Sapere aude: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ~ref |
Aruna Zahra (bicara | kontrib) Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. |
||
Baris 12:
Penggunaan pertama kali frasa ''Sapere aude'' terdapat dalam ''First Book of Letters'' (20 SM), oleh penyair Romawi [[Horatius]]; dalam surat kedua, ditujukan kepada Lolius, baris 40, kutipannya adalah: ''Dimidium facti, qui coepit, habet; sapere aude, incipe.'' ("Dia yang memulai telah setengah selesai; beranilah untuk tahu; mulai!" )
Ungkapan itu adalah pesan moral untuk sebuah cerita ketika orang bodoh menunggu sebuah sungai berhenti mengalir, sebelum mencoba menyeberanginya. Dengan mengatakan, "Dia yang memulai sudah setengah selesai. Beranilah untuk tahu, mulai!" , Horatius menunjukkan nilai dari usaha manusia, ketekunan dalam mencapai tujuan, kebutuhan akan usaha untuk mengatasi rintangan. Selain itu, [[bahasa Latin]] singkat dari ''Sapere aude'' terkadang juga diterjemahkan menjadi "Beranilah untuk menjadi bijaksana" dan "beranilah untuk berpikir sendiri".
=== Abad ke-16 ===
Baris 23:
Dalam esai, "Menjawab Pertanyaan: Apakah Pencerahan itu?" (1784), filsuf [[Immanuel Kant]] menggambarkan [[Abad Pencerahan|Zaman Pencerahan]] sebagai "pembebasan manusia dari ketidakdewasaan yang ditimbulkannya sendiri"; dan, dengan ungkapan ''Sapere aude'', Kant meminta pembaca untuk mengikuti semacam program pembebasan [[Intelektualisme|intelektual]] diri melalui penggunaan akal budi. Esai itu adalah tantangan Kant terhadap pria dan wanita, yang menunjukkan bahwa massa "sapi domestik" telah dibiakkan, oleh pelayan yang tidak setia, untuk tidak mempertanyakan apa yang telah diberitahukan kepada mereka tentang dunia dan mekanismenya.
Kant mengklasifikasikan penggunaan akal budi menjadi alasan [[Public reason|publik dan privat]]. Penggunaan nalar publik adalah [[diskursus]] yang terjadi di ruang [[Ruang publik|publik]], seperti wacana politik (argumen dan analisis); penggunaan nalar privat alasan adalah argumen rasional, seperti yang digunakan oleh seseorang yang dipercaya untuk melakukan suatu tugas secara resmi atau melalui organisasi. Kant memuji Raja [[Friedrich II dari Prusia|Frederick II dari Prusia]] (memerintah 1740–86) atas penerimaan intelektualnya terhadap ide-ide politik, sosial, dan budaya Pencerahan. Kant mengatakan bahwa seorang pangeran yang tercerahkan adalah seorang yang menginstruksikan rakyatnya untuk: "Berdebatlah sebanyak yang Anda mau, dan tentang apa yang Anda kehendaki, patuhi saja!"
Keberanian seorang individu untuk mematuhi nasihat ''Sapere aude'' akan mematahkan belenggu [[despotisme]], dan melalui wacana publik, akan mengungkap, untuk kepentingan populasi massa dan Negara, metode pemerintahan yang lebih baik, dan komplain yang benar.<ref>{{Cite web|title=ereau.de steht zum Verkauf|url=http://sap.ereau.de/kant/what_is_enlightenment/|website=sap.ereau.de}}</ref>
Baris 35:
Michel Foucault
Menanggapi proposisi [[Zaman Pencerahan]] Immanuel Kant untuk keberanian intelektual, dalam esai "Apa itu Pencerahan?" (1984), [[Michel Foucault]] menolak banyak politik penuh harapan yang diusulkan oleh Kant: rakyat yang diperintah oleh penguasa yang adil; pemimpin [[Etika|etis]] yang diilhami oleh keberanian yang disarankan dalam ungkapan ''Sapere aude''. Sebaliknya, Foucault menerapkan [[ontologi]] untuk memeriksa sumber daya bawaan untuk [[berpikir kritis]] dari fakultas akal seseorang. Dengan nilai analitis ''Sapere aude yang'' diperkuat oleh konsep "Pengkhianatan yang setia" terhadap keyakinan yang tidak praktis, Foucault membantah argumen era Pencerahan yang disajikan Kant dalam esai " Menjawab Pertanyaan: Apa itu Pencerahan? " (1784).
Seperti pendahulunya di abad ke-18, Foucault juga mendasarkan interpretasi filosofisnya tentang ''Sapere aude'' pada praktik pemikiran kritis yang pasti yang merupakan "sikap, etos, kehidupan filosofis di mana [ditemukan] kritik tentang siapa kita". [[Intelektualisme|Sikap intelektual]] yang tercerahkan seperti itu menerapkan alasan pada pengalaman, dan dengan demikian menghasilkan kritik historis terhadap "batas yang dipaksakan pada kita". Kritik tersebut merupakan “sebuah eksperimen dengan kemungkinan melampaui” batasan-batasan yang dipaksakan, untuk mencapai ''limit-experience'', yang sekaligus merupakan tindakan individu, pribadi, dan tindakan yang mendobrak konsep individu pribadi.<ref>{{Cite web|title=Foucault's Essay, What is Enlightenment?|url=http://foucault.info/documents/whatIsEnlightenment/foucault.whatIsEnlightenment.en.html|publisher=Foucault.info|access-date=2012-03-08}}</ref>
|