Tiga Dara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
(21 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{bedakan|3 Dara}}
{{Infobox film
Baris 10 ⟶ 9:
| writer = {{plain list|
* [[Usmar Ismail]]
* [[Alwi Dahlan|M. Alwi Dahlan]]
}}
| starring = {{plain list|
Baris 21 ⟶ 20:
| editing = Soemardjono
| distributor = [[Perfini]]
| released = {{Film date|1956|
| runtime = 115 menit
| country = Indonesia
Baris 28 ⟶ 27:
| gross =
}}
'''''Tiga Dara''''' (artinya ''Tiga Gadis'') adalah [[film drama]] [[Film musikal|musikal]] Indonesia tahun 1957 yang dibintangi oleh [[Chitra Dewi]], [[Mieke Wijaya]], dan [[Indriati Iskak]]. Disutradarai oleh [[Usmar Ismail]] untuk [[Perfini]], film ini menceritakan tentang tiga saudara perempuan yang tinggal bersama ayah dan nenek mereka. Ketika saudari tertua, Nunung, tidak tertarik untuk menikah, keluarganya berusaha mencarikan jodoh untuknya, tetapi selalu gagal. Nunung awalnya menolak pendekatan seorang pemuda bernama Toto, yang kemudian menjalin hubungan dengan adiknya. Namun, ketika Toto cemburu dan pergi dari [[Jakarta]] ke [[Bandung]] untuk menyatakan cintanya, Nunung akhirnya setuju untuk menikah dengannya.
Sejak perilisannya, ''Tiga Dara'' dianggap
== Alur ==
Tiga bersaudari—Nunung ([[Chitra Dewi]]), Nana ([[Mieke Wijaya]]) dan Nenny ([[Indriati Iskak]])
[[Berkas:Indriati Iskak, Chitra Dewi, and Mieke Widjaja in Tiga Dara, Peran Pemuda dalam Kebangkitan Film Indonesia, p151.jpg|jmpl|kiri|lurus|[[Indriati Iskak]], [[Chitra Dewi]], dan [[Mieke Wijaya]] dalam film ''Tiga Dara'']]
Dalam upaya untuk menemukan pasangan bagi Nunung, Nana diminta mengajak Nunung ke pesta. Di pesta tersebut, sementara Nana bergaul dengan beberapa pria, Nunung hanya duduk dan akhirnya pergi bersama Herman. Nunung kemudian mengeluh kepada neneknya bahwa ia merasa terlalu tua di antara para tamu yang lebih muda dan bertanya mengapa ia disuruh pergi. Nenny, yang sekali lagi mendengarkan, menjelaskan alasan sebenarnya. Meskipun awalnya marah, Nunung akhirnya memahami maksud neneknya.
Keesokan harinya, Nunung mengalami kecelakaan motor yang dikendarai oleh Toto (diperankan oleh [[Rendra Karno]]). Meskipun kakinya terluka, Nunung bersikeras untuk pulang sendiri dengan [[becak]]. Tanpa sepengetahuannya, Toto mengikuti untuk meminta maaf. Meskipun awalnya diperlakukan dengan kasar oleh Nunung, Toto diterima dengan baik oleh Nana dan neneknya. Nana meminta Toto untuk sering berkunjung, dan selama beberapa hari berikutnya, Nana menjauhkan Herman. Sementara itu, Nenny memanfaatkan situasi ini untuk mendekati Herman. Ketika Nana mengumumkan pertunangannya dengan Toto, neneknya sangat marah karena khawatir Nunung tidak akan pernah menikah.
Setelah pertengkaran antara Nana dan Nunung
▲Setelah Nana dan Nunung bertengkar, ayah mereka memutuskan untuk memindahkan Nunung ke rumah pamannya Tamsil ([[Usmar Ismail]]) di [[Bandung]] dan beristirahat. Dalam suratnya kepada sang ayah selama di Bandung, Nunung menyampaikan bahwa Joni selalu memberikan kecupan selamat malam setiap hari. Berita ini menggelitik Nenny dan memancing kecemburuan Toto. Nana memaksa Toto untuk memilih antara dirinya dan Nunung. Toto menemui Nunung dan menyatakan cintanya, yang dibalas Nunung dengan sinis dan menambahkan dirinya tidur sekamar dengan Joni setiap malam.
▲Herman, atas desakan Nana, mengantar keluarganya ke Bandung. Saat Tamsil memperkenalkan anak-anaknya, diketahui bahwa Joni ternyata seorang anak kecil. Nunung dan Toto berpelukan, sementara Nana dan Herman berbaikan.
== Pemeran ==
Baris 61 ⟶ 62:
* [[Usmar Ismail]] sebagai Paman Tamsil
* [[Roosilawaty]] sebagai Penari
* [[Zainab]]
== Produksi ==
[[Berkas:Usmar Ismail, Peran Pemuda dalam Kebangkitan Film Indonesia, p177.jpg|jmpl|lurus|[[Usmar Ismail]], sutradara dan produser ''Tiga Dara'']]
''Tiga Dara'' disutradarai dan diproduksi oleh [[Usmar Ismail]] untuk [[Perfini|Perusahaan Film Nasional]], yang
Produksi ''Tiga Dara'' dimulai pada
Karena
▲Karena film-film musikal populer di kalangan penonton Indonesia, ''Tiga Dara'' dibuat dalam genre ini. Film tersebut menampilkan tujuh lagu karya Sjaiful Bachri (yang juga bertugas sebagai [[penyunting suara (pembuatan film)|penyuntingan suara]]) serta satu oleh [[Ismail Marzuki]] dan dua oleh Oetjin Noerhasjim.<ref>{{harvnb|Anwar|1991|p=2}}; {{harvnb|Ismail|1957|loc=00:01:07}}.</ref> Hanya Mieke Wijaya yang menyediakan vokalnya sendiri; aktor-aktor lainnya di-isi suara-nya oleh Sam Saimun, Elly Sri Kudus, [[Bing Slamet]], Djuita, S. Effendy, dan Sitti Nurochma.{{sfn|Ismail|1957|loc=00:01:09}} Kameramen jangka panjang Perfini [[Max Tera]] menangani sinematografi untuk film [[hitam-putih]] tersebut, menggunakan peralatan yang tersedia di perusahaan tersebut, dan Soemardjono bertugas dalam penyuntingannya.<ref>{{harvnb|Kristanto|2007|p=46}}; {{harvnb|Anwar|1991|p=2}}.</ref>
== Jalur suara ==
[[Berkas:Tiga Dara (Single).jpg|jmpl|lurus|Stiker label [[jalur suara]] ''Tiga Dara'']]
Piringan hitam tunggal [[jalur suara]] ''Tiga Dara'' dirilis oleh perusahaan rekaman asal Jakarta, [[Dendang (perusahaan rekaman)|Dendang]]. Rekaman ini berbahan dasar ''shellac''
{{Track listing
| all_writing = Sjaiful Bachri
Baris 85 ⟶ 87:
}}
== Perilisan dan
''Tiga Dara'' tayang perdana pada tanggal
▲Negotiasi untuk mengirimkan ''Tiga Dara'' ke [[Federasi Malaya|Malaya]] dimulai setelah perilisannya, dan film tersebut diekspor, kembali meraih kesuksesan, dalam pertukaran untuk impor film Malaya ''Mega Mendung''.{{efn|Peristiwa tersebut tak lazim; umumnya tiga film Malaya diimpor untuk setiap film Indonesia yang diekspor {{harv|''Java-Bode'' 1957}}.}}<ref>{{harvnb|Ismail|1983|pp=135–136}}; {{harvnb|''Java-Bode'' 1957}}.</ref> Pada akhir 1950an, film tersebut ditayangkan di beberapa kota Italia, termasuk [[Roma]], serta di Yugoslavia.{{Sfn|Ismail|1983|pp=135–136}} Setelah Floris Ammannati melihat penayangan Roma-nya, ia mengundang Ismail untuk menampilkan ''Tiga Dara'' di [[Festival Film Internasional Venesia ke-20|Festival Film Venesia 1959]]<!--on 26 August-->; Ismail menyepakatinya, meskipun ia menganggap penayangan Venesia-nya gagal.{{efn|Dalam laporannya tentang festival tersebut, Ismail menyatakan bahwa ''Tiga Dara'' gagal memukau para penonton karena film tersebut tidak memberikan subjudul apapun. Sehingga, para penonton tidak dapat mengikuti jalan ceritanya, meskipun mereka tetap menikmati musiknya {{harv|Ismail|1983|p=136}}.}}<ref>{{harvnb|Utama|Antosiamo|Indrayati|1987|p=163}}; {{harvnb|Ismail|1983|p=136}}.</ref> ''Tiga Dara'' ditayangkan di [[Nugini Belanda]] pada Agustus 1960{{sfn|''Nieuw Guinea Koerier'' 1960}} dan di [[Suriname]] pada Agustus 1963.{{sfn|''Niuew Suriname'' 1963}}
== Dampak ==
''Tiga Dara''
{{
Pada tahun-tahun berikutnya, Perfini merilis sejumlah film yang berorientasi komersial, seperti ''[[Delapan Pendjuru Angin]]'' (1957) dan ''[[Asrama Dara]]'' (1958).{{sfn|Said|1982|p=58}} Meskipun tidak ada yang
▲{{quote|text=Usmar [Ismail] sangat malu dengan film itu. Niatnya menjual ''Tiga Dara'' ketika masih dalam tahap pembikinan memperlihatkan betapa beratnya bagi dia menerima kenyataan bahwa harus membuat film seperti itu. ... meskipun uang masuk, Perfini toh tidak lagi membikin film-film seperti yang dicita-citakan Usmar semula.|sign=D. Djajakusuma|source=dalam {{harvtxt|Said|1982|p=57}}}}
Chitra Dewi dan Mieke Wijaya menjadi
▲Pada tahun-tahun berikutnya, Perfini merilis sejumlah film yang berorientasi komersial, seperti ''[[Delapan Pendjuru Angin]]'' (1957) dan ''[[Asrama Dara]]'' (1958).{{sfn|Said|1982|p=58}} Meskipun tidak yang mengalami kegagalan komersial,{{sfn|Ismail|1983|p=136}} tidak ada yang menandingi ''Asrama Dara'' yang melampaui kesuksesan keuangan ''Tiga Dara''. Ismail berupaya untuk membangun dirinya sebagai sutradara film berkualitas non-profit melalui film ''[[Pedjuang]]'' (1960),{{sfn|Said|1982|p=58}} yang ditayangkan dalam kompetisi di [[Festival Film Internasional Moskwa ke-2]] pada 1961.{{sfn|MIFF}} Namun, tahun-tahun tersebut membuat ia menjadi semakin melenceng dari tujuan-tujuan awalnya dan membuat upaya untuk memasuki perbankan, industri klub malam, dan parlemen pada waktu menjelang kematiannya pada 1971.{{sfn|Said|1982|p=58}}
▲Chitra Dewi dan Mieke Wijaya menjadi tenar setelah kesuksesan ''Tiga Dara''. Dewi melanjutkan akting untuk empat dekade berikutnya, muncul dalam film fitur terakhirnya, ''[[Pedang Ulung]]'', pada 1993, lima belas tahun sebelum kematiannya.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Filmografi Chitra Dewi}} Peran film paling terkini Wijaya muncul dalam ''[[Ayat-Ayat Cinta]]'' (2008).{{sfn|Filmindonesia.or.id, Filmografi Mieke Wijaya}} Selain itu, Indriati Iskak, yang dipuji karena memiliki gaya akting paling naturalistik ketimbang aktor-aktor sejawatnya, menjadi semakin tenar.{{sfn|Biran|2009|p=152}} Ia membuat [[grup vokal wanita]], Baby Dolls, bersama dengan [[Rima Melati]], [[Gaby Mambo]], dan [[Baby Huwae]], dan berakting dalam delapan film berikutnya sebelum pensiun dari perfilman pada 1963.<ref>{{harvnb|Biran|1979|p=228}}; {{harvnb|Anwar|1991|p=3}}.</ref>
== Warisan ==
Baris 105 ⟶ 109:
Pada 2015, negatif-negatif selulosa asetat untuk ''Tiga Dara'', yang disimpan di [[Sinematek Indonesia]],{{efn|Sinematek juga menyimpan salinan distribusi kualitas tinggi dari film tersebut {{harv|Masak|1986|p=62}}.}}{{sfn|Masak|1986|p=62}} mengalami rusak berat. Negatif-negatif tersebut ada yang dalam keadaan robek, dan dinodai oleh jamur atau hilang. Untuk memperbaiki penyajian film tersebut untuk generasi mendatang, [[Lisabona Rahman]] bersama SA Films memutuskan agar ''Tiga Dara'' direstorasi oleh Laboratorium L'immagine Ritrovata yang berbasis di [[Bologna]]; film tersebut merupakan karya Usmar Ismail kedua yang direstorasi oleh Lisa, setelah ''[[Lewat Djam Malam]]'' (1954) pada 2012.<ref>{{Cite web|last=fdvs.io|title=Jejak Penebusan Sinematik Lisabona Rahman|url=http://www.dewimagazine.com/news-art/jejak-penebusan-sinematik-lisabona-rahman|website=www.dewimagazine.com|language=Indonesia|access-date=2023-04-09}}</ref> Pengerjaan restorasi, yang meliputi reinsersi adegan-adegan yang hilang menggunakan sisa-sisa salinan dari film tersebut dan penghilangan debu dan jamur, dimulai pada awal 2015 dan terselesaikan pada 8 Oktober 2015. Restorasi tersebut—yang dialihkan ke digital [[resolusi 4K|4K]]—ditayangkan di Indonesia pada permulaan 11 Agustus 2016, dengan perilisan DVD dan Blu-ray pada tahun berikutnya.<ref>{{harvnb|Bahar|2016}}; {{harvnb|Makhsara|2016b}}.</ref>
Beberapa film membuat ulang atau terinspirasi dari ''Tiga Dara''. Sebuah remake, ''Tiga Dara Mencari Cinta'', disutradarai oleh Djun Saptohadi dan dirilis pada 1980.{{sfn|Kristanto|2007|p=209}} Film komedi tersebut dibintangi oleh Ingrid Fernandez, Nana Riwayatie, dan Winny Aditya Dewi sebagai tiga bersaudari{{efn|Dinamai Maya, Emma, dan Nuri dalam versi ini {{harv|Gemini Satria Film 1980}}.}} yang tinggal dengan ayah mereka dan dihadapkan dengan pertikaian dan godaan kencan.<ref>{{harvnb|Kristanto|2007|p=209}}; {{harvnb|Gemini Satria Film 1980}}.</ref> Delapan tahun kemudian, ketika [[Teguh Karya]] menyutradarai ''[[Pacar Ketinggalan Kereta]]'' (1989), ia menyatakan bahwa para pemeran dan kru menonton ''Tiga Dara'' dalam upaya untuk
Pada tahun [[2016]], sutradara [[Nia Dinata]] berhasil me-''remake'' film ini dengan judul ''[[Ini Kisah Tiga Dara]]'', yang mengambil gambar antara 23 Februari dan 27 Maret 2016 di [[Maumere]], [[Flores]]. Adapun yang berperan sebagai Tiga Dara adalah [[Shanty]], [[Tara Basro]] dan [[Tatyana Akman]]. Film yang tayang bulan September 2016 ini tetap mengambil basis tema seperti film aslinya namun setting dan jalan ceritanya disesuaikan dengan konteks kehidupan masa kini.<ref>{{harvnb|Kumampung|2016}}; {{harvnb|Galikano|2016}}; {{harvnb|Makhsara|2016a}}.</ref>
== Catatan penjelas ==
|