Raden Patah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Raden Salman (bicara | kontrib)
Penghapusan sub menu gelar karena sudah ditampilkan pada tabel
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Perbaikan salah ketik
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(6 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 13:
| death_place = [[Bintoro, Demak, Demak|Bintoro]], [[Kerajaan Demak|Demak]]
| spouses = {{plainlist|
~* Dewi Murthasimah binti [[Sunan Ampel]]
~* Solekha binti Pangeran Wironegoro
~* Putri Dari Randu Sanga}}
| issue = {{collapsible list|title=Pernikahan dengan Dewi Murthasimah :
|~ [[Pati Unus]]
Baris 26:
{{collapsible list|title=Pernikahan dengan Putri dari Randu Sanga :
|~ Raden Kanduruwan}}
| fatherhouse = [[Bhre KertabhumiRajasa]]
| father = [[Bhre Kertabhumi|Dyah Singhanegara Wijayakusuma]]
| mother = [[Siu Ban Ci|Dewi Kian]]
| religion = [[Islam]]
}}
{{Keluarga kerajaan Majapahit}}'''Raden Patah''' (lahir: Palembang, [[1455]]; wafat: [[Demak]], [[1518]]) adalah penguasa [[Kesultanan Demak|Demak]] yang memerintah tahun 1475-1518.<ref>{{Cite web|last=Raditya|first=Iswara N.|title=Sejarah Raden Patah: Putra Majapahit Pendiri Kerajaan Islam Demak|url=https://tirto.id/sejarah-raden-patah-putra-majapahit-pendiri-kerajaan-islam-demak-gcdE|website=tirto.id|language=id|access-date=2024-02-02}}</ref> Menurut sejarawan Australia [[M. C. Ricklefs]], ia memperkirakan bahwa pendiri Demak adalah seorang Tionghoa Muslim bernama [[Cek Ko-po]]. Ricklefs memperkirakan bahwa anaknya adalah orang yang oleh [[Tomé Pires]] dalam ''[[Suma Oriental]]'' dijuluki "Pate Rodim", mungkin maksudnya "Badruddin" atau "Kamaruddin" (meninggal sekitar tahun 1504). Putra atau adik Rodim dikenal dengan nama [[Trenggana]] (bertahta 1505-1518 dan 1521-1546), membangun keunggulan Demak. atas [[Jawa]].
 
== Asal-usul ==
Baris 59 ⟶ 61:
 
== Pemerintahan ==
Pada tahun 1479 ia meresmikan [[Masjid Agung Demak]] sebagisebagai pusat pemerintahan. Ia juga memperkenalkan pemakaian ''Salokantara'' sebagai kitab undang-undang kerajaan. Kepada umat beragama lain, sikap Raden Patah sangat toleran.
 
Raden Patah juga tidak mau memerangi umat [[Hindu]] dan [[Buddha]] sebagaimana wasiat [[Sunan Ampel]], gurunya. Meskipun naskah ''babad'' dan ''serat'' memberitakan ia menyerang [[Majapahit]], hal itu dilatarbelakangi persaingan politik memperebutkan kekuasaan [[pulau Jawa]], bukan karena sentimen agama. Lagi pula, naskah ''babad'' dan ''serat'' juga memberitakan kalau pihak [[Majapahit]] lebih dulu menyerang [[Giri Kedaton]], sekutu [[Demak]] di [[Gresik]].