Kesultanan Samudera Pasai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
menambahkan pranala dalam |
k kana halada haysdirhaN hakilaM/a* Relasi dan persaingan */ (QuickEdit) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(8 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Former Country
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|government_type = Monarki
|
|currency
|
|
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Islam}}
'''Kesultanan Pasai''', juga dikenal dengan '''Samudera Darussalam''', atau '''Samudera Pasai''', dengan sebutan singkat yaitu Pasai adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai utara [[Sumatra]], kurang lebih di sekitar [[Kota Lhokseumawe]] dan [[Kabupaten Aceh Utara]], Provinsi [[Aceh]], [[Indonesia]].Kerajaan ini didirikan oleh '''Meurah Silu''', yang bergelar [[Malik al-Saleh|Sultan Malik as-Saleh]], sekitar tahun [[1267]].<ref name=":0">Prof. Dr. Hamka (2016) "Sejarah Umat Islam" Jakarta : Gema Insani</ref>
Para sejarawan menelusuri keberadaan kerajaan ini menggunakan sumber dari [[Hikayat Raja-raja Pasai]] serta peninggalan [[sejarah]] adat istiadat serta budaya setempat yang masih berjalan dan dipertahankan oleh masyarakat pesisir pantai utara [[Sumatra]].<ref name="Hill">Hill, A. H., (1960), ''[[Hikayat Raja-raja Pasai]]'', Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland, London. Library, MBRAS.</ref> Hal ini dibuktikan dengan beberapa makam raja yang datang pertama kali pada tahun 710 [[Masehi]] serta penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama keturunan rajanya.
== Sejarah ==
Baris 50 ⟶ 49:
=== Al Malikush Shaleh (1267-1297) ===
[[Berkas:Makam Sultan Malik As-Shalih (Malikussaleh).jpg|jmpl|ki|
Pada saat itu, orang-orang Islam sudah mendirikan perkampungan di tepi pantai Sumatra. Mereka berasal dari pedagang-pedagang sumatera yang berdagang di arab dan persia. Hanya saja, mereka belum sanggup mendirikan kerajaan yang kuat.
Baris 68 ⟶ 67:
=== Al Malikuszh Zhahir II (1326 - 1349) ===
Sultan ketiga Samudra Pasai bergelar Zhahir juga. Nama kecilnya adalah Raja Ahmad. [[Hamka]] berpendapat bahwa besar kemungkinan bahwa sultan inilah yang ditemui oleh Ibnu Batutah ketika ia singgah di negeri Pasai tatkala Ibnu Batutah diutus Sultan Delhi ke Tiongkok pada 1345.<ref name=":0" /> Dalam catatan Ibnu Batutah
=== Zainal Abidin (1349-1406) ===
Baris 90 ⟶ 87:
Raja Iskandar, anak dari Raja Semudra Pasai dibawa oleh Cheng Ho pada tahun 1412 untuk mengunjungi Tiongkok dan datang menghadap Maharaja Tiongkok. Sesampainya di Tiongkok, Raja Iskandar meninggal terbunuh. Semenjak itu, jaranglah terdengar hubungan antara Pasai dan Tiongkok. Kunjungan terakhir Pasai ke Tiongkok tercatat pada tahun 1434.
Sementara itu, Malaka mulai naik, sedangkan Pasai mulai turun. Pelabuhan Pasai berangsur sepi, pantainya mulai dangkal, kapal-kapal lebih banyak berlabuh di pelabuhan Malaka. Sejak saat itu, pusat kegiatan Islam pindah dari Pasai ke Malaka.
Salah seorang warga Pasai yang datang ke Jawa adalah [[Fatahillah|Faletehan]] (Fatahillah / Syarif Hidayatullah). Ia merantau ke pulau Jawa karena negerinya diserang Portugis. Di Jawa, ia berkarir sebagai panglima perang [[Kesultanan Demak]] yang berhasil mengalahkan kerajaan [[Kerajaan Galuh|Galuh]] dan [[Pakwan Pajajaran|Pajajaran]]. Hingga akhirnya, ia sukses mendirikan kesultanan [[Kesultanan Banten|Banten]] dan [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]]. Fatahillah juga sukses mengalahkan pasukan Portugal di Sunda Kelapa dengan gabungan pasukan Demak-Cirebon pada 22 Juni 1527. Hari itu kemudian diperingati sebagai hari lahir Kota Jakarta.<ref>{{Cite web|last=Ahsan|first=Ivan Aulia|title=Sejarah HUT Jakarta & Benarkah Fatahillah Membantai Rakyat Betawi?|url=https://tirto.id/sejarah-hut-jakarta-benarkah-fatahillah-membantai-rakyat-betawi-crhj|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-07-30}}</ref><ref>{{Cite web|title=Keturunan Fatahillah, Pendiri Kota Jakarta|url=https://www.historyofcirebon.id/2018/12/keturunan-fatahillah-pendiri-kota.html|website=Sejarah Cirebon|language=id|access-date=2023-07-30}}</ref>
Baris 101 ⟶ 98:
== Relasi dan persaingan ==
Kesultanan Pasai kembali bangkit di bawah pimpinan [[Zainal Abidin Malik az-Zahir|Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir]] tahun 1383, dan memerintah sampai tahun 1405. Dalam [[kronik Tiongkok]] ia juga dikenal dengan nama ''Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki'', dan disebutkan ia tewas oleh ''Raja Nakur''. Selanjutnya pemerintahan Kesultanan Pasai dilanjutkan oleh
Armada Cheng Ho yang memimpin sekitar 208 kapal mengunjungi Pasai berturut turut dalam tahun 1405, 1408 dan 1412. Berdasarkan laporan perjalanan [[Cheng Ho]] yang dicatat oleh para pembantunya seperti [[Ma Huan]] dan [[Fei Xin]]. Secara geografis Kesultanan Pasai dideskripsikan memiliki batas wilayah dengan pegunungan tinggi disebelah selatan dan timur, serta jika terus ke arah timur berbatasan dengan [[Kerajaan Aru]], sebelah utara dengan [[laut]], sebelah barat berbatasan dengan dua kerajaan, ''Nakur'' dan ''Lide''. Sedangkan jika terus ke arah barat berjumpa dengan kerajaan ''Lambri'' ([[Lamuri]]) yang disebutkan waktu itu berjarak 3 hari 3 malam dari Pasai. Dalam kunjungan tersebut Cheng Ho juga menyampaikan hadiah dari Kaisar Tiongkok, [[Lonceng Cakra Donya]].<ref name="Yuanzhi">Yuanzhi Kong, (2000), ''Muslim Tionghoa [[Cheng Ho]]: misteri perjalanan muhibah di Nusantara'', Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-361-4.</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=5fNjAAAAQBAJ&pg=PA65&lpg=PA65&dq=Samudera+Pasai+Empire&source=bl&ots=LGGQ_Qbs3b&sig=ACfU3U0ltr-XekE9CErbzHYo0tZRXCqhVQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwir8qqt3PvpAhWGbisKHSfYBro4HhDoATAGegQIChAB#v=onepage&q=Samudera%20Pasai%20Empire&f=false|title=Mapping the Acehnese Past|last=Feener|first=R. Michael|last2=Daly|first2=Patrick|last3=Reed|first3=Anthony|date=2011-01-01|publisher=BRILL|isbn=978-90-04-25359-9|language=en}}</ref>
Baris 114 ⟶ 111:
Dalam struktur pemerintahan terdapat istilah ''[[menteri]]'', ''[[syahbandar]]'' dan ''[[kadi]]''. Sementara anak-anak sultan baik lelaki maupun perempuan digelari dengan ''[[Tun]]'', begitu juga beberapa petinggi kerajaan. Kesultanan Pasai memiliki beberapa kerajaan bawahan, dan penguasanya juga bergelar [[sultan]].
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, [[
== Perekonomian ==
Pasai merupakan kota dagang, mengandalkan [[lada]] sebagai komoditas andalannya, dalam catatan [[Ma Huan]] disebutkan 100 kati lada dijual dengan harga [[perak]] 1 [[tahil]]. Dalam perdagangan Kesultanan Pasai mengeluarkan koin [[emas]] sebagai alat transaksi pada masyarakatnya, mata uang ini disebut ''[[Deureuham]]'' ([[dirham]]) yang dibuat 70% emas murni dengan berat 0.60 gram, diameter 10 mm, mutu 17 [[karat]].<ref>{{cite web|url=https://www.pubvel.com/2023/12/kejayaan-dan-kehancuran-kerajaan.html|title=Kejayaan dan Kehancuran Kerajaan Samudra Pasai: Pemerintahan dan Ekonomi|website=pubvel.com}}</ref>
Sementara masyarakat Pasai umumnya telah menanam [[padi]] di ladang, yang dipanen 2 kali setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan keju. Sedangkan rumah penduduknya memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat menjadi beberapa bilik, dengan lantai terbuat dari bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan tikar rotan atau pandan.<ref name="Yuanzhi"/>
|