Tauhid: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Penambahan informasi #1Lib1Ref #1Lib1RefID Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(11 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{gabung ke|Allah (Islam)}}
{{Allah}}
{{Islam|rukuniman}}
'''Tauhid''' ({{lang-ar|توحيد
Dalam [[Tauhid#Rububiyah|tauhid rububiyah]], Allah diakui sebagai satu-satunya ''Rabb'' (Yang Menguasai), sehingga semua selain Allah adalah ''‘abd'' (hamba/budak/yang dikuasai).{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|pp=15-16}} Allah adalah Rabb Yang Berkuasa dalam penciptaan, pengurusan, dan kerajaan alam semesta.{{sfn|Al-Utsaimin|2000|p=21}} Allah sebagai satu-satunya Pencipta adalah juga Yang Memberi rezeki, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, serta Yang Memberi manfaat dan bahaya.{{sfn|Zaki|2017}} Allah yang mengurus segala sesuatu; semua urusan yang Dia tangani adalah kebaikan; dan Allah Mahakuasa terhadap apa yang Dia kehendaki.{{sfn|Zaki|2017}} [[Sumber-sumber hukum Islam|Dalilnya]] adalah ayat dalam [[#Sumber hukum dan ajaran Islam|Alquran]], “Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya.”{{Cite quran|b=n|7|54}}{{sfn|Al-Utsaimin|2000|p=21}}
Baris 9 ⟶ 10:
Dalam [[Tauhid#Uluhiyah/Ibadah|tauhid uluhiyah]], Allah diakui sebagai Tuhan Yang Maha Esa dalam segala bentuk [[#Ibadah|peribadahan]] dari seluruh makhluk-Nya.{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=17}} Pengakuan Allah sebagai satu-satunya Rabb berkonsekuensi penyembahan makhluk kepada Rabbnya semata.{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=18}} Ibadah atau penghambaan diri kepada Allah merupakan perbuatan makhluk untuk merendahkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya seumur hidup.{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=21}} Ibadah tidak boleh ditujukan sedikit pun kepada selain Allah.{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=26}} Beribadah kepada selain Allah, meskipun juga menyembah Allah, adalah dosa yang paling besar dalam Islam yang disebut dengan syirik (mempersekutukan Allah), sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:{{sfn|At-Tuwaijiri|2010|p=26}}
{{Teks quran blok|s=31|tanpa nomor=y
|a=13|t=Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.”
|attr={{cite quran|style=ref|31|13}}}}
== Etimologi ==
Kata tauhid adalah kata benda infinitif (masdar) dalam bahasa Arab ''waḥḥada-yuwaḥḥidu-tawḥīdan'' yang berarti menyatukan, menjadikan satu, atau menyifati dengan kesatuan.{{Sfnm|1a1=Philips|1y=2005|1p=17|2a1=Al-Fauzan|2y=2001|2p=9|3a1=Yulian|3y=2011}} Syaikh [[Muhammad bin Shalih Al Utsaimin]] menambahkan bahwa makna ini akan sempurna jika ditambahkan penafikan segala sesuatu selain yang dijadikan satu tersebut.{{sfn|Yulian|2011}} Kata tauhid, dalam bentuk masdarnya maupun bentuk lainnya, tidak muncul dalam Alquran. Kata ini muncul di beberapa hadis Nabi Muhammad dalam bentuk kata kerja. Misalnya, Nabi Muhammad menyebutkan kata ini ketika akan mengutus [[Mu'adz bin Jabal]] untuk berdakwah ke Yaman, {{lang|ar|فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَ}} “Jadikanlah ajakan pertamamu kepada mereka adalah mentauhidkan Allah ta'ala.”{{efn|[https://sunnah.com/bukhari:7372 HR Bukhari 7372]}}<ref name="Binbaz dalil tauhid">Ibn Baz. "[https://binbaz.org.sa/fatwas/56/الدليل-على-كلمة-التوحيد Al-Dalīl ‘alā kalimat al-tawḥīd]".</ref>
== Kedudukan tauhid dalam Islam ==
Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan [[Rasulullah]]. Adapun yang dimaksud syarat adalah apa-apa yang harus dipenuhi sebelum dilaksanakan dan harus sampai akhir pelaksanaan. Hal ini berhubungan dengan niat sesorang. Jika seseorang melakukan sesuatu hanya karena Allah, maka syarat untuk
== Dalil Al-Qur'an tentang keutamaan dan keagungan tauhid ==
Baris 37 ⟶ 38:
== Penjabaran tauhid ==
=== [[Tauhid rububiyah|Tauhid Rububiyah]] ===
Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya [[Rabb]] yang memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta. Sebagaimana terdapat dalam [[Al Quran]] yang berbunyi:
{{Cquote|''Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.'' (Az-Zumar 39:62)}}
Baris 49:
{{Cquote|''Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki [[Arsy]] yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?''' (Al-Mu’minun: 86-89)}}
=== [[Tauhid uluhiyah|Tauhid Uluhiyah]]/Ibadah ===
Uluhiyah dapat diartikan sebagai mentauhidkan atau mengesakan Allah dari segala bentuk peribadahan baik yang dzohir (terlihat) maupun batin<ref>{{Cite book|title=Syarh Tauhid|last=Al Jadid|first=|publisher=|year=|isbn=|location=|pages=17|url-status=live}}</ref> Itu artinya Kita beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu
Beriman terhadap uluhiyah Allah merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap === [[Tauhid asma dan sifat|Tauhid Asma wa
Yaitu mengimani sifat-sifat Allah yang mulia dan nama-nama-Nya yang indah menurut cara yang sesuai dengan keagungan-Nya, tanpa [[tahrif]] (merubah maknanya), tanpa [[takyif]] (menggambarkan sifatnya), tanpa [[takwil]] (menyelewengkan makna sifat dari makna sebenarnya), tanpa [[ta'til]] (menolak sifat-sifat-Nya) dan tanpa [[tafwid]] menyerahkan makna dari suatu sifat allah Kepada-Nya).<ref>{{Cite book|last=Jawas|first=Yazid bin Abdul Qodir|date=Zulhijjah 1441 / Juli 2020|title=MULIA DENGAN MANHAJ SALAF|location=Bogor|publisher=Pustaka At-Taqwa|isbn=9789791661133|pages=282|url-status=live}}</ref>
Imam Syafi’i meletakkan kaidah dasar ketika berbicara tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagai berikut:
Baris 63 ⟶ 64:
{{Cquote|''Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.'' (Yusuf 12:40)}}
==Catatan kaki dan referensi==
===Catatan kaki===
{{notelist}}
===Sitasi===
{{reflist}}
===Daftar pustaka===
{{refbegin|indent=yes}}
'''Situs web'''
{{Cite web |ref=harv |url=http://www.muslim.or.id/6615-makna-tauhid.id.html |title=Makna Tauhid |last=Yulian |first=Purnama |date=26 Juli 2011 |access-date=18 September 2019}}
{{refend}}
|