapan]], (1088 M) [[Karangbayat, Sumberbaru, Jember]],
*[[Prasasti Pupus]], ([[tinulad]]) (1100 M)
*[[Prasasti Tiru Kidul]], [[Tiru Kidul, Gurah, Kediri]],
*[[Prasasti Tapan]], [[Tapan, Kedungwaru, Tulungagung]],
*[[Prasasti Bulugledeg]], [[Bendo, Magetan]],
*[[Prasasti Karanggayam]], (1112 M)
*[[Prasasti Padlegan]], (1117 M)
Baris 369:
*[[Prasasti Dieng VIII]], (1208 M)
*[[Prasasti Merjosari]], (1216 M)
*[[Prasasti
|
*[[Gua Selomangleng]], terletak di [[Mojoroto, Kediri]].
Baris 379:
*[[Situs Tondowongso]], [[Gayam, Gurah, Kediri]], ditemukan pada awal tahun 2007 diyakini sebagai peninggalan dari kerajaan Kadiri.
*[[Situs Adan-Adan]], terletak di desa [[Adan-adan, Gurah, Kediri]]. Yang memiliki bermacam temuan benda-benda bersejarah seperti batuan fondasi [[candi]], [[makara]], sistem pertirtaan (pengairan) diduga [[embung]], pecahan [[keramik]] dan beberapa [[arca]] peninggalan era kerajaan Panjalu dan Tumapel.
▲|
▲*[[Kakawin Kresnayana]] ditulis oleh [[Mpu Triguna]].
▲*[[Kakawin Bharatayuddha]] ditulis oleh [[Mpu Sedah]] dan diselesaikan oleh [[Mpu Panuluh]].
▲*[[Kakawin Lubdhaka]] adalah karya [[Mpu Tanakung]].
▲*[[Kakawin Wrettasañcaya]] adalah karya [[Mpu Tanakung]].
▲*[[Kakawin Hariwangsa]] ditulis oleh [[Mpu Panuluh]].
▲*[[Kakawin Bhomakawya]] ditulis oleh [[Mpu Panuluh]].
▲*[[Kakawin Gatotkachasraya]] ditulis oleh [[Mpu Panuluh]].
▲*[[Kakawin Smaradahana]] ditulis oleh [[Mpu Dharmaja]].
▲*[[Kakawin Sumanasantaka]] ditulis oleh [[Mpu Monaguna]].
|}
|