Pattimura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Angel Keleyan (bicara | kontrib)
Angel Keleyan (bicara | kontrib)
Ijin mengganti poster pattimura karena poster sebelumnya di nilai terlalu lama dan kuno jadi saya mencoba menggantinya dengan yang baru
(57 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
{{Infobox military person
|name = Thomas Matulessy
|image = PattimuraStamp 1961of Indonesia stamp- 2017 - Colnect 739936 - Bicentenary of Pattimura Anti Dutch Resistance Leader.jpgjpeg
|caption = Gambar Kapitan Pattimura diabadikan dalam salah satu perangko
|birth_date = {{Birth date|1783|06|08|df=yes}}
Baris 32:
 
== Kehidupan Pribadi ==
Thomas tidak menikah. Sedangkan Yohannis menurunkan keluarga Matulessy yang berdiam di [[Haria, Saparua, Maluku Tengah|Haria]]. Zeth Matulessy, seorang pegawai pekerjaan umum [[Maluku|Provinsi Maluku]], menjadi ahli waris Thomas dan Yohannis, yang memegang surat pengangkatan Kapitan Pattimura sebagai [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|Pahlawan Nasional]]. Dia juga menyimpan pakaianPakaian, parangParang dan salawakuSalawaku milik Pattimura.<ref name="Dari Matulessia Menjadi Matulessy"/>
==== '''Thomas Matulessy bergabung dengan dinas Militer Inggris Tahun 1816''' ====
[[Berkas:1000 rupiah bill 2009.jpg |jmpl|Gambar 1000 rupiah Thomas Matulessy, Kapitan Pattimura Emisi 2000-2016.<ref>{{Cite web|last=Motorplus-Online.com|title=Ciri Uang Kertas Rp 1000 Kapitan Pattimura Yang Diburu Kolektor, Siap Dibayar Mahal Nih - Halaman 2 - Motorplus|url=https://www.motorplus-online.com/amp/253071124/ciri-uang-kertas-rp-1000-kapitan-pattimura-yang-diburu-kolektor-siap-dibayar-mahal-nih|website=www.motorplus-online.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>]]
[[Berkas:Patung Pattimura.jpg |jmpl|Patung Kapitan Pattimura (Thomas Matulessy) di Kota Ambon pada tahun 2013.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2008-05-15|title=Patung Pattimura Seberat 4 Ton Diresmikan|url=https://nasional.kompas.com/read/2008/05/15/08022810/~Regional~Maluku%20Papua|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>]]
Pada tahun 1810, [[kepulauan Maluku]] [[Invasi Maluku|diambil alih dari penjajahan Belanda oleh Inggris]].<ref name="sudarmanto199">{{harvnb|Sudarmanto|2007|p=199}}</ref> Dampak pemerintahan baru [[Inggris]] di Maluku dinilai baik oleh semua kalangan. Rakyat tidak merasa adanya tekanan dari penguasa lama yang kembali tersebut. Hal itu dirasakan juga oleh Thomas Matulessy dan teman-teman seperjuangannya di [[Kepulauan Lease|Lease]], Kepulauan [[Maluku Tengah]]. Sesekali ia memanfaatkan kelonggaran peraturan [[Inggris|pemerintah Inggris]] itu untuk bekayuh ke [[Kota Ambon|Ambon]], mencari informasi sebanyak-banyaknya dari pusat pemerintahan Inggris di Maluku. Ketika Inggris mengumumkan penarikan pemuda-pemuda Maluku untuk menjadi bagian dari kesatuanKesatuan militerMiliter mereka, Matulessy dan teman-temannya segera mendaftar. Sedikitpun mereka tidak ragu menjadi bagian dari barisan bangsaBangsa asingAsing tersebut.<ref name="ReferenceA">{{Cite web|date=2019-08-13|title=Pattimura Pernah Jadi Tentara Inggris|url=https://historia.id/militer/articles/pattimura-pernah-jadi-tentara-inggris-PMaKO|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Alasan kuat yang membuat Thomas Matulessy memilih bergabung adalah tugas tentaraTentara rakyatRakyat itu yang dibentuk untuk menjaga wilayah kekuasaan Inggris dari pihak luar, atau secara tidak langsung juga turut menjaga rakyatRakyat Maluku. Selain itu tidak seperti Belanda yang mengirim tentaraTentara rakyatRakyat ke [[Batavia]], Inggris akan menempatkan mereka di [[Kota Ambon|Ambon.]] Ada syarat-syarat tertentu agar dapat lolos seleksi tentaraTentara rakyatRakyat. Dua di antaranya adalah tesTes kesehatanKesehatan dan ujiUji kemampuan fisik. Setelah seluruh proses selesai dilakukan pada tahun 1816 terpilihlah 500 orang, termasuk Thomas Matulessy, untuk bergabung dalam kesatuan Ambon. Mereka dibayar cukup tinggi dan bertempat tinggal di asrama militer di Ambon.<ref name="ReferenceA"/>
 
Tidak lupa para perwiranya diberi seragam yang baik.“Latihan berperang, pendaratan di berbagai pantai berombak, berpasir putih, hingga berkarang adalah latihan-latihan yang sungguh dipersiapkan untuk menangkis dan menyerang musuhMusuh,”. Tentara Inggris cukup baik melatih paraPara perwiraPerwira baru ini. Berbagai macam pelatihan menggunakan senjataSenjata apiApi dipelajari selama berada di sana. Oleh karena perang yang masih terus berkecamuk antara Inggris dan Prancis dibantu Belanda, pemerintahan di Maluku selalu dalam kondisi siaga. Setelah dirasa siap, Matulessy dan perwiraPerwira lain disebar ke pulau-pulau di seluruh [[Negeri (Maluku)|Negeri]]<ref name="ReferenceA"/>
 
Selama pelatihan, Matulessy menunjukkan keterampilanKeterampilan, kecakapanKecakapan, dan kemampuanKemampuan memimpinMemimpin melebihi teman-temannya yang lain. Ia pun cepat mendapat promosiPromosi dan dipercaya menjadi pemimpinPemimpin bagi angkatannyaAngkatannya. Kurang lebih Matulessy berkarir di militerMiliter Inggris selama tujuhTujuh tahun. Pangkat terakhir yang diterimanya adalah sersan mayor.<ref>{{Cite web|date=2019-08-13|title=Pattimura Pernah Jadi Tentara Inggris|url=https://historia.id/militer/articles/pattimura-pernah-jadi-tentara-inggris-PMaKO|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-01-24}}</ref> dari jabatan Sersan Mayor inilah Thomas Matulessy mengubah Marganya yang dariawalnya matulessy menjadi Matulessia dengan alasannyaalasan bahwa marga matulessy yang dipakai thomas tidak sesuai dengan jabatan Sersan Mayor yang diaia gunakan.
 
==Perang Pattimura tahun 1817==
Baris 54:
Perubahan penguasa ini berdampak pada perubahan kebijakan pada masa Inggris dan Belanda. Hal ini memicu ketidakpuasan di Maluku, terutama di kawasan Kepulauan Lease dan sekitarnya. Residen Honimoa (Saparua) dijabat Johannes Rudolph van den Berg sejak Maret 1817.<ref>{{Cite web|date=2021-09-01|title=Thomas Matulessy, Kapitan Poelo atau Kapitan Pattimura? (1)|url=https://www.tribun-maluku.com/thomas-matulessy-kapitan-poelo-atau-kapitan-pattimura-1/09/01/|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Kemudian Belanda menetapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (''landrente''), pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (''Hongitochten''), serta mengabaikan [[Perjanjian Inggris-Belanda 1824|Traktat London I]], antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan bahwa Residen Inggris di Ambon harus merundingkan dahulu pemindahan koprsKorps Ambon dengan Gubenur dan dalam perjanjian tersebut juga dicantumkan dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris berakhir di Maluku.
 
Maka"Jika parapemerintahan serdaduInggris berakhir di Maluku, maka Para Serdadu-serdadu Ambon harus dibebaskan dalam artian berhak untuk memilih untuk memasuki dinasDinas militerMiliter pemerintahPemerintah baruBaru atau keluar dari dinasDinas militerMiliter, akan tetapi dalam pratiknya pemindahan dinasDinas militerMiliter Ambon ini dipaksakan."<ref>J B Soedarmanta, Jejak-jejak pahlawan: perekat kesatuan bangsa Indonesia, Grasindo, 2007, halaman 199, ISBN 979-759-716-4 ISBN 978-979-759-716-0</ref>
 
====Seluruh Kapitan Maluku berkumpul di Gunung Saniri====
Kedatangan kembali [[Hindia Belanda|kolonialKolonial Belanda]] pada tahun 25 Maret 1817 mendapat pertentangan keras dari rakyatRakyat
Awal mula Thomas Matulessy menjadi Kapitan Pattimura bermula dari Thomas pergi ke sekitaran [[Pulau Molana]] untuk memancing ikan kemudian ada orang tua yang sambil memegang burung meneriaki Thomas ''"Hey Thomas pulang ose menjadi Kapitan".'' Jawab Thomas ''" Sio Beta pung Kaki kerabu, mau jadi Kapitan?"''. orang tua itupun menjawab dengan tegas ''"Tidak, pulang jadi kapitan!"''. Seketika Raja Molana yang bernama Raja Pattiwarang dan Istrinya Nyai Kimla sudah menyiapkan Thomas Matulessy Baju Kapitan Thomas mengukur baju tersebut pas dan thomas pun kembali menggayung perahu dari [[Pulau Molana]] ke [[Haria, Saparua, Maluku Tengah|Negeri Haria]].<ref>{{Citation|title=SEJARAH KAPITAN PATIMURA|url=https://www.youtube.com/watch?v=FITcQFikMgw|accessdate=2023-01-25|language=id-ID}}</ref>
menolak tegas kedatangan Belanda Hal ini disebabkan karena kondisi [[politikPolitik]], [[ekonomiEkonomi]], dan [[hubungan]]Hubungan kemasyarakatanKemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Hal ini yang membuat semua Negeri di [[Maluku]] marah, sehingga muncul istilah di kalangan masyarakatMasyarakat malukuMaluku, suatu peribahasa yang digunakan yaitu (''pantungPantung'') pada saat itu, sesuai cerita orang tua di maluku.
 
Pantung itu beginiberisi kalimat protes: ''"cengkeh cupa-cupa, beras gantang-gantang, orang laeng yang susah, orang laeng tarima gampang."''
Kedatangan kembali [[Hindia Belanda|kolonial Belanda]] pada tahun 25 Maret 1817 mendapat pertentangan keras dari rakyat
menolak tegas kedatangan Belanda Hal ini disebabkan karena kondisi [[politik]], [[ekonomi]], dan [[hubungan]] kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Hal ini yang membuat semua Negeri di [[Maluku]] marah, sehingga muncul istilah di kalangan masyarakat maluku, suatu peribahasa yang digunakan yaitu (''pantung'') pada saat itu, sesuai cerita orang tua di maluku.
 
Itu merupakan sikap protes masyarakatMasyarakat atas monopoliMonopoli buah [[Cengkih|cengkehCengkeh]] & [[Pala]] yang sedang dilakukan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|kompeniKompeni]], pada waktu itu. Pantung itu lahir dari keadaan bahwa karena hasil [[Cengkih|cengkehCengkeh]] melimpah dan kompeniKompeni datang ke negeriNegeri-negeriNegeri membuat hal-hal untuk "kasih sanang masyarakat" lalu mereka mengambil semua hasil (cengkehCengkeh, red) dengan cuma-cuma atau dengan harga sangat murah.
Pantung itu begini: ''"cengkeh cupa-cupa, beras gantang-gantang, orang laeng yang susah, orang laeng tarima gampang."''
Hal ini menggelisahkan hati semua pendudukPenduduk sehingga memicu aksi perlawanan yang diinisiasi melalui pertemuan di gunungGunung Saniri Tepat di Bulan Mei 1817.
 
"Pattikakan atau Kapitan Sayyid Perintah dari Louhata Amalatu ([[Sirisori Islam, Saparua Timur, Maluku Tengah|Siri-Sori Islam]]) pegang peranan mengatur strategi. Keadaan yang semakin panas, membuat Pattikakan bergegas mengumpumpulkan para Kapitan Patasiwa -Patalima di Gunung Saniri. Lewat surat kepada paraPara kapitanKapitan, ia memberi seruan untuk berkumpul. Surat itu ditandai dengan buluBulu ayamAyam warna putihPutih dan hitamHitam, yang artinya surat harus disebar baik siang ataupun malam bagi siapapun yang menerimanya.
Itu merupakan sikap protes masyarakat atas monopoli buah [[Cengkih|cengkeh]] & [[Pala]] yang sedang dilakukan [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|kompeni]], waktu itu. Pantung itu lahir dari keadaan bahwa karena hasil [[Cengkih|cengkeh]] melimpah dan kompeni datang ke negeri-negeri membuat hal-hal untuk "kasih sanang masyarakat" lalu mereka mengambil semua hasil (cengkeh, red) dengan cuma-cuma atau dengan harga sangat murah.
Hal ini menggelisahkan hati semua penduduk sehingga memicu aksi perlawanan yang diinisiasi melalui pertemuan di gunung Saniri.
 
Semenjak saat itu para Kapitano/ Malesio yang berjumlah 99, mengirim pasukan kabaresinya masing - masing di mulai dari Negeri - negeriNegeri yang ada di pulau [[Pulau Saparua|Saparua]], [[Nusalaut, Maluku Tengah|Nusa laut]], [[Banda Neira]], Hatuhaha Amarima nusaLou hatuhahaNusa, [[Haruku]], [[Leitimur]], [[Leihitu]], [[ambon]],Kota [[pulau seramAmbon|Ambon]] dan sekitarnya. Sedangkan untuk wilayah [[Pulau Seram dan sekitarnya]] yang di beridiberi mandat sebagai Koordinasi Pasukan saat itu adalah " salah satu " Moyang dari Negri[[Latu, Amalatu, Seram Bagian Barat|Negeri latu]] dan [[Hualoy, Amalatu, Seram Bagian Barat|Hualoy]] yaitu Kapitan Ahmad lussy menuju kedari Nusa inaIna menuju [[Pulau Saparua]].<ref>{{Cite web|last=onlySavior|title=perlawanan terhadap belanda dimulai dengan penyerbuan benteng belanda duurtsde pada tanggal 15 mei 1817, perlawanan ini di pimpin thomas matulesi. dalam penyerbuan ini benteng duurtstede dapat di rebut rakyat, bahkan residen belanda. van den berg ikut tewas dalam pertempuran ini.|url=https://nesia.ir/post/perlawanan-terhadap-belanda-dimulai-deng.p713|website=nesia|language=Indonesian|access-date=2023-01-25}}</ref>
"Pattikakan atau Kapitan Sayyid Perintah dari Louhata Amalatu ([[Sirisori Islam, Saparua Timur, Maluku Tengah|Siri-Sori Islam]]) pegang peranan mengatur strategi. Keadaan yang semakin panas, membuat Pattikakan bergegas mengumpumpulkan para Kapitan Patasiwa Patalima di Gunung Saniri. Lewat surat kepada para kapitan, ia memberi seruan untuk berkumpul. Surat itu ditandai dengan bulu ayam warna putih dan hitam, yang artinya surat harus disebar baik siang ataupun malam bagi siapapun yang menerimanya.
 
Di Pulau Saparua inilah 99 kapitanoKapitano/malesioMalesio berkumpul di negeri [[Tuhaha, Saparua Timur, Maluku Tengah|Negeri Tuhaha]] "''Beinusa Amalatu"'' tepatnya adalah di ''Gunung Saniri'' yang berbatasan dengan negriNegeri [[Sirisori Islam, Saparua Timur, Maluku Tengah|Siri - Sori Islam]] / [[Sirisori Amalatu, Saparua Timur, Maluku Tengah|Sarane]] ". untuk "''Bermusyawara''" bersama2 dalam mengatur strategi penyerangan ke [[Benteng Duurstede|Benteng durstede]].
Semenjak saat itu para Kapitano/ Malesio yang berjumlah 99, mengirim pasukan kabaresinya masing - masing di mulai dari Negeri - negeri yang ada di pulau [[Saparua]], [[Nusalaut, Maluku Tengah|Nusa laut]], [[Banda Neira]], Amarima nusa hatuhaha, [[Haruku]], [[Leitimur]], [[Leihitu]], [[ambon]], [[pulau seram]] dan sekitarnya. Sedangkan untuk wilayah Seram dan sekitarnya yang di beri mandat sebagai Koordinasi Pasukan saat itu adalah " salah satu " Moyang dari Negri latu dan [[Hualoy, Amalatu, Seram Bagian Barat|Hualoy]] yaitu Kapitan Ahmad lussy menuju ke Nusa ina [[Pulau Saparua]].<ref>{{Cite web|last=onlySavior|title=perlawanan terhadap belanda dimulai dengan penyerbuan benteng belanda duurtsde pada tanggal 15 mei 1817, perlawanan ini di pimpin thomas matulesi. dalam penyerbuan ini benteng duurtstede dapat di rebut rakyat, bahkan residen belanda. van den berg ikut tewas dalam pertempuran ini.|url=https://nesia.ir/post/perlawanan-terhadap-belanda-dimulai-deng.p713|website=nesia|language=Indonesian|access-date=2023-01-25}}</ref>
Satu - satunya Pemberontak dari Muslim yang membawa Pasukan untuk menyerang Bangsa Penjajah Belanda dari arah zasirah tenggara Honimua "Siri - Sori Islam hanyalah Sayyid Perintah (Tuan Pemimpin) atau memiliki nama asli adalah "''Sarasa Sanaky Tepasiwa'' " dan telah dikisahkan Bahwa sang Pahlawan Legendaris ini, semasa hidupnya selalu menjadi Target untuk di cari oleh pihak [[Vereenigde Oostindische Compagnie di Nusantara|Vereenigde Oostindische Compagnie]], Sayyid Perintah selama hidupnya selalu berpindah tempat dan bersembunyi di wilayah Benteng Ampatal Saillo, kemudian ke [[Hatumete, Tehoru, Maluku Tengah|Hatumete]] dan ke puncak Elhau untuk mengatur strategis dalam penyerangan ke [[Benteng Duurstede|Benteng Durstede]] bersama Thomas Matulessy.
 
Di Pulau Saparua inilah 99 kapitano/malesio berkumpul di negeri [[Tuhaha, Saparua Timur, Maluku Tengah|Tuhaha]] tepatnya adalah di ''Gunung Saniri'' yang berbatasan dengan negri [[Sirisori Islam, Saparua Timur, Maluku Tengah|Siri - Sori Islam]] / [[Sirisori Amalatu, Saparua Timur, Maluku Tengah|Sarane]] ". untuk "''Bermusyawara''" bersama2 dalam mengatur strategi penyerangan ke [[Benteng Duurstede|Benteng durstede]].
Satu - satunya Pemberontak dari Muslim yang membawa Pasukan untuk menyerang Bangsa Penjajah Belanda dari arah zasirah tenggara Honimua "Siri - Sori Islam hanyalah Sayyid Perintah (Tuan Pemimpin) atau memiliki nama asli adalah "''Sarasa Sanaky Tepasiwa'' " dan telah dikisahkan Bahwa sang Pahlawan Legendaris ini, semasa hidupnya selalu menjadi Target untuk di cari oleh pihak [[Vereenigde Oostindische Compagnie di Nusantara|Vereenigde Oostindische Compagnie]], Sayyid Perintah selama hidupnya selalu berpindah tempat dan bersembunyi di wilayah Benteng Ampatal Saillo, kemudian ke [[Hatumete, Tehoru, Maluku Tengah|Hatumete]] dan ke puncak Elhau untuk mengatur strategis dalam penyerangan ke [[Benteng Duurstede|Benteng Durstede]] bersama Thomas Matulessy.
==== Thomas Matulessy dilantik menjadi Kapitan Pattimura ====
Semua Kapitano/malesio Kabaressy, berkumpul di gunung Saniri [[Tuhaha, Saparua Timur, Maluku Tengah|negeriNegeri Tuhaha]] karena wilayah tuhaha dan wilayah [[Sirisori Islam, Saparua Timur, Maluku Tengah|siri - sori islam]] merupakan wilayah yang luas dan sangat strategis dalam memantau secara langsung dari ketinggian pergerakan kaum penjajah [[Bangsa Belanda]] yang ada di [[Benteng Duurstede|benteng Durstede]] dan sekitarnya.
 
Kemudian di wilayah gunungGunung saniriSaniri ini juga susah untuk [[Belanda]] melakukan patroli kearah gunungGunung, karena penuh dengan resiko, hampir semua posPos pejuangPejuang tersebar di hutan - hutan Tuhaha, Siri-Sori islamIslam/saraneSarane, itawakaItawaka, [[Ullath, Saparua Timur, Maluku Tengah|Ullath]] dan [[Ouw, Saparua Timur, Maluku Tengah|Ouw]]. sehingga belandaBelanda harus berfikir Seribu kali, dalam melakukan Patroli/pengawasanPengawasan saat itu. Kapitan Sayyid Perintah dari Louhata merupakan otak dari penyerangan itu. Dia merupakan satu diantara penggagas untuk mengumpulkan paraPara kapitanKapitan menyerang [[Benteng Duurstede|benteng Derustede]] yang dijaga ketat ratusan tentaraTentara kompeniKompeni saat itu. Sebelum penyerangan itu dilakukan, Sayyid Perintah menjalankan sebuah ritual ibarat “Saimbara” guna mencari siapa kapitanKapitan yang bakal memimpin pasukan melakukan infasiinvasi ke pertahanpertahanan Belanda. “Saimbara” itu dilakukan dengan menanam sebuah [[tombakTombak]] yang ujungnya terhunus mengarah keatas. Para kapitan yang berkumpul diminta untuk bisa berdiri di atas tombakTombak. Siapa yang mampu menaklukkan permintaan itu akan ditunjuk menjadi pemimpinPemimpin pasukanPasukan.
 
Satu per satu kapitanKapitan yang berkumpul kemudian mencoba menunjukan kebolehan
Saimbara pun berlangsung. Tapi belum ada yang mampu memenuhi permintaan itu. Hingga salah satu kapitan dari Leawaka Amapatti [[Haria, Saparua, Maluku Tengah|Haria]] mampu melakukannya Kapitan itu adalah [[Thomas Matulessy]]. Kapitan itu naik ke ujung tombak. Saat berdiri di ujung tombakTombak yang terhunus itu, kaki sang kapitanKapitan berdarah karena tertikam ujung tombak. Darah segar pun mengalir, setelah itu sang kapitanKapitan turun dari tombak,Tombak dan disambut kapitan Sayyid Perintah.
 
==== Rapat umum Negeri Haria ====
Pada 7 Mei 1817 dalam rapat umum di Baileu negeriNegeri Haria, Thomas Matulessy dikukuhkan dalam upacara adat sebagai Kapitan Besar.
 
"Yang memimpin rapat adalah Kapitan Aipassa. Namun ia tidak mau namanya disebut, sebab dalam kebiasaan waktu itu, bila nama seseorang dikenal, para lawan bisa menyusahkan bangsanya (soa/marga, red)".
Baris 90 ⟶ 89:
Kapitan Aipassa dipercayakan memimpin rapat itu sebab lokasi itu adalah milik negeri Beinusa. Melalui rapat itu ditetapkan beberapa keputusan, antara lain: (a) semua kapitang besar harus memimpin rakyatnya untuk "angka parang lawang kompeni". (b) di mana ada kompeni di kerajaan-kerajaan kita, semua raja dan kapitang harus mengusir mereka, dan jangan bergaul dengan mereka, karena sudah "biking susah rakyat'. (c) ditunjuk Thomas Matulessy, sebagai Panglima Perang dan benteng Duurstede "musti dapa serang kamuka".
 
Pada 14 Mei 1817 Rakyat Maluku mengadakan pertemuan rahasia di Gunung Saniri untuk membahas rencana perlawanan terhadap Belanda. Dalam pertemuan tersebut, Rakyat memilih Thomas Matulessy sebagai Pemimpin Pergerakan dengan Gelar Kapitan Pattimura
dan pada tahun 14 Mei 1817 [[Thomas Matulessy]] dipilih sebagai pemimpin pasukan perang pattimura.
 
Setelah dilantik, Pattimura kemudian memilih beberapa orang untuk membantunya berjuang melawan Belanda yaitu Anthone Rhebok, Philips Latumahina, Lucas Selano, Aron Lisapaly, Melchior Kesaulya, Sarassa Sanaki, Martha Christina Tiahahu, dan Paulus Tiahahu.<ref>{{Cite journal|last=Madrohim dan Midhio, I. W.|date=2021|title=Study on the Implementation of the Total War Strategy in War Against the Dutch Occupation: Pattimura War Case Study|url=https://www.asianinstituteofresearch.org/_files/ugd/ed8b62_32f33cf583bf4e6e987c7da53a1cd880.pdf|journal=Journal of Social and Political Sciences|publisher=The Asian Institute of Research|volume=4|issue=2|pages=209|doi=10.31014/aior.1991.04.02.289|issn=2615-3718}}</ref>
 
==== Thomas Matulessy memimpin Rakyat Maluku melawan Belanda ====
Desas desus rencana perlawanan sebenarnya sudah sampai ke Residen di [[Pulau Saparua|Saparua]] dan bahkan pemerintah [[Belanda]] di [[Kota Ambon|Ambon]] juga sudah mendapat informasi, tetapi diacuhkan karena dianggap sebagai rumor.<ref>{{Cite web|date=2021-09-06|title=Thomas Matulessy, Kapitan Poelo atau Kapitan Pattimura?|url=https://www.sinarharapan.net/thomas-matulessy-kapitan-poelo-atau-kapitan-pattimura/|website=sinarharapan.net|language=en-US|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Namun, apa yang dianggap sekadar rumor ini mengagetkan pemerintahPemerintah Belanda di [[Kota Ambon|Ambon]] ketika Gubernur van Middelkoop pada 17 Mei 1817 memperoleh sepucuk surat yang dikirim isteriistri Residen vanVan den Berg, Johanna Christina Umbgrove tertanggal 13 Mei 1817, yang menginfokan, kalau suaminya telahakan ditangkap pendudukPenduduk di [[Haria, Saparua, Maluku Tengah|Haria]] danatau [[Porto, Saparua, Maluku Tengah|Porto]]. Dia melarikan diri ke Benteng dan meminta bantuan segera dikirim dari Kota Ambon.
Ketika informasi ini sampai di [[Kota Ambon|Ambon]], perlawanan Rakyat yang dipimpin Thomas Matulessy tertanggal 15 Mei - 16 Mei 1817 telah berhasil merebut [[Benteng Duurstede]] dan membantai Residen Johannes Rudolph van den Berg (yang baru tiba dua bulan sebelumnya), istrinya, tiga anaknya, dan pengasuh mereka. Satu-satunya orang Belanda yang selamat adalah putra Van den Berg yang berusia lima tahun, Jean Lubbert.
 
Ketika informasi ini sampai ke Pemerintah Belanda di [[Kota Ambon|Ambon]] 17 Mei 1817, perlawanan Rakyat yang dipimpin Thomas Matulessy tertanggal 15 Mei - 16 Mei 1817 telah berhasil merebut [[Benteng Duurstede]] dan membantai Residen Johannes Rudolph vanVan den Berg (yang baru tiba dua bulan sebelumnya), istrinya, tiga anaknya, dan pengasuh mereka. Satu-satunya orang Belanda yang selamat adalah putraPutra Van den Berg yang berusia limaLima tahunTahun, Jean Lubbert.
Residen van den Berg, sempat meminta bantuan, tapi catatannya tidak sempat terkirim dan catatan ini ditemukan belakangan yang menyatakan,
 
Residen vanVan den Berg, sempat meminta bantuan, tapi catatannya tidak sempat terkirim dan catatan ini ditemukan belakangan yang menyatakan,
''“Sergeant komt spoedig cito met 12 man met scherp geladen, om mij te verlossen, alles is in oproer” Van den Berg.''
 
''“Sergeant komt spoedig cito met 12 man met scherp geladen, om mij te verlossen, alles is in oproer” Van den Berg.''
Kurang lebih berarti, ''"Sersan segera datang dengan 12 orang bersenjata tajam, untuk menyelamatkan saya, semuanya dalam kekacauan".''<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-10-04|title=Latar Belakang Terjadinya Perlawanan Pattimura di Saparua|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/10/04/190000779/latar-belakang-terjadinya-perlawanan-pattimura-di-saparua|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Kurang lebih berarti, ''"Sersan segera datang dengan 12 orang bersenjataBersenjata tajam, untuk menyelamatkan saya, semuanya dalam kekacauan".''<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-10-04|title=Latar Belakang Terjadinya Perlawanan Pattimura di Saparua|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/10/04/190000779/latar-belakang-terjadinya-perlawanan-pattimura-di-saparua|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>
Namun, apa yang dianggap sekadar rumor ini mengagetkan pemerintah Belanda di [[Kota Ambon|Ambon]] ketika Gubernur van Middelkoop pada 17 Mei 1817 memperoleh sepucuk surat yang dikirim isteri Residen van den Berg, Johanna Christina Umbgrove tertanggal 13 Mei 1817, yang menginfokan, kalau suaminya telah ditangkap penduduk di [[Haria, Saparua, Maluku Tengah|Haria]] dan [[Porto, Saparua, Maluku Tengah|Porto]]. Dia melarikan diri ke Benteng dan meminta bantuan segera dikirim dari Ambon.
 
Persoalan bermula, ketika Residen vanVan den Berg mengirim seorang penjaganya ke Negeri [[Porto, Saparua, Maluku Tengah|Porto]] untuk menangani Arumbai (kapal tradisional Maluku) yang penuh muatan palisade (pagar kayu). Tapi, penjaga itu ditangkap dan dianiaya. Seketika itu, paraPara pejuangPejuang Maluku menuju [[Benteng Duurstede]] di [[Pulau Saparua]].<ref>{{Cite web|date=2021-09-01|title=Thomas Matulessy, Kapitan Poelo atau Kapitan Pattimura? (2)|url=https://titastory.id/thomas-matulessy-kapitan-poelo-atau-kapitan-pattimura-2/|website=TitaStory|language=id-ID|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Penyerangan Pasukan Pattimura ke [[Benteng Duurstede]] ini menyebabkan, Gubernur Maluku mengirimkan ekspedisi ke [[Pulau Saparua|Saparua]] pada 2017 Mei 1817 untuk meredam perlawanan rakyatRakyat, dengan kekuatan cukup besar, yakni 112 pelautPelaut dan marinirMarinir dari kapalKapal Evertsen dan Nassau dan 188 Prajurit Garnisun di bawah komando Mayor Pioner Beetjes.
 
Pada 2017 Mei, Pasukan Beetjes mendarat di Saparua. Mengetahui hal tersebut, dengan segera Thomas Matulessy mengatur taktik dan strategi pertempuran. Pasukan rakyatRakyat sekitar 1.000 orang diatur dalam pertahanan sepanjang pesisir mulai dari teluk [[Haria, Saparua, Maluku Tengah|Haria]] sampai ke teluk [[Pulau Saparua|Saparua]]. Pattimura bersama pasukannya, Dandan pada saat ekspedisi hampir mendekati Pulau [[Pulau Saparua|Saparua]] pejuang Thomas Matulessy sudah menunggu di tepiTepi Pantai. Ekspedisi Beetjes yang membawa sekitar 300 Prajurit & Pelaut ini gagal total. Ada 159 Prajurit & Pelaut yang tewas dari pihak Belanda, termasuk Mayor Beetjes. Pasukan & Pelaut yang selamat kembali ke Kota Ambon dan sempat berlabuh di Negeri Suli dan Pulau Haruku.
Peristiwa kemenangan pasukanPasukan Thomas Matulessy ini telah mengobarkan semangat perlawanan Rakyat Maluku untuk melawan Belanda di hampir semua kepulauan rempah.<ref>{{Cite web|last=Redaksi|first=Tim|date=2021-09-02|title=Thomas Matulessy, Kapitan Poelo atau Kapitan Pattimura? (2)|url=https://bergelora.com/thomas-matulessy-kapitan-poelo-atau-kapitan-pattimura-2/|website=BERGELORA.COM|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Perlawanan Rakyat Maluku berikutnya meluas hingga ke Ambon dan ke pulauPulau-pulauPulau sekitarnya, yang berlangsung hingga beberapa bulan lamanya dan dikuasai oleh Rakyat yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura, Anthone Rhebok, [[Paulus Tiahahu]], [[Martha Christina Tiahahu]], Philips Latumahina, Sayyid Perintah, dan Thomas Pattiwael.
 
==== Proklamasi Negeri Haria ====
[[Berkas:Baileo Haria.jpg|jmpl|Rumah Adat Baileo Negeri Haria, Saparua, Maluku Tengah. Tempat dimana dibacakannya Proklamasi Haria 28 Mei 1817<ref name="tutuwawang.blogspot.com">{{Cite web|date=Minggu, 05 Oktober 2014|title=beta Masilli: Pahlawan Asal Maluku selain Pattimura & Martha Ch. Tiahahu|url=https://tutuwawang.blogspot.com/2014/10/pahlawan-asal-maluku-selain-pattimura.html|website=beta Masilli|access-date=2023-01-27}}</ref>]]Pada 20 Mei 1817 diadakan rapatRapat raksasaRaksasa di Haria untuk mengadakan pernyataan kebulatan tekad melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Peringatan kebulatan tekad ini dikenal dengan nama Proklamasi Porto Haria yang berisi 14 pasal pernyataan dan ditandatangani oleh 21 Raja Patih dari pulau Saparua dan Nusalaut. Proklamasi ini membangkitkan semangat juang yang mendorong tumbuhnya frontFront-frontFront pertempuran di berbagai tempat bahkan sampai ke Maluku Utara.<ref>{{Cite web|last=developer|first=mediaindonesia com|date=2022-11-01|title=Kisah Perjuangan Kapitan Pattimura dan Hal Positif yang Bisa Dicontoh|url=https://mediaindonesia.com/humaniora/534199/kisah-perjuangan-kapitan-pattimura-dan-hal-positif-yang-bisa-dicontoh|website=mediaindonesia.com|language=id|access-date=2023-01-28}}</ref>
 
Pada tanggal 20 Mei 1817 Pattimura kemudian memilih beberapa orang untuk membantunya berjuang melawan Belanda yaitu Anthoni Rhebok, Philips Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapaly, [[Melchior Kesaulya]] dan Sarassa Sanaki, [[Martha Christina Tiahahu]], dan [[Paulus Tiahahu]].<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-07-20|title=Sejarah Perang Pattimura: Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Dampak Halaman all|url=https://regional.kompas.com/read/2022/07/20/182128678/sejarah-perang-pattimura-tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Barulah 28 Mei 1817 “Proklamasi Haria” dan “Keberatan Hatawano” dibacakan tetapi sebelum dibacakan [[Melchior Kesaulya]] yang menandatangani “Proklamasi Haria” pada musyawarah besar di Baileu Haria tanggal 28 Mei 1817. Ia diangkat oleh Thomas Matulessy Kapitan Pattimura sebagai salah satu komandanKomandan Pasukan Rakyat di [[Pulau Haruku, Maluku Tengah|Pulau Haruku]] untuk merebut benteng Belanda “Zeelandia” dibawah pimpinan Kapitan Lukas Selanno yang dibantu oleh Kapitan Lukas Lisapaly alias Kapitan Aron. Serta Proklamasi Haria disusun oleh Thomas Matulessy.<ref name="tutuwawang.blogspot.com"/><ref>{{Cite web|title=GUNUNG SANIRI: Renungan Jelang... - Elifas Tomix Maspaitella|url=https://www.facebook.com/1420158039/posts/gunung-sanirirenungan-jelang-200-tahun-pattimura-3gunung-saniri-bisa-dikatakan-s/10215117569078843/|website=www.facebook.com|language=id|access-date=2023-01-26}}</ref>
 
1 Juni 1817 serangan berturut-turut yang dilancarkan oleh Pasukan Rakyat tidak berhasil karena serdaduSerdadu Belanda di Benteng Zeelandia semakin kuat dengan datangnya bantuan Militer kedari Kota Ambon. Bala bantuan Serdadu Belanda terus berdatangan lengkap dengan Peralatan Perang, kemudian melakukan penyerangan ke Benteng Duurstede yang dikuasai Pasukan Pattimura. Karena terus dihujani Peluru dan Meriam, Benteng Duurstede akhirnya ditinggalkan Pasukan Pattimura dan kembali dikuasai Belanda. Dengan kedudukan Belanda yang semakin kuat.<ref>{{Cite web|title=Vredeburg.id|url=https://vredeburg.id/id/post/perjuangan-paripurna-kapitan-pattimura|website=vredeburg.id|access-date=2023-01-28}}</ref>
Bala bantuan serdadu Belanda terus berdatangan lengkap dengan peralatan perang, kemudian melakukan penyerangan ke Benteng Duurstede yang dikuasai Pasukan Pattimura. Karena terus dihujani Peluru dan Meriam, Benteng Duurstede akhirnya ditinggalkan Rakyat dan kembali dikuasai Belanda. Dengan kedudukan Belanda yang semakin kuat.<ref>{{Cite web|title=Vredeburg.id|url=https://vredeburg.id/id/post/perjuangan-paripurna-kapitan-pattimura|website=vredeburg.id|access-date=2023-01-28}}</ref>
 
== Pengkhianatan & penangkapan Pattimura ==
Pasukan Belanda mengalami kewalahan dalam menghadapi perlawanan Rakyat Pattimura hingga pada bulan Juli 1817 dan bulan- September 1817, Belanda mendatangkan pasukanPasukan Kompeni dari Ambon yang dipimpin oleh Kapten Lisnet. Pada bulan Oktober 1817, pasukanPasukan Belanda mulai menyerang Rakyat Maluku secara besar-besaran hingga dapat memadamkan perlawanan Rakyat Maluku dan merebut kembali Benteng Duurstede.<ref>{{Cite journal|last=Gemini|first=Red|title=Perlawanan Rakyat Maluku Melawan VOC|url=https://www.academia.edu/8401228/Perlawanan_Rakyat_Maluku_Melawan_VOC}}</ref>
 
Selama berkuasa di Maluku, Pemerintah Belanda sempat dibuat repot selama berbulanBerbulan-bulan oleh kecerdikan Kapitan Pattimura yang pandai meramu strategi Perang. Kompeni itu bahkan hampir menyerah jika bala bantuan dari [[Batavia]] tidak datang dengan cepat. Bahkan Belanda akan memberikan hadiahHadiah sebesar 1.000 guldenGulden kepada pihak yang berhasil menangkap Pattimura.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-11-09|title=Perang Saparua: Penyebab, Tokoh, Jalannya Perlawanan, dan Akhir Halaman 2|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/09/100000679/perang-saparua-penyebab-tokoh-jalannya-perlawanan-dan-akhir|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-24}}</ref>
 
Namun begitulah takdir, perjuangan Pattimura harus berakhir oleh pengkhianatan Rakyatnya sendiri, Raja Booi, yang adalah Raja dari Negeri [[Booi, Saparua, Maluku Tengah]], yang selama ini mati-matian dibelanya. Oleh karena itu Pemerintah Belanda sudah mendapatkan informasi tempat persembunyian Thomas Matulessy melalui Raja Booi.
 
Malam 11 November 1817, PattimuraThomas Matulessy dan Pasukannya sedang berdiam di sebuah rumahRumah di Hutan Booi. Tidak ada perbincangan apapun, mereka hanya diam termenung. Tiba-tiba terdengar keramaian didari luar dan Pintu terbuka oleh tendangan seseorang. Beberapa tentaraTentara merangsek masuk, mengarahkan senjata ke semua orang.
Seorang Opsir berteriak memberi perintah untuk menyerah, sambil mengarahkan senjatanyaSenjatanya ke dada Pattimura.
 
Kemudian masuk dan berteriak Raja Booi: ''“Thomas, menyerahlah engkau., Tidak ada gunanya melawan.! Rumah ini sudah dikepung empat puluh serdadu yang siap menembak mati kalian.”''
 
''“Terkutuklah engkau, pengkhianat!”'' geram Pattimura, seraya digiring keluar dari Negeri Booi, sebelum diberangkatkan ke Kota Ambon.<ref name="ReferenceB">{{Cite web|date=2019-08-15|title=Pattimura Dihukum Mati Karena Dikhianati - Historia|url=https://historia.id/militer/articles/pattimura-dihukum-mati-karena-dikhianati-P3N24|website=historia.id|language=id-ID|access-date=2023-01-24}}</ref>
 
Tidak disebutkan apakah Raja Booi mendapat imbalan atas pengkhianatannya itu. Namun I.O. Nanulaitta dalam Kapitan Pattimura menyebut alasan rajaRaja Booi menjual informasi kepada Belanda karena dendam setelah Pattimura menurunkan posisinya sebagai pemimpinPemimpin rakyatRakyat.
 
Kabar penangkapan Pattimura tersiar ke seluruh pelosok Negeri dengan sangat cepat. Para pemimpin perang lain pun segera menjadi target perburuan. Sebagian memilih meletakkan senjata, namun sebagian lain memutuskan tetap berperang. Mereka tidak ingin nasibnya berakhir di tiangTiang gantungGantung, dan terus melanjutkan perjuangan Pattimura. Setiba di Ambon, Pattimura dan sejumlah Pejuang yang tertangkap dikurung di benteng Victoria. Selama di dalam penjara, mereka diinterogasi oleh Tentara Belanda. Namun Pattimura menutup rapat-rapat mulutnya sehingga tidak banyak informasi yang didapat Belanda.
 
Memasuki bulan Desember, paraPara tahananTahanan dihadapkan di depan Ambonsche Raad van Justitie (Dewan Pengadilan Kota Ambon). Setelah melalui beberapa Sidang, Vonis pun dijatuhkan. Kapitan Pattimura, Anthone Rhebok, Sayyid Perintah, [[Melchior Kesaulya]] dan Philip Latumahina mendapat hukuman paling berat sebagai Pemimpin Perang, yakni HukumHukuman Gantung. Sementara tahanan lainnya diasingkan ke [[Jawa|Pulau Jawa]]. Pattimura dan TigaEmpat orang lainnya mengisi hari-hari terakhir menjelang ekseskusi dengan renunganRenungan. “Suatu malam penuh ketegangan dan perjuangan batin., Pikiran Kelima Pemimpin itu melayang-layang ke sanak saudara. ''"Kebebasan yang mereka ingini menyebabkan korban besar yang harus mereka berikan., Tetapi sekarang kembali mereka akan ditindas oleh kaum Penjajah,.''”<ref name="ReferenceB"/>
 
== Pattimura dihukum gantung==
[[Berkas:Benteng Victoria.jpg|jmpl|Benteng Victoria, Ambon, tempat Thomas Matulessy dan tigaempat kapitan lainnya di hukum gantung<ref>{{Cite web|title=Kisah Heroik Kapitan Pattimura: Melawan Belanda, Digantung, dan Makam Misterius|url=https://kumparan.com/kumparannews/kisah-heroik-kapitan-pattimura-melawan-belanda-digantung-dan-makam-misterius-1yP8GVY5e7s|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2023-01-25}}</ref>]]
Tanggal 16 Desember 1817, tibalah Hari eksekusi. Pagi-pagi sekali, Lima orang pemimpinPemimpin itu telah diperintahkan untuk bersiap. Tidak terlihat kecemasan di wajah Pattimura dan kawan-kawan seperjuangnya itu karena sehari sebelumnya Parapara Pemuka Agama datang mengunjungi mereka dan semalaman menemani di dalam sel sambil terus memanjatkan doa.
 
Di lapangan depan [[Benteng Victoria]], di [[Hunitetu, Inamosol, Seram Bagian Barat|pesisir Hunitetu]] kota, [[Kota Ambon|Ambon]]. Tiang Gantung telah disiapkan. Para Algojo pun telah berdiri di sampingnya, menunggu Korbannya tiba. Sejumlah besar Tentara Belanda dipersiapkan, baik di sekitar Lapangan eksekusi maupun Pantai untuk menghalau segala bentrokan yang mungkin terjadi. Rakyat Maluku pun telah berkumpul, berusaha melihat Para Pemimpin mereka untuk terakhir kalinya.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-07-20|title=Sejarah Perang Pattimura: Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Dampak|url=https://regional.kompas.com/read/2022/07/20/182128678/sejarah-perang-pattimura-tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Sekitar pukul tujuh Pagi, Pattimura dan para Terhukum lainnya tiba dengan tangan terikat dan penjagaan yang amat ketat. Setelah mereka ditempatkan di depan Tiang Gantungan, Pemerintah Belanda masih menawarkan kerja sama sekali lagi kepada Thomas Matulessy
Baris 158 ⟶ 157:
yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia ''"Pattimura - Pattimura tua boleh dihancur-kan, tetapi kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit."''
 
Seorang Petugas Pengadilan membacakan Putusan Vonis Hukuman Gantung Dewan Hakim Pengadilan Kota Ambon di depanhadapan seluruh orangMasyarakat Maluku yang hadir:
 
''“… Mereka akan dihukum Gantung sampai mati, dilaksanakan oleh para Algojo. Kemudian mayat mereka akan dibawa keluar dan digantung agar daging mereka menjadi mangsa udara dan burung-burung, dan digantung agar tulang belulang mereka menjadi debu sehingga dengan demikian menjadi suatu pelajaran yang menakutkan bagi turun-temurun. Bahwa Thomas Matulessy untuk selama-lamanya akan digantung di dalam sebuah kurungan besi dan sekalipun telah menjadi debu, akan menimbulkan ketakutan karena perbuatannya.”''<ref>{{Cite web|date=2019-08-15|title=Pattimura Dihukum Mati Karena Dikhianati|url=https://historia.id/militer/articles/pattimura-dihukum-mati-karena-dikhianati-P3N24|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Philips Latumahina menjadi yang pertama menaiki tiang gantung. Tali dipasangkan dan genderang dibunyikan. Namun sesaat kemudian ia terjatuh. Tali maut itu ternyata tidak mampu menahan beban Latumahina yang memang berbadan besar. Dengan susah payah, algojoAlgojo menyeretnya kembali ke depan tiangTiang gantunganGantungan. Malang nasibnya, ia harus merasakan taliTali gantunganGantungan untuk kedua kalinya. Beberapa detik kemudian nyawanyanyawa pun melayang.<ref>{{Cite web|title=Pahlawan Nasional Maluku|url=http://balagu.50webs.com/pahlawan/phmaluku/philipslatumahina.html|website=balagu.50webs.com|access-date=2023-01-25}}</ref>
 
Setelah Latumahina, berturut-turut Anthone Rhebok dan Sayyid Perintah menaiki tiangTiang gantungGantung. Tidak perlu usaha dan waktu terlalu lama bagi algojo mengeksekusi keduanya. Setelah genderang dibunyikan, nyawa keduanya dengan cepat terlepas.
 
Selanjutnya dilanjutkan oleh Terpidana Hukuman Mati yang ke empat [[Melchior Kesaulya]] empat orang pejuang telah berpulang.
 
Kini tibalah giliranGiliran Sang Panglima Tertinggi Maluku berhadapan dengan Tiang Gantungan. Dari atas tempat eksekusi ia bisa melihat puluhan musuh yang sangat ingin ia hancurkan sedang menontonya. Sementara di kejauhan ia menatap Rakyat Maluku yang hendak ia bebaskan, meski gagal.
 
Thomas Matulessy naik ke atas dengan langkap mantap. Saat algojo memasangkan tali di lehernya, sambil mengarahkan pandangannya ke arah Hakim-Hakim Belanda, Dengan suara tenang dan keras Thomas Matulessy mengucapkan kata-kata perpisahannya: “Slammat Tinggal Toewan-toewan!” Ini merupakan kata terakhir Thomas Matulessy.<ref name="ReferenceB" />
Baris 184 ⟶ 183:
 
Pahlawan dari staf inti Thomas Matulessy Kapitan Pattimura yang juga bekas mantan pasukan “Korps Limaratus” tentara cadangan Inggris itu tertangkap bersama Patih Negeri Tiouw Jacobus Pattiwael pada tanggal 13 November 1817. Mereka diangkut dengan kapal perang “Evertsen” ke Ambon. Di atas kapal dia bertemu dengan panglimanya Thomas Matulessy dan lain-lain tawanan. Anthone Rhebok mendapat hukuman mati gantung oleh Pengadilan Belanda Ambonsche Raad van Justitie. Laksamana Buyskes mengesahkan hukuman tersebut dengan Surat Keputusan tanggal 13 Desember 1817 Nomor 131. Akhirnya pada tanggal 16 Desember 1817 Anthone Rhebok menaiki tiang gantungan sebagai orang kedua bersama Thomas Matulessy di lapangan eksekusi di depan benteng Victoria di kota Ambon.<ref>{{Cite web|title=Pahlawan Nasional Maluku|url=http://balagu.50webs.com/pahlawan/phmaluku/anthonerebok.html|website=balagu.50webs.com|access-date=2023-01-27}}</ref>
====SaidSayyid Perintah====
SaidSayyid Perintah alias Pattikakang adalah raja pertama Negeri (Desa) Siri Sori Islam di Pulau Saparua dari marga Pattisahusiwa. Penulis-penulis Belanda menulis nama SaidSayyid juga sebagai Sayat (Sayat Perintah). Tokoh ini ikut berjuang menentang Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817 bersama Sarasa Sanaki yaitu Patti Siri Sori Islam yanag diangkat Thomas Matulessy Kapitan Pattimura dan yang menandatangani “Proklamasi Haria”. Verheull menulis bahwa SaidSayyid Perintah dihukum mati gantung pada pagi hari tanggal 16 Desember 1817 bersama ketigakeempat pahlawan lainnya yaitu Anthone Rhebok Kapten Borgor, Philip Latumahina Letnan Borgor, Melchior Kesaulya alias Pattisaha dan Thomas Matulessy alias Pattimura.
 
Sebenarnya nama Said Perintah sebagai Raja Siri Sori Islam yang mati digantung pada pagi hari tanggal 16 Desember 1817 itu tidak ada namanya dalam surat keputusan eksekusi dari Buyskes bersama ketiga pahlawan di atas. Hal ini diperkuat lagi oleh daftar silsilah keturunan raja-raja Siri Sori Islam, yang menjelaskan bahwa raja mereka yang pertama adalah Said Perintah alias Pattikahang. Ia diberhentikan dengan hormat pada tahun 1819, meninggalnya kapan tidak diketahui. Dengan demikian jelas bahwa Said Perintah tidak termasuk pahlawan yang dihukum mati gantung pada pagi tanggal 6 Desember 1817. Sejarahwan I. O. Nanulaitta, mengatakan bahwa Said Printah adalah raja Siri Sori Islam, tokoh historis yang berjuang melawan Belanda, juga dihukum mati gantung. Hanya saja vonis Raad van Yustitie harus membuktikan “missing link” ini dan juga keputusan Buyskes. Tapi kedua-duanya belum ditemui atau tidak ada. Sejarahwan J. A. Pattikayhatu berpendapat bahwa yang dimaksud Verheull dengan Said atau Sayat Perintah itu adalah Melchior Kasaulya yaitu tokoh yang diangkat Pattimura untuk mewakili raja Siri Sori yaitu Salomon Kesaulya yang telah berkhianat dan tewas dalam pertempuran Waisisil.<ref>{{Cite web|title=Pahlawan Nasional Maluku|url=http://balagu.50webs.com/pahlawan/phmaluku/saidperintah.html|website=balagu.50webs.com|access-date=2023-01-27}}</ref>
====Melchior Kesaulya====
Melchior Kesaulya yang namanya dieja sebagai Melojier Kesaulya alias Kapitan Pattisaha adalah raja Siri Sori yang diangkat Thomas Matulessy sebagai pembantuanya menggantikan raja Salomon Kesaulya yang berkhianat dan tewas dalam pertempuran di pantai Waisisil dengan Mayor Beetjes tanggal 20 Mei 1817. Melchior-lah yang menandatangani “Proklamasi Haria” pada musyawarah besar di Baileu Haria tanggal 28 Mei 1817. Ia diangkat oleh Thomas Matulessy Kapitan Pattimura sebagai salah satu komandan pasukan rakyat di Pulau Haruku untuk merebut benteng Belanda “Zeelandia” di bawah pimpinan Kapitan Lukas Selanno yang dibantu oleh Kapitan Lukas Lisapaly alias Kapitan Aron.
Baris 205 ⟶ 203:
 
==Penghargaan Pattimura==
Nama Pattimura kini diabadikan sebagai nama [[Universitas Pattimura]], [[Kodam XVIXV/Pattimura]] dan [[Bandar Udara Internasional Pattimura]] di [[Kota Ambon|Ambon]].<ref>{{Cite web|title=Ada Peristiwa Apa pada Tanggal 16 Desember?|url=https://kumparan.com/kabar-harian/ada-peristiwa-apa-pada-tanggal-16-desember-1zREP5Y2JLC|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2023-01-29}}</ref>
Dan juga [[Kapal Perang]] [[Indonesia]] [[KRI Kapitan Patimura (371)]]<ref>{{Cite web|last=VIVA|first=PT VIVA MEDIA BARU-|date=2020-06-24|title=KRI Kapitan Pattimura 371, Kapal Jenis Korvet Pertama Indonesia|url=https://www.viva.co.id/militer/militer-indonesia/1224143-kri-kapitan-pattimura-371-kapal-jenis-korvet-pertama-indonesia|website=www.viva.co.id|language=id|access-date=2023-01-29}}</ref> beserta di Gambar Mata Uang Republik Indonesia [[Rp1.000]] Thomas Matulessy<ref>{{Cite web|last=Chaeroni|first=Fitri|title=Pahlawan di Lembaran Uang: Kisah Pattimura|url=https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20161103130049-445-169973/pahlawan-di-lembaran-uang-kisah-pattimura|website=student|language=id-ID|access-date=2023-01-29}}</ref>, Kapitan Pattimura Emisi 2000-2016. dan jalan, serta patung; ada juga jalan-jalan yang dinamai menurut namanya di seluruh [[indonesia]]. Di [[Wierden]], [[Belanda]], sebuah jalan di [[lingkungan]] [[Maluku]] dinamai Pattimura.<ref>{{Cite web|title=10 Orang Indonesia yang Namanya Diabadikan sebagai ‘Nama Jalan’ di Luar Negeri. Ada Presiden, Ada Pula Rakyat Biasa|url=https://floresku.com/read/10-orang-indonesia-yang-namanya-diabadikan-sebagai-nama-jalan-di-luar-negeri-ada-presiden-ada-pula-rakyat-biasa|website=floresku.com|language=id|access-date=2023-01-29}}</ref>