Pattimura: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ijin mengganti poster pattimura karena poster sebelumnya di nilai terlalu lama dan kuno jadi saya mencoba menggantinya dengan yang baru |
|||
(25 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
{{Infobox military person
|name = Thomas Matulessy
|image =
|caption = Gambar Kapitan Pattimura diabadikan dalam salah satu perangko
|birth_date = {{Birth date|1783|06|08|df=yes}}
Baris 69:
"Pattikakan atau Kapitan Sayyid Perintah dari Louhata Amalatu ([[Sirisori Islam, Saparua Timur, Maluku Tengah|Siri-Sori Islam]]) pegang peranan mengatur strategi. Keadaan yang semakin panas, membuat Pattikakan bergegas mengumpumpulkan para Kapitan Patasiwa-Patalima di Gunung Saniri. Lewat surat kepada Para Kapitan, ia memberi seruan untuk berkumpul. Surat itu ditandai dengan Bulu Ayam warna Putih dan Hitam, yang artinya surat harus disebar baik siang ataupun malam bagi siapapun yang menerimanya.
Semenjak saat itu para Kapitano/ Malesio yang berjumlah 99, mengirim pasukan kabaresinya masing - masing di mulai dari Negeri-Negeri yang ada di pulau [[Pulau Saparua|Saparua]], [[Nusalaut, Maluku Tengah|Nusa laut]], [[Banda Neira]], Hatuhaha Amarima
Di Pulau Saparua inilah 99 Kapitano/Malesio berkumpul di
Satu-satunya Pemberontak dari Muslim yang membawa Pasukan untuk menyerang Bangsa Penjajah Belanda dari arah zasirah tenggara Honimua "Siri-Sori Islam hanyalah Sayyid Perintah (Tuan Pemimpin) atau memiliki nama asli adalah "''Sarasa Sanaky Tepasiwa'' " dan telah dikisahkan Bahwa sang Pahlawan Legendaris ini, semasa hidupnya selalu menjadi Target untuk di cari oleh pihak [[Vereenigde Oostindische Compagnie di Nusantara|Vereenigde Oostindische Compagnie]], Sayyid Perintah selama hidupnya selalu berpindah tempat dan bersembunyi di wilayah Benteng Ampatal Saillo, kemudian ke [[Hatumete, Tehoru, Maluku Tengah|Hatumete]] dan ke puncak Elhau untuk mengatur strategis dalam penyerangan ke [[Benteng Duurstede
▲Di Pulau Saparua inilah 99 Kapitano/Malesio berkumpul di Negeri [[Tuhaha, Saparua Timur, Maluku Tengah|Tuhaha]] tepatnya adalah di ''Gunung Saniri'' yang berbatasan dengan Negeri [[Sirisori Islam, Saparua Timur, Maluku Tengah|Siri-Sori Islam]] / [[Sirisori Amalatu, Saparua Timur, Maluku Tengah|Sarane]] ". untuk "''Bermusyawara''" bersama2 dalam mengatur strategi penyerangan ke [[Benteng Duurstede|Benteng durstede]].
▲Satu-satunya Pemberontak dari Muslim yang membawa Pasukan untuk menyerang Bangsa Penjajah Belanda dari arah zasirah tenggara Honimua "Siri-Sori Islam hanyalah Sayyid Perintah (Tuan Pemimpin) atau memiliki nama asli adalah "''Sarasa Sanaky Tepasiwa'' " dan telah dikisahkan Bahwa sang Pahlawan Legendaris ini, semasa hidupnya selalu menjadi Target untuk di cari oleh pihak [[Vereenigde Oostindische Compagnie di Nusantara|Vereenigde Oostindische Compagnie]], Sayyid Perintah selama hidupnya selalu berpindah tempat dan bersembunyi di wilayah Benteng Ampatal Saillo, kemudian ke [[Hatumete, Tehoru, Maluku Tengah|Hatumete]] dan ke puncak Elhau untuk mengatur strategis dalam penyerangan ke [[Benteng Duurstede|Benteng Durstede]] bersama Thomas Matulessy.
==== Thomas Matulessy dilantik menjadi Kapitan Pattimura ====
Semua Kapitano/malesio Kabaressy, berkumpul di gunung Saniri [[Tuhaha, Saparua Timur, Maluku Tengah|
Kemudian di wilayah Gunung Saniri ini juga susah untuk [[Belanda]] melakukan patroli kearah Gunung, karena penuh dengan resiko, hampir semua Pos Pejuang tersebar di hutan-hutan Tuhaha, Siri-Sori Islam/Sarane, Itawaka, [[Ullath, Saparua Timur, Maluku Tengah|Ullath]] dan [[Ouw, Saparua Timur, Maluku Tengah|Ouw]]. sehingga Belanda harus berfikir Seribu kali, dalam melakukan Patroli/Pengawasan saat itu. Kapitan Sayyid Perintah dari Louhata merupakan otak dari penyerangan itu. Dia merupakan satu diantara penggagas untuk mengumpulkan Para Kapitan menyerang [[Benteng Duurstede
Satu per satu Kapitan yang berkumpul kemudian mencoba menunjukan kebolehan
Baris 88 ⟶ 89:
Kapitan Aipassa dipercayakan memimpin rapat itu sebab lokasi itu adalah milik negeri Beinusa. Melalui rapat itu ditetapkan beberapa keputusan, antara lain: (a) semua kapitang besar harus memimpin rakyatnya untuk "angka parang lawang kompeni". (b) di mana ada kompeni di kerajaan-kerajaan kita, semua raja dan kapitang harus mengusir mereka, dan jangan bergaul dengan mereka, karena sudah "biking susah rakyat'. (c) ditunjuk Thomas Matulessy, sebagai Panglima Perang dan benteng Duurstede "musti dapa serang kamuka".
Pada 14 Mei 1817 Rakyat Maluku mengadakan pertemuan rahasia di Gunung Saniri untuk membahas rencana perlawanan terhadap Belanda. Dalam pertemuan tersebut, Rakyat memilih Thomas Matulessy sebagai
Setelah dilantik, Pattimura kemudian memilih beberapa orang untuk membantunya berjuang melawan Belanda yaitu Anthone Rhebok, Philips Latumahina, Lucas Selano, Aron Lisapaly, Melchior Kesaulya, Sarassa Sanaki, Martha Christina Tiahahu, dan Paulus Tiahahu.<ref>{{Cite journal|last=Madrohim dan Midhio, I. W.|date=2021|title=Study on the Implementation of the Total War Strategy in War Against the Dutch Occupation: Pattimura War Case Study|url=https://www.asianinstituteofresearch.org/_files/ugd/ed8b62_32f33cf583bf4e6e987c7da53a1cd880.pdf|journal=Journal of Social and Political Sciences|publisher=The Asian Institute of Research|volume=4|issue=2|pages=209|doi=10.31014/aior.1991.04.02.289|issn=2615-3718}}</ref>
==== Thomas Matulessy memimpin Rakyat Maluku melawan Belanda ====
Desas desus rencana perlawanan sebenarnya sudah sampai ke Residen di [[Pulau Saparua|Saparua]] dan bahkan pemerintah [[Belanda]] di [[Kota
Namun, apa yang dianggap sekadar rumor ini mengagetkan
Ketika informasi ini sampai di [[Kota Ambon|Ambon]], perlawanan Rakyat yang dipimpin Thomas Matulessy tertanggal 15 Mei - 16 Mei 1817 telah berhasil merebut [[Benteng Duurstede]] dan membantai Residen Johannes Rudolph van den Berg (yang baru tiba dua bulan sebelumnya), istrinya, tiga anaknya, dan pengasuh mereka. Satu-satunya orang Belanda yang selamat adalah putra Van den Berg yang berusia lima tahun, Jean Lubbert.▼
▲Ketika informasi ini sampai ke Pemerintah Belanda di [[Kota
Residen van den Berg, sempat meminta bantuan, tapi catatannya tidak sempat terkirim dan catatan ini ditemukan belakangan yang menyatakan,▼
▲Residen
''“Sergeant komt spoedig cito met 12 man met scherp geladen, om mij te verlossen, alles is in oproer” Van den Berg.''▼
▲''“Sergeant komt spoedig cito met 12 man met scherp geladen, om mij te verlossen, alles is in oproer” Van den Berg.''
Kurang lebih berarti, ''"Sersan segera datang dengan 12 orang bersenjata tajam, untuk menyelamatkan saya, semuanya dalam kekacauan".''<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-10-04|title=Latar Belakang Terjadinya Perlawanan Pattimura di Saparua|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/10/04/190000779/latar-belakang-terjadinya-perlawanan-pattimura-di-saparua|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>▼
▲Kurang lebih berarti, ''"Sersan segera datang dengan 12 orang
▲Namun, apa yang dianggap sekadar rumor ini mengagetkan pemerintah Belanda di [[Kota Ambon|Ambon]] ketika Gubernur van Middelkoop pada 17 Mei 1817 memperoleh sepucuk surat yang dikirim isteri Residen van den Berg, Johanna Christina Umbgrove tertanggal 13 Mei 1817, yang menginfokan, kalau suaminya telah ditangkap penduduk di [[Haria, Saparua, Maluku Tengah|Haria]] dan [[Porto, Saparua, Maluku Tengah|Porto]]. Dia melarikan diri ke Benteng dan meminta bantuan segera dikirim dari Ambon.
Persoalan bermula, ketika Residen
Penyerangan Pasukan Pattimura ke [[Benteng Duurstede]] ini menyebabkan
Pada
Peristiwa kemenangan
Perlawanan Rakyat Maluku berikutnya meluas hingga ke Ambon dan ke
==== Proklamasi Negeri Haria ====
[[Berkas:Baileo Haria.jpg|jmpl|Rumah Adat Baileo Negeri Haria, Saparua, Maluku Tengah. Tempat dimana dibacakannya Proklamasi Haria 28 Mei 1817<ref name="tutuwawang.blogspot.com">{{Cite web|date=Minggu, 05 Oktober 2014|title=beta Masilli: Pahlawan Asal Maluku selain Pattimura & Martha Ch. Tiahahu|url=https://tutuwawang.blogspot.com/2014/10/pahlawan-asal-maluku-selain-pattimura.html|website=beta Masilli|access-date=2023-01-27}}</ref>]]Pada 20 Mei 1817 diadakan
Pada tanggal 20 Mei 1817 Pattimura kemudian memilih beberapa orang untuk membantunya berjuang melawan Belanda yaitu Anthoni Rhebok, Philips Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapaly, [[Melchior Kesaulya]] dan Sarassa Sanaki, [[Martha Christina Tiahahu]], dan [[Paulus Tiahahu]].<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-07-20|title=Sejarah Perang Pattimura: Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Dampak Halaman all|url=https://regional.kompas.com/read/2022/07/20/182128678/sejarah-perang-pattimura-tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-01-25}}</ref>
Barulah 28 Mei 1817 “Proklamasi Haria” dan “Keberatan Hatawano” dibacakan tetapi sebelum dibacakan [[Melchior Kesaulya]] yang menandatangani “Proklamasi Haria” pada musyawarah besar di Baileu Haria tanggal 28 Mei 1817. Ia diangkat oleh Thomas Matulessy Kapitan Pattimura sebagai salah satu Komandan Pasukan Rakyat di [[Pulau Haruku, Maluku Tengah|Pulau Haruku]] untuk merebut benteng Belanda “Zeelandia” dibawah pimpinan Kapitan Lukas Selanno yang dibantu oleh Kapitan Lukas Lisapaly alias Kapitan Aron. Serta Proklamasi Haria disusun oleh Thomas Matulessy.<ref name="tutuwawang.blogspot.com"/><ref>{{Cite web|title=GUNUNG SANIRI: Renungan Jelang... - Elifas Tomix Maspaitella|url=https://www.facebook.com/1420158039/posts/gunung-sanirirenungan-jelang-200-tahun-pattimura-3gunung-saniri-bisa-dikatakan-s/10215117569078843/|website=www.facebook.com|language=id|access-date=2023-01-26}}</ref>
1 Juni 1817 serangan berturut-turut yang dilancarkan oleh Pasukan Rakyat tidak berhasil karena Serdadu Belanda di Benteng Zeelandia semakin kuat dengan datangnya bantuan Militer dari Kota Ambon. Bala bantuan Serdadu Belanda terus berdatangan lengkap dengan Peralatan Perang, kemudian melakukan penyerangan ke Benteng Duurstede yang dikuasai Pasukan Pattimura. Karena terus dihujani Peluru dan Meriam, Benteng Duurstede akhirnya ditinggalkan Pasukan Pattimura dan kembali dikuasai Belanda. Dengan kedudukan Belanda yang semakin kuat.<ref>{{Cite web|title=Vredeburg.id|url=https://vredeburg.id/id/post/perjuangan-paripurna-kapitan-pattimura|website=vredeburg.id|access-date=2023-01-28}}</ref>
== Pengkhianatan & penangkapan Pattimura ==
Pasukan Belanda mengalami kewalahan dalam menghadapi perlawanan Rakyat Pattimura hingga pada bulan Juli 1817 - September 1817, Belanda mendatangkan Pasukan Kompeni dari Ambon yang dipimpin oleh Kapten Lisnet. Pada bulan Oktober 1817, Pasukan Belanda mulai menyerang Rakyat Maluku secara besar-besaran hingga dapat memadamkan perlawanan Rakyat Maluku dan merebut kembali Benteng Duurstede.<ref>{{Cite journal|last=Gemini|first=Red|title=Perlawanan Rakyat Maluku Melawan VOC|url=https://www.academia.edu/8401228/Perlawanan_Rakyat_Maluku_Melawan_VOC}}</ref>
Selama berkuasa di Maluku, Pemerintah Belanda sempat dibuat repot selama Berbulan-bulan oleh kecerdikan Kapitan Pattimura yang pandai meramu strategi Perang. Kompeni itu bahkan hampir menyerah jika bala bantuan dari [[Batavia]] tidak datang dengan cepat. Bahkan Belanda akan memberikan
Namun begitulah takdir, perjuangan Pattimura harus berakhir oleh pengkhianatan Rakyatnya sendiri, Raja Booi yang
Malam 11 November 1817,
Seorang Opsir berteriak memberi perintah untuk menyerah, sambil mengarahkan
Kemudian masuk dan berteriak Raja Booi: ''“Thomas, menyerahlah engkau
''“Terkutuklah engkau, pengkhianat!”'' geram Pattimura, seraya digiring keluar dari Negeri Booi, sebelum diberangkatkan ke Kota Ambon.<ref name="ReferenceB">{{Cite web|date=2019-08-15|title=Pattimura Dihukum Mati Karena Dikhianati - Historia|url=https://historia.id/militer/articles/pattimura-dihukum-mati-karena-dikhianati-P3N24|website=historia.id|language=id-ID|access-date=2023-01-24}}</ref>
Tidak disebutkan apakah Raja Booi mendapat imbalan atas pengkhianatannya itu. Namun I.O. Nanulaitta dalam Kapitan Pattimura menyebut alasan Raja Booi menjual informasi kepada Belanda karena dendam setelah Pattimura menurunkan posisinya sebagai Pemimpin Rakyat.
Baris 141 ⟶ 142:
Kabar penangkapan Pattimura tersiar ke seluruh pelosok Negeri dengan sangat cepat. Para pemimpin perang lain pun segera menjadi target perburuan. Sebagian memilih meletakkan senjata, namun sebagian lain memutuskan tetap berperang. Mereka tidak ingin nasibnya berakhir di Tiang Gantung, dan terus melanjutkan perjuangan Pattimura. Setiba di Ambon, Pattimura dan sejumlah Pejuang yang tertangkap dikurung di benteng Victoria. Selama di dalam penjara, mereka diinterogasi oleh Tentara Belanda. Namun Pattimura menutup rapat-rapat mulutnya sehingga tidak banyak informasi yang didapat Belanda.
Memasuki bulan Desember, Para Tahanan dihadapkan di depan Ambonsche Raad van Justitie (Dewan Pengadilan Kota Ambon). Setelah melalui beberapa Sidang, Vonis pun dijatuhkan. Kapitan Pattimura, Anthone Rhebok, Sayyid Perintah, [[Melchior Kesaulya]] dan Philip Latumahina mendapat hukuman paling berat sebagai Pemimpin Perang, yakni Hukuman Gantung. Sementara tahanan lainnya diasingkan ke [[Jawa|Pulau Jawa]]. Pattimura dan Empat orang lainnya mengisi hari-hari terakhir menjelang ekseskusi dengan Renungan. “Suatu malam penuh ketegangan dan perjuangan batin
== Pattimura dihukum gantung==
[[Berkas:Benteng Victoria.jpg|jmpl|Benteng Victoria, Ambon, tempat Thomas Matulessy dan
Tanggal 16 Desember 1817, tibalah Hari eksekusi. Pagi-pagi sekali, Lima orang Pemimpin itu telah diperintahkan untuk bersiap. Tidak terlihat kecemasan di wajah Pattimura dan kawan-kawan seperjuangnya itu karena sehari sebelumnya para Pemuka Agama datang mengunjungi mereka dan semalaman menemani di dalam sel sambil terus memanjatkan doa.
Di lapangan depan [[Benteng Victoria]], di [[Hunitetu, Inamosol, Seram Bagian Barat|pesisir Hunitetu]]
Sekitar pukul tujuh Pagi, Pattimura dan para Terhukum lainnya tiba dengan tangan terikat dan penjagaan yang amat ketat. Setelah mereka ditempatkan di depan Tiang Gantungan, Pemerintah Belanda masih menawarkan kerja sama sekali lagi kepada Thomas Matulessy
Baris 156 ⟶ 157:
yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia ''"Pattimura - Pattimura tua boleh dihancur-kan, tetapi kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit."''
Seorang Petugas Pengadilan membacakan Putusan Vonis Hukuman Gantung Dewan Hakim Pengadilan Kota Ambon di hadapan seluruh Masyarakat Maluku yang hadir:
''“… Mereka akan dihukum Gantung sampai mati, dilaksanakan oleh para Algojo. Kemudian mayat mereka akan dibawa keluar dan digantung agar daging mereka menjadi mangsa udara dan burung-burung, dan digantung agar tulang belulang mereka menjadi debu sehingga dengan demikian menjadi suatu pelajaran yang menakutkan bagi turun-temurun. Bahwa Thomas Matulessy untuk selama-lamanya akan digantung di dalam sebuah kurungan besi dan sekalipun telah menjadi debu, akan menimbulkan ketakutan karena perbuatannya.”''<ref>{{Cite web|date=2019-08-15|title=Pattimura Dihukum Mati Karena Dikhianati|url=https://historia.id/militer/articles/pattimura-dihukum-mati-karena-dikhianati-P3N24|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-01-25}}</ref>
Philips Latumahina menjadi yang pertama menaiki tiang gantung. Tali dipasangkan dan genderang dibunyikan. Namun sesaat kemudian ia terjatuh. Tali maut itu ternyata tidak mampu menahan beban Latumahina yang memang berbadan besar. Dengan susah payah, Algojo menyeretnya kembali ke depan Tiang Gantungan. Malang nasibnya, ia harus merasakan Tali Gantungan untuk kedua kalinya. Beberapa detik kemudian
Setelah Latumahina, berturut-turut Anthone Rhebok dan Sayyid Perintah menaiki Tiang Gantung. Tidak perlu usaha dan waktu terlalu lama bagi algojo mengeksekusi keduanya. Setelah genderang dibunyikan, nyawa keduanya dengan cepat terlepas.
Baris 202 ⟶ 203:
==Penghargaan Pattimura==
Nama Pattimura kini diabadikan sebagai nama [[Universitas Pattimura]], [[Kodam
Dan juga [[Kapal Perang]] [[Indonesia]] [[KRI Kapitan Patimura (371)]]<ref>{{Cite web|last=VIVA|first=PT VIVA MEDIA BARU-|date=2020-06-24|title=KRI Kapitan Pattimura 371, Kapal Jenis Korvet Pertama Indonesia|url=https://www.viva.co.id/militer/militer-indonesia/1224143-kri-kapitan-pattimura-371-kapal-jenis-korvet-pertama-indonesia|website=www.viva.co.id|language=id|access-date=2023-01-29}}</ref> beserta di Gambar Mata Uang Republik Indonesia [[Rp1.000]] Thomas Matulessy<ref>{{Cite web|last=Chaeroni|first=Fitri|title=Pahlawan di Lembaran Uang: Kisah Pattimura|url=https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20161103130049-445-169973/pahlawan-di-lembaran-uang-kisah-pattimura|website=student|language=id-ID|access-date=2023-01-29}}</ref>, Kapitan Pattimura Emisi 2000-2016. dan jalan, serta patung; ada juga jalan-jalan yang dinamai menurut namanya di seluruh [[indonesia]]. Di [[Wierden]], [[Belanda]], sebuah jalan di [[lingkungan]] [[Maluku]] dinamai Pattimura.<ref>{{Cite web|title=10 Orang Indonesia yang Namanya Diabadikan sebagai ‘Nama Jalan’ di Luar Negeri. Ada Presiden, Ada Pula Rakyat Biasa|url=https://floresku.com/read/10-orang-indonesia-yang-namanya-diabadikan-sebagai-nama-jalan-di-luar-negeri-ada-presiden-ada-pula-rakyat-biasa|website=floresku.com|language=id|access-date=2023-01-29}}</ref>
|