Kerajaan Kadiri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rakehino (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Rakehino (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(13 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 99:
Raja kedatuan Medang yang terakhir bernama [[Dharmawangsa Teguh]] saingan berat [[kedatuan Sriwijaya]]. Pada tahun 1016, [[Haji (gelar)|Haji Wurawari]] seorang raja bawahan dari Lwaram sekitar [[Cepu]], [[Blora]] bersekutu dengan Sriwijaya untuk menyerang istana Wwatan sekarang sekitar [[Maospati, Magetan]] ibu kota dari [[kerajaan Medang]], yang pada saat itu tengah mengadakan sebuah pesta pernikahan antara putri Dharmawangsa Teguh dengan [[Airlangga]], raja Dharmawangsa Teguh sendiri tewas dalam serangan tersebut sedangkan keponakannya yang bernama Airlangga bersama dengan putri Dharmawangsa berhasil lolos ditemani pembantunya [[Mpu Narotama]].
 
[[Airlangga]] adalah putra dari pasangan [[Mahendradatta]] saudari Dharmawangsa Teguh dengan [[Udayana]] raja dari [[kerajaan Bedahulu]], [[Bali]]. ia lolos bersama putri Dharmawangsa dengan ditemani pembantunya yang bernama [[Mpu Narotama]]. Sejak saat itu Airlangga menjalani kehidupan sebagai pertapa di hutan pegunungan ''Vana giri'' sekarang [[Wonogiri]], dan selanjutnya menuju Sendang Made, [[Kudu, Jombang]].
 
=== Berdirinya Medang Kahuripan ===
Baris 120:
== Berdirinya kerajaan ==
=== Pembagian kerajaan oleh Airlangga ===
Di dalam [[kakawin]] [[Nagarakretagama|Desyawarnana]] yang ditulis oleh seorang [[Empu Prapañcapujangga]], seorang [[pujanggaMpu Prapanca]] dan, bekas pembesar urusan [[Buddhisme|agama Buddha]] di istana [[Majapahit]]. Menyebutkan raja [[Airlangga]] yang telah berpindah ibu kota dan memerintah dari [[Daha]], di wilayah Panjalu sertaatau Kadiri dan juga menyinggung tentang peristiwa pembelahan kerajaan.<ref>http://www.spaetmittelalter.uni-hamburg.de/java-history/JavaNK/Java1365.Nagara-Kertagama.Canto.63-69.html</ref>
:<blockquote>... 1. Nahan tatwanikaɳ kamal/ widita deniɳ sampradaya sthiti, mwaɳ çri pañjalunatha riɳ daha te- (122a) wekniɳ yawabhumy/ apalih, çri airlanghya sirandani ryyasihiran/ panak/ ri saɳ rwa prabhu, ...</blockquote>
 
:<blockquote>... 1. Demikian sejarah Kamal menurut tutur yang dipercaya, Dan Sri Nata Panjalu di Daha, waktu bumi Jawa dibelah, Karena cinta raja Airlangga kepada dua puteranya, ...<br>— (''Kakawin Nagarakretagama'', ''Pupuh 68'').</blockquote>
Menurut [[prasasti Turun Hyang]] (1044 M). Di akhir masa pemerintahannya tahun 1042 [[Airlangga]] berhadapan dengan masalah persaingan perebutan takhta antara kedua putranya, raja yang sebenarnya merupakan putri Airlangga. Nama asli dari putri tersebut dimuat dalam [[prasasti Cane]] (1021 M) sampai dengan [[prasasti Pasar Legi]] (1043 M) adalah [[Sanggramawijaya Tunggadewi]] yang menjadi putri mahkota sekaligus pewaris takhta istana [[Kahuripan|Medang Kahuripan]]. Namun ia memilih untuk mengundurkan diri dan menjalani kehidupan suci sebagai pertapa [[biksuni]] atau pendeta wanita [[Buddhisme|Buddha]], di dalam cerita rakyat ia kemudian dikenal bergelar ''Dewi Kili Suci''. Sedangkan dalam [[prasasti Pucangan]] (1041 M) memuat nama baru dan memunculkan [[Sri Samarawijaya|Samarawijaya Tunggadewa]] sebagai [[putra mahkota]] atau ''[[rakryan mahamantri|rakryānrakryan mahamantri i hino]]'' dan diduga adalah putra [[Airlangga]] dan merupakan adik dari Sanggramawijaya Tunggadewi. Pada umumnya jabatan mahamantri i hino dijabat oleh putra sulung raja dan putra kedua akan menggantikan posisinya apabila pejabat tersebut meninggal, berselang tahun kemudian berdasarkan berita [[prasasti Pamwatan]] (1042 M) dan [[Serat Calon Arang]], Airlangga telah memindahkan ibu kotanya dan mendirikan kota [[Daha]]napura.<ref name=":1">{{Cite book|last=Wignjosoebroto|first=Wiranto|url=https://books.google.com/books?id=kKpgEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA27&dq=medang+koripan&hl=en|title=MENCARI JEJAK KAHURIPAN; Kerajaan Hindu Tertua dan Terlama di Tanah Jawa|publisher=Penerbit K-Media|isbn=978-602-6287-19-9|language=id}}</ref>
 
Menurut ''Serat Calon Arang'', Airlangga kemudian bingung memilih penggantinya mengingat dirinya juga putra dari raja [[Pulau Bali|Bali]], maka ia pun berniat menempatkan salah satu putranya di pulau itu. Gurunya yang bernama [[Mpu Bharada]] berangkat ke Bali untuk mengajukan niat tersebut namun mengalami kegagalan. Fakta sejarah menunjukkan [[Udayana]] digantikan putra keduanya yang bernama [[Marakata Pangkaja]] sebagai raja Bali, dan Marakata selanjutnya digantikan adiknya yaitu [[Anak Wungsu]].
Baris 187:
Cerita Panji dengan tokoh sentral Inu Kertapati dan Galuh Chandrakirana memiliki banyak versi dan tersebar hingga ke wilayah [[Asia Tenggara]]. Selain [[Jawa]], [[Bali]], [[Kalimantan]], dan [[Sumatera]], kisah Panji juga menyebar hingga ke [[Thailand]], [[Kamboja]], [[Laos]], [[Filipina]], [[Malaysia]], [[Vietnam]] dan [[Myanmar]].<ref>https://www.museumnasional.or.id/panji-cerita-asli-indonesia-1836</ref> Tokoh Raden Inu Kertapati diadaptasi dalam karya sastra dan drama tari dengan nama yang bervariasi, seperti ''Inao/อิเหนา'' (Siam), ''Inav/Eynao'' (Khmer), atau ''E-naung'' (Birma), sementara Dewi Sekartaji dikenal sebagai Bussaba/Bessaba. Di Sulawesi, ada cerita panji yang ditulis dalam [[bahasa Makassar]], yang disebut ''Hikayat Cekele'' (Bahasa Melayu: ''Cekel'').<ref>Dr. Cense (1889). ''Band. Tijdschr. V. Ind. Taal, Land-en Volkenkunde 32'', h. 424; Poerbatjaraka (1968). ''Tjerita Pandji dalam Perbandingan''. h. 410; Nugroho, Irawan Djoko (2011). ''Majapahit Peradaban Maritim''. h. 42 dan 355.</ref>
[[File:KITLV 87724 - Isidore van Kinsbergen - Rock inscription on the Dijeng plateau - Before 1900.tif||thumb|right|185px|Prasasti Dieng VIII bentuk aksara kuadrat yang terpahat di dinding tebing di [[Dataran Tinggi Dieng]]]]
Pada era Panjalu atau sering juga disebut dengan Kadiri, penulisan penanggalan padadalam prasasti terbilang lengkap. Menurut [[Johannes Gijsbertus de Casparis|de Casparis]] , prasasti eramasa Kadiri umumnya memilikimempunyai 14 hingga 15 unsur dalam penanggalan, berupa tahun (warsa), bulan (masa), paksa, tithi, minggu, planet, naksatra, dewata, yoga, wuku, karana, mandala, parwesa, rasi. Unsur-unsur penanggalan initersebut menunjukkan kemajuan pengetahuan leluhur terkait ilmu astronomi tradisional. Pengetahuan akan waktu ditandai juga dengan bintang, planet, rasi dan elemen langit lainnya.
 
Pada zamanmasa Kediri dikenali memiliki gaya dalam penulisan aksaranya yang disebut dengan aksarahuruf ''"[[Kadiri kwadratKwadrat]]"'' (Kadiri Block Letter) atau aksara kuadrat yaitu merupakan [[aksara Kawi]] yang ditulis besar dan tebal serta memiliki ciri khas penulisannya tersendiri yang menonjol dan bentuk huruf umumnya menyerupai bidang persegi empat atau [[bujursangkar]] dengan ditulisgaya timbul. Karena bentuknya yang persegi empat ini maka dinamakan dengan aksara kwadrat, adalah merupakan huruf spesifik yang hanya berasal dari "Masa Kadiri" dan tidak terdapat pada masa-masa Jawa Kuno lainnya. hurufnyaHurufnya yang ditonjolkan ke luarkeluar, menyerupai sepertimirip pahatan [[relief]]. Jugadan dihiasi ukiran tumbuh-tumbuhan besertaberhias ornamentasi ular[[flora]] dan lainnya. Menjadikan aksara Kadiri kwadrat selain indah juga sebagaimenunjukkan identitas budaya dari masa kerajaan Kediri. Pada masa kejayaan kerajaan Kadiri, aksara kwadrat juga berfungsi menunjukkan pengaruh pada daerah-daerah di sekitarnya. Persebaran aksara Kadiri kwadrat meliputi Wilayah [[Jawa Timur]], [[Jawa Tengah]] (tebing batu di Dataran Tinggi Dieng), [[Bali]] bahkan juga diketemukan di [[Candi Muaro Jambi]] di [[Sumatera]].
 
=== Hubungan dengan Bali ===
Baris 246:
Pada tahun 1222, Raja Srengga atau [[Kertajaya]] sedang berselisih dengan kaum [[Brahmana]] dan pendeta, penyebabnya karena ia sang raja berkeinginan untuk disembah selayaknya [[dewa]]. Kaum agamawan yang menolak dengan kondisi terpojok tersebut kemudian pergi meninggalkan ibu kota kerajaan dan meminta perlindungan kepada seorang akuwu [[Tumapel]] (sekitar [[Kabupaten Malang|Malang]] sekarang) yang bernama [[Ken Angrok]]. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita ingin memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan dari Kadiri.
 
Puncak peperangan antara Kadiri dan Tumapel terjadi dekat Desa Ganter, di mana ''[[palagan]]'' "(medan perang)" [[Pertempuran Genter|Genter]] terjadi di wilayah timur Kadiri. Tatkala pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan Kadiri. Kertajaya sendiri disebutkan melarikan diri dan bersembunyi naik menuju kahyangan atau dianggap telah meninggal.
 
[[Nagarakretagama|Kitab Nagarakretagama]] juga mengisahkan secara singkat berita kekalahan Kertajaya tersebut. Disebutkan bahwa Kertajaya melarikan diri dan bersembunyi dalam ''dewalaya'' (alam tempat dewa). Kedua naskah tersebut sama-sama memberitakan tempat pelarian Kertajaya adalah alam dewata. Kemungkinan yang dimaksud adalah Kertajaya bersembunyi di dalam sebuah candi pemujaan, atau Kertajaya tewas dianggap telah meninggal dan pergi ke alam para dewa.
 
Dengan demikian, berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau [[Singhasari]]. Setelah Ken Arok mengalahkan Kertajaya, Kadiri menjadi suatu wilayah di bawah kekuasaan Tumapel. Ken Arok mengangkat [[Jayasabha]], putra [[Kertajaya]] sebagai bupati Kadiri. Tahun 1258 (1180 Saka) Jayasabha digantikan putranya yang bernama [[Sastrajaya]]. Pada tahun 1271 (1193 Saka) Sastrajaya digantikan putranya, yaitu [[Jayakatwang]].
:<blockquote>... 2. Tahun Saka Laut Manusia (1144) itulah sirnanya raja Kertajaya. Atas perintah Siwaputera, JayasabaJayasabha berganti jadi raja. Tahun Saka delapan satu satu (1180) Sastrajaya raja Kediri. Tahun tiga sembilan Siwa Raja (1193) Jayakatwang raja terakhir...<br>— (''Kakawin Nagarakretagama'', ''Pupuh 44'').</blockquote>
{{Main|Pemberontakan Jayakatwang}}
{{See|Serbuan Yuan-Mongol ke Jawa}}
Pada tahun 1292, raja bawahan sekaligus besan dari raja [[Kertanegara]] yaitu [[Jayakatwang]] memberontak terhadap [[Singhasari]], karena dendam masa lalu dimana leluhurnya [[Kertajaya]] dikalahkan oleh [[Ken Arok]]. Setelah berhasil membunuh Kertanagara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaankerajaan leluhurnya, yakni [[Kadiri]]. Namun hanya bertahan selama satu tahun (1292-1293) selanjutnya Jayakatwang kalahdikalahkan dan Kadiri benar-benar berakhir runtuh akibat dari serangan yang dilancarkan oleh pasukan gabungan dari [[Kekaisaran Mongol]] dibawah [[Ike Mese]] dan pasukan menantu Kertanagara, [[Raden Wijaya]] pendiri [[Majapahit]].
 
== Daftar penguasa ==
Baris 274:
|align="center"|[[1112]]-[[1135]]
|align="center"|Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara Sakalabhuwana Tustikarana Sarwaniwariwirya Parakrama Digjaya Uttunggadewa<br>('''[[Sri Bameswara]]''')
|prasasti Tapan, prasasti Tiru Kidul, prasasti Karanggayam (1112), [[prasasti Padlegan]] (1117), [[prasasti Panumbangan]] (1120), [[prasasti Geneng]] (1128), [[prasasti Candi Tuban]] (1129), [[prasasti Tangkilan]] (1130), [[prasasti Sukorejo]] (1131), [[prasasti Besole]] (1132), [[prasasti Pagiliran]] (1134), [[prasasti Karangrejo]] (1134), [[prasasti Bameswara]] (1135).
|-
|align="center"|[[1135]]-[[1159]]
Baris 285:
|-
|align="center"|[[1169]]-[[1180]]
|align="center"|Sri Maharaja RakeRakai Hino Sri AryeswaraAryyeswara Madhusudanawatara Arijamuka SakalabhuwanaritiniwiryyaSakalabhuwana Ritiniwiryya Parakrama Uttunggadewa<br>('''[[Sri Aryeswara]]''')
||Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Mleri|Mleri]] (1169) dan [[Prasasti Angin|Angin]] (1171).
|-
|align="center"|[[1180]]-[[1182]]
|align="center"|Sri Maharaja Koncaryadipa Handabhuwanapadalaka Parakrama Anindita Digjaya Uttunggadewa Sri Gandra<br>('''[[Sri Gandra]]''')
|Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Tapan|Tapan]], [[Prasasti Manggar|Manggar]] (1180) dan [[Prasasti Jaring|Jaring]] (1181).
|-
|align="center"|[[1182]]-[[1194]]
|align="center"|Sri Maharaja RakeRakai Sirikan Sri Kameswara SakalabhuwanatustikaranaSakalabhuwana Tustikarana Sarwaniwaryyawiryya Parakrama Digjaya Uttunggadewa<br>('''[[Kamesywara|Kameswara]]''')
|Disebutkan dalam prasasti [[Prasasti Semanding|Semanding]] (1182) dan [[Prasasti Ceker|Ceker]] (1185).
|-
Baris 329:
|
*[[Prasasti Mataji]], (1051 M)
*[[Prasasti Congapan]], (1088 M) [[Karangbayat, Sumberbaru, Jember]],
*[[Prasasti Pupus]], ([[tinulad]]) (1100 M)
*[[Prasasti BulugledegTiru Kidul]], [[BendoTiru Kidul, Gurah, MagetanKediri]],
*[[Prasasti Tapan]], [[Tapan, Kedungwaru, Tulungagung]],
*[[Prasasti Bulugledeg]], [[Bendo, Magetan]],
*[[Prasasti Karanggayam]], (1112 M)
*[[Prasasti Padlegan]], (1117 M)
Baris 349 ⟶ 353:
*[[Prasasti Mleri]], (1169 M)
*[[Prasasti Angin]], (1171 M)
*[[Prasasti Tapan]], [[Tapan, Kedungwaru, Tulungagung]],
*[[Prasasti Manggar]], (1180 M)
*[[Prasasti Jaring]], (1181 M)
Baris 366 ⟶ 369:
*[[Prasasti Dieng VIII]], (1208 M)
*[[Prasasti Merjosari]], (1216 M)
*[[Prasasti Bulugledeg]], [[Bendo, Magetan]],
*[[Prasasti Sawahan]], [[Sidorejo, Kauman, Tulungagung|Sidorejo]], [[Tulungagung]].
|