Hayam Wuruk: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Mengembalikan suntingan oleh 114.10.119.118 (bicara) ke revisi terakhir oleh OrangKalideres Tag: Pengembalian |
||
(98 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox
| name =
| title
| image
| caption
| succession = Maharaja [[Majapahit]] ke 4
| reign =
| coronation
| successor = [[Wikramawardhana]] dan [[Kusumawardhani]]
▲|predecessor =[[Tribhuwana Wijayatunggadewi]]
| suc-type =
|
|
|
|
| spouse
| spouse
| spouse
| spouse
| spouse
|
*[[Bhre Wirabhumi]]
| royal house = [[Wangsa
| dynasty
| royal anthem =
| father =
| mother = Dyah Gitarja
| religion = [[
| birth_name = Dyah Hayam Wuruk
| birth_date = 1334
| birth_place = {{flagicon|Majapahit|naval|size=25px}} [[Majapahit]]
| death_date = 1389
| death_place = {{flagicon|Majapahit|naval|size=25px}} [[Majapahit]]
|
| place of burial = [[Candi Ngetos]], [[Nganjuk]], [[Jawa Timur]]|
}}
{{Keluarga kerajaan Majapahit}}
<!--[[Berkas:Mahkota Ulun Umbul (foto dokumen BaleBandung.com).jpg|jmpl|280px|Mahkota Ulun Umbul yang diduga merupakan mahkota Hayam Wuruk yang ditemukan di Kampung Leuwidulang, Desa Sukamaju, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, [[Provinsi Pasundan|Tatar Pasundan]]. Selain itu terdapat juga sebuah tongkat bermotif burung Galudra (Garuda). Artefak tersebut kini tersimpan di lemari kaca ruang Kepala Sekolah SMA Pasundan Majalaya.]] -->
'''Hayam Wuruk''' (lahir 1334, meninggal 1389) adalah
==
Nama ''Hayam Wuruk'' artinya "ayam yang terpelajar". Ia adalah putra pasangan [[Tribhuwana Tunggadewi]] (penguasa ketiga Majapahit) dengan Sri Kertawardhana alias Cakradhara. Ibunya adalah putri [[Raden Wijaya]] pendiri [[Majapahit]], sedangkan ayahnya berkedudukan sebagai penguasa Tumapel (''Bhatara i Tumapel'' atau ''Bhre Tumapel''<ref>lihat bagian Tata pemerintahan pada artikel Majapahit</ref>) atau kawasan Malang sekarang.▼
Diagram silsilah [[Wangsa Rajasa]], keluarga kerajaan [[Singhasari]] dan [[Majapahit]]]]▼
▲Nama ''Hayam Wuruk'' artinya "ayam yang terpelajar". Ia adalah putra pasangan [[Tribhuwana Tunggadewi]] (penguasa ketiga Majapahit)
Hayam Wuruk dilahirkan tahun [[1334]] dan menurut kitab [[Kakawin Nagarakretagama|Desawarnana]] (Negarakretagama) peristiwa kelahirannya ditandai dengan [[gempa bumi]] di "Pabanyu Pindah" dan letusan [[Gunung Kelud]]. Pada tahun itu pula [[Gajah Mada]] mengucapkan [[Sumpah Palapa]].▼
▲Hayam Wuruk dilahirkan tahun [[1334]] dan menurut kitab [[Kakawin Nagarakretagama
Hayam Wuruk memiliki adik perempuan bernama Dyah Nertaja yang menjadi penguasa Pajang (Bhre Pajang), dan adik angkat perempuan bernama Indudewi penguasa Lasem (Bhre Lasem), yaitu putri [[Rajadewi]], adik ibunya.
== Masa Pemerintahan ==▼
▲[[Berkas:Rajasa Dynasty.svg|jmpl|ka|280px |
[[Permaisuri]] Hayam Wuruk bernama Sri Sudewi bergelar Paduka Sori, yang adalah putri dari Wijayarajasa penguasa Wengker (Bhre Wengker). Paduka Sori adalah saudara sepupu Hayam Wuruk, anak tiri Rajadewi.
Dari pasangan Hayam Wuruk dengan Sri Sudewi ini, lahir [[Kusumawardhani]] yang menikah dengan [[Wikramawardhana]], putra Dyah Nertaja Bhre Pajang, adiknya. Hayam Wuruk juga memiliki putra dari selir yang menjabat sebagai penguasa Wirabhumi ([[Bhre Wirabhumi]]), yang menikah dengan Nagarawardhani putri Indudewi Bhre Lasem.
▲Diagram silsilah [[Wangsa Rajasa]], keluarga kerajaan [[Singhasari]] dan [[Majapahit]]]]
Sumber sepak terjang Hayam Wuruk dalam pemerintahannya diceritakan dalam kitab Desawarnana, suatu kitab yang didedikasikan untuk menghormatinya.▼
Hayam Wuruk naik tahta dalam usia relatif muda, 17 tahun, menggantikan ibundanya, Tribhuwana Tunggadewi. Tribhuwana menyerahkan kekuasaan kepada anaknya itu karena sebenarnya ia memerintah "mewakili" Gayatri, ibunya yang memilih menjalani hidup sebagai pendeta. Ketika Gayatri meninggal, Tribhuwana menyatakan tidak lagi berkuasa. ▼
▲Sumber sepak terjang Hayam Wuruk dalam pemerintahannya diceritakan dalam kitab Desawarnana atau [[Negarakertagama]], suatu kitab yang didedikasikan untuk menghormatinya.
▲Pada tahun [[1351]], Hayam Wuruk naik tahta dalam usia relatif muda, 17 tahun, menggantikan ibundanya, Tribhuwana Tunggadewi. Tribhuwana
Hayam Wuruk dalam pemerintahannya banyak dibantu oleh patih andalannya, [[Gajah Mada]]. Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk, Majapahit melakukan politik ekspansi untuk menjamin kekuatannya di bidang perdagangan lewat laut, sekaligus sebagai pelaksanaan sumpah yang dinyatakan oleh patih Gajah Mada. Majapahit menaklukkan [[Kerajaan Pasai]] dan [[Kerajaan Aru|Aru]] (kemudian bernama [[Kesultanan Deli|Deli]]).▼
▲Hayam Wuruk dalam pemerintahannya banyak dibantu oleh
Pada tahun [[1357]], terjadilah [[Perang Bubat]] yaitu pertempuran antara pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Gajah Mada melawan rombongan kerajaan Sunda yang dipimpin oleh raja [[Linggabuana]]. Dalam peristiwa ini raja Linggabuana dan putrinya [[Dyah Pitaloka Citraresmi|Dyah Pitaloka]] beserta seluruh rombongan Kerajaan Sunda-Galuh tewas.
Pada tahun [[1364]], Mahapatih Gajah Mada meninggal tanpa keterangan yang jelas mengenai penyebabnya.▼
Pada tahun [[1367]], melalui sidang ''Dewan Sapta Prabu'', Hayam Wuruk mengangkat ''Gajah Enggon'' menggantikan Gajah Mada sebagai Mahapatih Majapahit.
== Akhir hayat ==
[[File:Candi Ngetos B.JPG|thumb|180px||[[Candi Ngetos]] terletak di Desa Ngetos, Kecamatan [[Ngetos, Nganjuk|Ngetos]], sekitar 17 kilometer arah selatan kota [[Nganjuk]].]]
Tahun [[1389]], Hayam Wuruk meninggal dengan dua anak
Yang menjadi pengganti Hayam Wuruk adalah menantunya, [[Wikramawardhana]], suami Kusumawardhani.
Kemudian, Hayam Wuruk di dharmakan di [[Candi Ngetos]], [[Nganjuk]], [[Jawa Timur]].
== Perang Bubat ==
{{Main|Perang Bubat}}
=== Versi
Menurut seorang Arkeolog bernama Agus Aris Munandar yang menafsirkan dari kisah ''Panji Angreni (1801)'' menyatakan bahwa [[Gajah Mada]] setuju dengan pernikahan tersebut sebagai upaya menyatukan Majapahit & Sunda.
Namun ayahanda Hayam Wuruk yang bernama Krtawarddhana (suami dari Tribhuwanatunggadewi) berkeberatan dengan pernikahan tersebut, terlebih Hayam Wuruk telah dijodohkan dengan Indudewi, anak Rajadewi Maharajasa yang bekedudukan di Daha (Kediri). Sehingga Krtawarddhana memerintahkan Gajah Mada untuk membatalkan pernikahan tersebut.<ref>{{Cite web|date=2015-05-22|title=Drama Bubat dan Panas-Dingin Hubungan Majapahit-Sunda|url=https://historia.id/kuno/articles/drama-bubat-dan-panas-dingin-hubungan-majapahit-sunda-DnE7B|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2021-12-19|archive-date=2021-12-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20211219041629/https://historia.id/kuno/articles/drama-bubat-dan-panas-dingin-hubungan-majapahit-sunda-DnE7B|dead-url=yes}}</ref>
=== Versi kedua ===
Baris 83 ⟶ 97:
* Karena merasa dipermalukan maka rombongan kerajaan Sunda menyerang Majapahit demi kehormatan.
===
Tahun [[1351]], Hayam Wuruk hendak menikahi puteri Raja [[Kerajaan Galuh|Galuh]]/Pajajaran (di Jawa Barat), ''[[Dyah Pitaloka Citraresmi]]''. Pajajaran setuju asal bukan maksud Majapahit untuk merebut kerajaan Galuh. Ketika dalam perjalanan menuju upacara pernikahan, Gajah Mada mendesak kerajaan Galuh untuk menyerahkan puteri sebagai upeti dan tunduk kepada Majapahit. Kerajaan Galuh menolak, akhirnya pecah pertempuran, [[Perang Bubat]]. Dalam peristiwa menyedihkan ini seluruh rombongan kerajaan Galuh tewas, dan dalam beberapa tahun Galuh menjadi wilayah Majapahit.<ref>{{
▲Pada tahun [[1364]], Mahapatih Gajah Mada meninggal tanpa keterangan jelas mengenai penyebabnya.
▲Tahun 1372, ibundanya meninggal. Ini adalah pukulan berat baginya.
▲Tahun 1377 kembali menundukkan Swarnabhumi karena pelanggaran yang dilakukan penguasanya. Setelah ini, Majapahit memasuki era damai dengan menjalin hubungan baik dengan negara tetangganya.
== Sastra ==
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, kitab ''[[Kakawin Sutasoma]]'' (yang memuat semboyan ''[[Bhinneka Tunggal Ika]] tan Hana Dharma Mangrwa'') digubah oleh [[Mpu Tantular]], dan kitab ''[[Kakawin Nagarakretagama|Nagarakretagama]]'' digubah oleh [[Mpu Prapanca]] pada tahun [[1365]].
▲Tahun [[1389]], Hayam Wuruk meninggal dengan dua anak: [[Kusumawardhani]] (yang bersuami [[Wikramawardhana]]), serta [[Bhre Wirabhumi|Wirabhumi]] yang merupakan anak dari selirnya. Namun yang menjadi pengganti Hayam Wuruk adalah menantunya, [[Wikramawardhana]].
== Kepustakaan ==
|