Antropologi teknologi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
(12 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 50:
Antropologi Teknologi di Afrika sub-Sahara berkembang melalui bidang industri besi (metalurgi). Industri-industri peleburan / penempahan besi muncul di beberapa daerah. Pada masa ini produk teknologi tidak berbeda nyata dengan hasil budaya. "Banyak dari produk teknologi berupa artefak pada masa ini tidak menunjukkan perbedaan nyata antara [[Utilitarianisme|utilitarian]] dengan [[Ekspresionisme|ekspresif]]," ungkap Bryan Pfaffenberger,
Tegasnya, produk teknologi berupa besi di Afrika sub-Sahara telah berbancuh antara nilai guna dengan keindahan. Misalnya, lemari besi tidak hanya berupa kotak hitam petak polos, tapi dihiasi dengan ukiran baik pada gagang
Tentu saja hal ini menambah sifat kompleks dari ciri-ciri produk-produk teknik baru. Selain itu, produk teknik disesuaikan dengan gender pemakainya, lahir pula produk-produk teknik untuk ritual, bahkan teknologi mengambil peran untuk kegiatan politik, meskipun untuk jangka waktu tertentu.
Pada masa dewasa ini para peneliti teknologi tidak hanya fokus pada produk teknologi, tapi juga mengkaji prilaku karyawan, organisasi sosial pekerja, pendidikan dan pelatihan bagi karyawan, jaringan sosial pekerja, serta hubungan sosial lainnya.
Ada pula peneliti yang fokus pada pengaruh hubungan sosial pada karyawan yang berbeda budaya dalam menghasilkan produk teknologi. baru; misalnya, Kim (2001) meneliti perbedaan prilaku masyarakat pada zaman perunggu Denmark dan Korea Selatan dengan penerapan produksi besi di sana.
== Aplikasi Arkeologi dari Antropologi Teknologi ==
Sejalan dengan perkembangan zaman, kini sejarawan dan sosiolog tidak hanya lagi fokus pada kajian masa lalu. Banyak ilmuwan yang identik dengan peristiwa masa lampau itu, mengalihkan pandangan kepada masalah-masalah teknologi baru yang terjadi pada masyarakat industri. Kajian-kajian barupun muncul, antara lain dampak sosial dari teknologi.
Perubahan fokus penelitian itu tentu saja berpengaruh besar terhadap metode penelitian sejarawan dan sosiolog. Dulu, data-data diperoleh dari hasil observasi terhadap artefak yang ditemui. Maka, sekarang, mereka beralih kepada observasi partisipan, yaitu peneliti terlibat langsung dalam situasi yang dia teliti.
Tata cara penelitian seperti ini bertumpu pada konsep teknis. Asumsinya, banyak produk teknologi dapat dibuat dan digunakan dalam berbagai cara. Faktor-faktor yang menentukan produk teknologi antara lain bahan mentah, alat yang digunakan, sumber energi yang tersedia, teknik yang digunakan untuk mengolah bahan, serta rantai operasi yang menghasilkan produk. Salah satu diantara faktor itu berbeda, maka akan lahir suatu produk baru.
Sebuah artikel yang ditulis Ottaway memaparkan faktor-faktor yang menentukan produk teknologi baru tersebut. Dia jelaskan tentang variasi teknis yang mungkin dilakukan dalam produksi logam berbahan dasar tembaga. Variasi teknis itu berubungan dengan proses budaya masyarakat setempat. Hal ini yang menimbulkan inovasi dan spesialisasi produk teknologi di tempat itu.
Kesimpulannya, ketika rantai operasi dan teknologi tertentu dipilih untuk memproduksi suatu barang, maka pola pikir (kognitif) dan norma budaya masyarakat setempat dapat diketahui.
Pada teknologi baru, kebiasaan dan imajinasi saja tidak dapat digunakan dalam menghasilkan suatu produk. Menurut Bryan Pfaffenberger. era teknologi melahirkan sistem sosio teknik. Yaitu, keputusan untuk menghasilkan suatu produk juga ditentukan oleh data-data akurat dari analisa laboratorium. Misalnya, untuk mencampurkan tembaga dengan timah diperlukan panas yang tinggi mencapai titik leleh tembaga (1083 °C). Suhu ini harus didukung kemampuan daya tahan panas dari cawan lebur dan/atau struktur tungku, diperlukan pula pasokan udara yang memadai, serta dukungan pekerja yang memiliki skill tertentu.
Ringkasnya, sistem sosioteknik adalah teknik dan budaya material berkaitan erat dengan koordinasi sosial tenaga kerja yang lebih luas.
Salah satu contoh Antropologi Teknologi yang menggunakan data arkeologi dan analitis adalah situs Ban Chiang, di Timur Laut Thailand . Pada situs ini ditemukan rangkaian volume metalurgi kuno yang menggunakan Antropologi Teknologii. Sistem produksi logamnya telah menghasilkan produk tang mampu bertahan selama ribuan tahun. Sebuah sistem yang melayani kebutuhan ekonomi era logam yang bersifat hierarkis.
== Gaya Teknologi ==
Gaya Teknologi adalah konsep yang digunakan suatu masyarakat dalam menggunakan teknologi.<ref name=":1" /> Gaya Teknologi muncul akibat tata cara penggunaan bahan mentah (material). Sedangkan material sangat tergantung kepada ketersedianya oleh alam setempat.
Dalam artikelnya, Lechtman menghubungkan teknik pengerjaan emas oleh Suku Inca dan penenunan tekstil. Keduanya merupakan kebutuhan masyarakat. Namun memiliki esensi desain yang berbeda. Emas lebih dominan dipakai sebagai perhiasan, yang disebut juga produk: pelapis. Sedangkan tekstil meskipun merupakan produk kebutuhan utama, meskipun dalam aplikasinya tidak meninggakan keindahan.
Teknik lain untuk merekonstruksi teknologi masa lalu adalah arkeologi eksperimental. Para sarjana modern berupaya merekonstruksi praktik teknologi masa lalu. Hal ini tidak hanya menuntut persyaratan fisik dalam produk teknologi, tetapi juga menawarkan hipotesis untuk berbagai kemungkinan oruduk teknologi. Selain itu juga diperlukan fisik dari pembuata dan pengguna produk teknologi tersebut.
== Antropologi Teknologi dan Teknologi Berkembang ==
Tahun 2000 perkembangan Antropologi Teknologi berbanding lurus dengan perkembangan teknologi. Pada era ini teknologi berkembang pesat menjadi teknologi canggih . Nyaris tidak ada lagi negara-negara di dunia yang tidak mengalami penetrasi teknologi canggih. Seluruh lapisan sosial masyarakat sudah tersentuh teknologi.
Tentu saja perkembangan teknologi ini berbarengan dengan tuntutan mengembangkan pemahaman antropologis terhadap pembentukan budaya teknologi baru, seperti kecerdasan buatan.
Pada awal abad 21 ini berkembang pula Antropologi Feminus, yaitu antropologi yang memusatkan perhatian kepada gender perempuan. Sejalan dengan itu lahir pula aliran [[Posthumanisme|posthuman]], yang mengkaji eksistensi manusia pasca humanisme. Lahir pula aliran [[Dekolonialitas|dekolonial]], yaitu tindakan-tindakan manusia untuk melawan kolonialisme serta teori postcapitalist, yaitu kajian terhadap dampak kapitalisme. Artikel-artikel tersebut dipelopori oleh cendekiawan perempuan di bidang antropologi dan posthumaniora seperti Donna Haraway, Anna Tsing, Gabriella Coleman, Kit Kat Braybrooke dan Silvia Lindtner.
Salah satu penciri abad 21 adalah berkembangnya telekomunikasi yang dibarengi dengan kemajuan pesat teknologi alat-alat komunikasi. Salah satu diantaranya adalah gawai. Tentu saja hal itu menjadi fokus baru bagi studi antropologi. Dewasa ini kajian terhadap penggunaan telepon seluler (ponsel) juga dilakukan. Ada pula yang menelaah pengurutan postgenomik, dan kecerdasan buatan. Untuk mendapatkan hasil-hasil signifikan terhadap penelitian Antropologi Teknologi terkini itu memerlukan inovasi metodologi.
Kajian antropologi mengenai perkembangan digital seperti ''creative commons, open access'', dan f''ree/libre open-source software'' (''FLOSS'') juga dilakukan pada abad 21 ini. Turunan dari hal itu, hadir pula penelitian untuk memahami dampak budaya ''[[Peretas|hacker]]'', salah satu unsur yang turut andil membuat dan mengembangkan budaya baru masyarakat kontemporer.
Arum Dayu mengatakan, antropologi digital adalah suatu studi untuk mengetahui cara dan pemahaman baru penggunaan media dan ruang dunia media tersebut pada individu, komunitas, dan kehidupan sekelompok orang di dalam ruang media dengan teknik maupun pemahaman yang berbeda.<ref>{{Cite web|last=Dayu|first=Arum|date=2911-08-14|title=Rethinking Digital Culture & Digital Anthropology|url=https://commonroom.info/common-talks-vol-5-rethinking-digital-culture-digital-anthropology/#:~:text=Dalam%20teorinya%2C%20antropologi%20digital%20dimaknai,cara%20atau%20pemahaman%20yang%20berbeda.|website=COMMONROOM|access-date=2024-05-19}}</ref>
Tahun 2022 terbit Buku Panduan Palgrave Antropologi Teknologi. Buku ini dianggap sebagai penanda tingkat canggih, aneka ragam, dan pertumbuhan Antropologi Teknologi saat ini dalam antropologi sosio-budaya.
Buku Panduan Palgrave Antropologi Teknologi ini muncul dari sebuah seminar mengenai penilaian Antropologi Teknologi yang berhubungan dengan teknologi baru yang sedang berkembang. Buku tersebut mengupas masalah teknologi digital, cara-cara baru reproduksi manusia, dan infrastruktur pangan. Namun buku ini tidak mengulas etnografi teknologi non-industri, misalnya arkeologi.
== Referensi ==
|