Hayam Wuruk: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibuku (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Fazily (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh 114.10.119.118 (bicara) ke revisi terakhir oleh OrangKalideres
Tag: Pengembalian
 
(78 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox monarchRoyalty
| name = =Hayam Wuruk
| title =Raja MajapahitSri keRajasanagara<br>Sri 4Wilwatikta
| image =Illustration of Hayam Wuruk.jpg
| caption = Illustrasi Hayam Wuruk
| succession = Maharaja [[Majapahit]] ke 4
| reign = ={{Flag|Majapahit}} (1350–1389)
| coronation = 1350
|othertitles = Maharaja Sri Rajasanagara
| predecessor = =[[Tribhuwana Wijayatunggadewi]]
|full name =
| successor = [[Wikramawardhana]] dan [[Kusumawardhani]]
|predecessor =[[Tribhuwana Wijayatunggadewi]]
| suc-type =
|successor =[[Wikramawardhana]]
|suc-type heir =
|heir queen = Sri Sudewi =(Paduka Sori)
|queen consort =Sri Sudewi (Paduka Sori)
|consort spouse 1 = Sri =Selir ?Sudewi (IbundaPaduka WirabhumiSori)
| spouse 12 = Ibu Bhre =Wirabhumi (selir)
| spouse 23 = =
| spouse 34 = =
| spouse 45 = =
| spouse 56 = =
|spouse 6issue = *[[Kusumawardhani]]
*[[Bhre Wirabhumi]]
|issue =
| royal house = [[Wangsa =Rajasa|Rajasa]]
| dynasty = [[Wangsa Rajasa]]
| royal anthem = =
| father = =Cakradhara (Kertawardhana Bhre Tumapel)
| mother = Dyah Gitarja =([[Tribhuwana Wijayatunggadewi]])
| religion = [[HinduSiwa]]-[[Buddha]]
| birth_name = Dyah Hayam Wuruk
| birth_date = 1334
| birth_place = {{flagicon|Majapahit|naval|size=25px}} [[Majapahit]]
| death_date = 1389
| death_place = {{flagicon|Majapahit|naval|size=25px}} [[Majapahit]]
|date of burial =
|place date of burial =
| place of burial = [[Candi Ngetos]], [[Nganjuk]], [[Jawa Timur]]|
||children=[[Kusumawardhani| Kusumawardhani, Bhre Kabalan]]<br>[[Bhre Wirabhumi]]}}
}}
{{Keluarga kerajaan Majapahit}}
<!--[[Berkas:Mahkota Ulun Umbul (foto dokumen BaleBandung.com).jpg|jmpl|280px|Mahkota Ulun Umbul yang diduga merupakan mahkota Hayam Wuruk yang ditemukan di Kampung Leuwidulang, Desa Sukamaju, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, [[Provinsi Pasundan|Tatar Pasundan]]. Selain itu terdapat juga sebuah tongkat bermotif burung Galudra (Garuda). Artefak tersebut kini tersimpan di lemari kaca ruang Kepala Sekolah SMA Pasundan Majalaya.]] -->
 
'''Hayam Wuruk''' (lahir 1334, meninggal 1389) adalah rajamaharaja keempat [[Kerajaan Majapahit|Majapahit]] yang memerintah tahun [[1350]]-[[1389]]1350–1389. Ia bergelar '''Maharaja Sri Rājasanagara'''. Di bawah pemerintahannya, [[Kerajaan Majapahit]] mencapai puncak kejayaannya.<ref name="Coedes">{{Cite book|last=Cœdès|first=George|year=1968|url=https://books.google.com/books?id=iDyJBFTdiwoC|title=The Indianized states of Southeast Asia|publisher=University of Hawaii Press|isbn=9780824803681|authorlink=George Cœdès|access-date=27 September 2019|archive-url=https://web.archive.org/web/20230123031147/https://books.google.com/books?id=iDyJBFTdiwoC|archive-date=23 Januari 2023|url-status=live|dead-url=no}}</ref>
| last = Cœdès
| first = George
| authorlink = Georges Coedès
| title = The Indianized states of Southeast Asia
| publisher = University of Hawaii Press
| year = 1968
| url = https://books.google.com/books?id=iDyJBFTdiwoC
| isbn =9780824803681 }}</ref>
 
== SilsilahAsal-usul dan silsilah ==
[[Berkas:Rajasa Dynasty.svg|jmpl|ka|280px|
Diagram silsilah [[Wangsa Rajasa]], keluarga kerajaan [[Singhasari]] dan [[Majapahit]]]]
 
Nama ''Hayam Wuruk'' artinya "ayam yang terpelajar". Ia adalah putra pasangan [[Tribhuwana Tunggadewi]] (penguasa ketiga Majapahit) dengan Sri Kertawardhana alias Cakradhara. Ibunya adalah putri [[Raden Wijaya]] pendiri [[Majapahit]], sedangkandengan ayahnyaSri Kertawardhana alias Cakradhara yang berkedudukan sebagai penguasa Tumapel (''Bhatara i Tumapel'' atau ''Bhre Tumapel''<ref>lihat bagian Tata pemerintahan pada artikel Majapahit</ref>) atau kawasan [[Malang]] sekarang.
 
Hayam Wuruk dilahirkan tahun [[1334]] dan menurut kitab [[Kakawin Nagarakretagama|Desawarnana]] (NegarakretagamaDesawarnana) peristiwa kelahirannya ditandai dengan [[gempa bumi]] di "Pabanyu Pindah" dan letusan [[Gunung Kelud]]. Pada tahun itu pula [[Gajah Mada]] mengucapkan [[Sumpah Palapa]].
 
Hayam Wuruk memiliki adik perempuan bernama Dyah Nertaja (kelakyang menjadi penguasa Pajang (Bhre Pajang), dan adik angkat perempuan bernama Indudewi penguasa Lasem (Bhre Lasem), yaitu putri [[Rajadewi]], adik ibunya. [[Permaisuri]] Hayam Wuruk bernama Sri Sudewi bergelar Paduka Sori, yang adalah putri dari Wijayarajasa (Bhre Wengker). Paduka Sori adalah saudara sepupu Hayam Wuruk, anak tiri Rajadewi. Dari pasangan ini lahir [[Kusumawardhani]] yang menikah dengan [[Wikramawardhana]], putra Bhre Pajang. Hayam Wuruk juga memiliki putra dari selir yang menjabat sebagai Bhre Wirabhumi, yang menikah dengan Nagarawardhani, putri Bhre Lasem.
 
[[Permaisuri]] Hayam Wuruk bernama Sri Sudewi bergelar Paduka Sori, yang adalah putri dari Wijayarajasa penguasa Wengker (Bhre Wengker). Paduka Sori adalah saudara sepupu Hayam Wuruk, anak tiri Rajadewi.
== Masa Pemerintahan ==
Sumber sepak terjang Hayam Wuruk dalam pemerintahannya diceritakan dalam kitab Desawarnana atau Negarakertagama, suatu kitab yang didedikasikan untuk menghormatinya.
 
Dari pasangan Hayam Wuruk dengan Sri Sudewi ini, lahir [[Kusumawardhani]] yang menikah dengan [[Wikramawardhana]], putra Dyah Nertaja Bhre Pajang, adiknya. Hayam Wuruk juga memiliki putra dari selir yang menjabat sebagai penguasa Wirabhumi ([[Bhre Wirabhumi]]), yang menikah dengan Nagarawardhani putri Indudewi Bhre Lasem.
Pada tahun 1351, Hayam Wuruk naik tahta dalam usia relatif muda, 17 tahun, menggantikan ibundanya, Tribhuwana Tunggadewi. Tribhuwana sebenarnya memerintah Majapahit "mewakili" ibunya Gayatri, yang memilih menjalani hidup sebagai pendeta. Ketika Gayatri meninggal, Tribhuwana menyatakan tidak lagi berkuasa dan menyerahkan kekuasaan kepada Hayam Wuruk.
 
== Masa Pemerintahanpemerintahan ==
Hayam Wuruk dalam pemerintahannya banyak dibantu oleh patih andalannya, [[Gajah Mada]]. Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk, Majapahit melakukan politik ekspansi untuk menjamin kekuatannya di bidang perdagangan lewat laut, sekaligus sebagai pelaksanaan sumpah yang dinyatakan oleh patih Gajah Mada. Majapahit juga menaklukkan [[Kerajaan Pasai]] dan [[Kerajaan Aru]] (kemudian bernama [[Kesultanan Deli]]).
Sumber sepak terjang Hayam Wuruk dalam pemerintahannya diceritakan dalam kitab Desawarnana atau [[Negarakertagama]], suatu kitab yang didedikasikan untuk menghormatinya.
 
Pada tahun [[1351]], Hayam Wuruk naik tahta dalam usia relatif muda, 17 tahun, menggantikan ibundanya, Tribhuwana Tunggadewi. Tribhuwana sebenarnya memerintah Majapahit "mewakili" ibunya [[Gayatri (Rajapatni)]], yang memilih menjalani hidup sebagai bhiksuni (pendeta wanita). Ketika Gayatri meninggal, Tribhuwana menyatakan tidak lagi berkuasa dan menyerahkan kekuasaan kepada Hayam Wuruk.
Pada tahun 1357, terjadilah [[Perang Bubat]]. Dalam peristiwa ini seluruh rombongan Kerajaan Sunda-Galuh tewas, dan dalam beberapa tahun Sunda-Galuh menjadi wilayah Majapahit.
 
Hayam Wuruk dalam pemerintahannya banyak dibantu oleh patihMahapatih andalannya, [[Gajah Mada]]. Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk, Majapahit melakukan politik ekspansi untuk menjamin kekuatannya di bidang perdagangan lewat laut, sekaligus sebagai pelaksanaan sumpah[[Sumpah Palapa]] yang dinyatakan oleh patih Gajah Mada. Majapahit juga menaklukkan [[Kerajaan Pasai]] dan [[Kerajaan Aru]] (kemudian bernama [[Kesultanan Deli]]).
Pada tahun [[1364]], Mahapatih Gajah Mada meninggal tanpa keterangan jelas mengenai penyebabnya.
 
Pada tahun [[1357]], terjadilah [[Perang Bubat]] yaitu pertempuran antara pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Gajah Mada melawan rombongan kerajaan Sunda yang dipimpin oleh raja [[Linggabuana]]. Dalam peristiwa ini raja Linggabuana dan putrinya [[Dyah Pitaloka Citraresmi|Dyah Pitaloka]] beserta seluruh rombongan Kerajaan Sunda-Galuh tewas.
Tahun 1367 Hayam Wuruk mengangkat Gajah Enggon sebagai patih Majapahit.
 
Pada tahun [[1364]], Mahapatih Gajah Mada meninggal tanpa keterangan yang jelas mengenai penyebabnya.
Tahun 1372, Tribhuwana Tunggadewi, ibundanya meninggal. Ini adalah pukulan berat bagi Hayam Wuruk.
 
TahunPada tahun [[1367]], melalui sidang ''Dewan Sapta Prabu'', Hayam Wuruk mengangkat ''Gajah Enggon'' menggantikan Gajah Mada sebagai patihMahapatih Majapahit.
Tahun 1377, Hayam Wuruk kembali menundukkan [[Suvarnabhumi]] (sekarang [[Sumatra]]), karena pelanggaran yang dilakukan penguasanya. Setelah itu, Majapahit memasuki era damai dengan menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangganya.
 
TahunPada tahun [[1372]], Tribhuwana Tunggadewi, ibundanya meninggal. Ini adalah pukulan berat bagi Hayam Wuruk.
== Akhir Hayat ==
 
Tahun [[1389]], Hayam Wuruk meninggal dengan dua anak: [[Kusumawardhani]] (yang bersuami [[Wikramawardhana]]), serta [[Bhre Wirabhumi|Wirabhumi]] yang merupakan anak dari selirnya. Namun yang menjadi pengganti Hayam Wuruk adalah menantunya, [[Wikramawardhana]].
TahunPada tahun [[1377]], Hayam Wuruk kembali menundukkan [[Suvarnabhumi]] (sekarang [[Sumatra]]), karena pelanggaran yang dilakukan penguasanya saat itu. Setelah itumerebut Suvarnabhumi, Majapahit memasuki era damai dengan menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangganya.
 
== Akhir Hayathayat ==
[[File:Candi Ngetos B.JPG|thumb|180px||[[Candi Ngetos]] terletak di Desa Ngetos, Kecamatan [[Ngetos, Nganjuk|Ngetos]], sekitar 17 kilometer arah selatan kota [[Nganjuk]].]]
Tahun [[1389]], Hayam Wuruk meninggal dengan dua anak:, [[Kusumawardhani]] (yangputri bersuamidari [[Wikramawardhana]])Sri Sudewi, sertadan [[Bhre Wirabhumi|Wirabhumi]] yang merupakan anak dari selirnya. Namun yang menjadi pengganti Hayam Wuruk adalah menantunya, [[Wikramawardhana]].
 
Yang menjadi pengganti Hayam Wuruk adalah menantunya, [[Wikramawardhana]], suami Kusumawardhani.
Kemudian, Hayam Wuruk di dharmakan di [[Candi Ngetos]], [[Nganjuk]], [[Jawa Timur]].
 
== Perang Bubat ==
{{Main|Perang Bubat}}
MeskiMeskipun pada akhirnya Hayam Wuruk menikahi Sri Sudewi, namun sebelumnya terdapat sebuah kisah asmara antara Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit dengan [[Dyah Pitaloka Citraresmi|Dyah Pitaloka]] dari Kerajaan Sunda. Dimanadi mana pada akhirnya pada tahun 1357 memunculkan peristiwa Perang Bubat yang penyebabnya masih menjadi perdebatan. Terdapat 3 penyebab terjadinya perang Bubat yaitu :
 
=== Versi Pertamapertama ===
Menurut seorang Arkeolog bernama Agus Aris Munandar yang menafsirkan dari kisah ''Panji Angreni (1801)'' menyatakan bahwa [[Gajah Mada]] setuju dengan pernikahan tersebut sebagai upaya menyatukan Majapahit & Sunda.
 
Namun ayahanda Hayam Wuruk yang bernama Krtawarddhana (suami dari Tribhuwanatunggadewi) berkeberatan dengan pernikahan tersebut, terlebih Hayam Wuruk telah dijodohkan dengan Indudewi, anak Rajadewi Maharajasa yang bekedudukan di Daha (Kediri). Sehingga Krtawarddhana memerintahkan Gajah Mada untuk membatalkan pernikahan tersebut.<ref>{{Cite web|date=2015-05-22|title=Drama Bubat dan Panas-Dingin Hubungan Majapahit-Sunda|url=https://historia.id/kuno/articles/drama-bubat-dan-panas-dingin-hubungan-majapahit-sunda-DnE7B|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2021-12-19|archive-date=2021-12-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20211219041629/https://historia.id/kuno/articles/drama-bubat-dan-panas-dingin-hubungan-majapahit-sunda-DnE7B|dead-url=yes}}</ref>.
 
=== Versi kedua ===
Baris 97:
* Karena merasa dipermalukan maka rombongan kerajaan Sunda menyerang Majapahit demi kehormatan.
 
=== '''Versi Ketiga'''ketiga ===
Tahun [[1351]], Hayam Wuruk hendak menikahi puteri Raja [[Kerajaan Galuh|Galuh]]/Pajajaran (di Jawa Barat), ''[[Dyah Pitaloka Citraresmi]]''. Pajajaran setuju asal bukan maksud Majapahit untuk merebut kerajaan Galuh. Ketika dalam perjalanan menuju upacara pernikahan, Gajah Mada mendesak kerajaan Galuh untuk menyerahkan puteri sebagai upeti dan tunduk kepada Majapahit. Kerajaan Galuh menolak, akhirnya pecah pertempuran, [[Perang Bubat]]. Dalam peristiwa menyedihkan ini seluruh rombongan kerajaan Galuh tewas, dan dalam beberapa tahun Galuh menjadi wilayah Majapahit.<ref>{{butuhCite rujukanweb|title=Perang Bubat, Tragedi Kisah Cinta Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka|url=https://daerah.sindonews.com/read/538896/29/perang-bubat-tragedi-kisah-cinta-hayam-wuruk-dan-dyah-pitaloka-1631477396|website=SINDOnews Daerah|language=id-ID|access-date=2024-01-14}}</ref>
 
== Sastra ==