Situs Trowulan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Viscountgrave (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat skrip Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Rakehino (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat skrip Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(8 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
|image= Bajang Ratu Gate Trowulan.jpg
|caption= [[Gapura Bajang Ratu]], salah satu penciri utama di Situs Trowulan
|name= Trowulan<br/><small>''Kompleks peninggalan Majapahit''</small>
|map_type= Java Topography
|map_size= 258
Baris 11:
|location_country= {{flag|Indonesia}}
|architect=
|client= [[Kemaharajaan Majapahit|Majapahit]]
|engineer=
|construction_start_date=
Baris 19:
|structural_system=
|style= Kompleks pemukiman kuno
|size=
|embedded={{Infobox cagar budaya|child=yes
| Name = Situs kuno Trowulan
| Image =
| Caption =
Baris 30 ⟶ 29:
| Year = 1983 & 2013
| ownership = {{INA}}
| management = BPCB[[Balai MojokertoPelestarian Kebudayaan]] (BPK) Wilayah 11 Jatim
| Link =https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2015070700004/trowulan
| embedded =
| locmapin =
| coordinates = {{coord|7|32|30.80|S|112|23|27.54|E|region:ID-JI_type:landmark|display=inline,title}}
| coordinates =
| map_caption =
}}
}}
 
'''Situs Trowulan''' adalah kawasan [[purbakala|kepurbakalaan]] dari periode klasik [[sejarah Indonesia]] yang berada di Kecamatan [[Trowulan, Mojokerto|Trowulan]], [[Kabupaten Mojokerto]], [[Jawa Timur]]. Berbagai temuan yang pernah diangkat di sini menunjukkan ciri-ciri pemukiman yang cukup maju. Berdasarkan [[kronik]], [[prasasti]], [[simbol]], dan catatan yang ditemukan di sekitar kawasan tersebut, diduga kuat situs ini berhubungan dengan ibukota kerajaan [[Majapahit]]. Sebuah [[kemaharajaan]] yang pernah berdiri sekitar tahun 1293–1527 M.
 
Kawasan berdirinya struktur-struktur besar (candi, makam, dan kolam) mencakup wilayah sekitar 5 km × 5 km, dipotong oleh jalan negara yang menghubungkan kota [[Kabupaten Jombang|Jombang]] dan [[Kota Surabaya|Surabaya]]. Namun demikian, temuan-temuan yang terpendam diketahui berada di luar kawasan tersebut dan mencakup kawasan lebih luas dengan ukuran 11 km × 9 km,<ref>[http://www.eastjava.com/books/trowulan/main.html Trowulan Tourism]</ref> hingga mencakup pula wilayah timur [[Kabupaten Jombang]].
 
Situs Trowulan telah didaftarkan untuk menjadi [[Situs Warisan Dunia UNESCO]] sejak tahun 2009.
 
== Asal nama ==
Baris 61 ⟶ 56:
 
Kompleks istana tempat tinggal raja terletak di sisi timur lapangan ini, berupa beberapa paviliun atau pendopo yang dibangun di atas landasan bata berukir, dengan tiang kayu besar yang diukir sangat halus dan atap yang dihiasi ornamen dari tanah liat. Di luar istana terdapat kompleks tempat tinggal pendeta [[Shiwa]], biksu [[Buddha]], anggota keluarga kerajaan, serta pejabat dan ningrat (bangsawan). Lebih jauh lagi ke luar, dipisahkan oleh lapangan yang luas, terdapat banyak kompleks bangunan kerajaan lainnya, termasuk salah satunya kediaman Mahapatih Gajah Mada. Sampai disini penggambaran Prapanca mengenai ibu kota Majapahit berakhir.
[[File:069 Excavations, Situs Sumur Upas (40429352931).jpg|thumb|
 
|right|250px|reruntuhan kuno Trowulan]]
Sebuah catatan dari China abad ke-15 menggambarkan istana Majapahit sangat bersih dan terawat dengan baik. Disebutkan bahwa istana dikelilingi tembok bata merah setinggi lebih dari 10 meter serta gapura ganda. Bangunan yang ada dalam kompleks istana memiliki tiang kayu yang besar setinggi 10-13 meter dengan lantai kayu yang dilapisi tikar halus tempat orang duduk. Atap bangunan istana terbuat dari kepingan kayu ([[sirap]]), sedangkan atap untuk rumah rakyat kebanyakan terbuat dari [[ijuk]] atau [[jerami]].
 
Baris 67 ⟶ 63:
 
== Penemuan ==
[[File:065 Excavations, Situs Sumur Upas (39718786984).jpg|thumb|right|250px|[[Situs Sumur Upas]], bekas reruntuhan kuno di [[Trowulan]], [[Mojokerto]]]]
Reruntuhan kota kuno di Trowulan ditemukan pada abad ke-19. Dalam laporan [[Sir Thomas Stamford Raffles]] yang menjabat sebagai gubernur Jawa dari 1811 sampai 1816, disebutkan bahwa: "Terdapat reruntuhan candi.... tersebar bermil-mil jauhnya di kawasan ini." Saat itu kawasan ini merupakan hutan jati yang lebat sehingga survei dan penelitian yang lebih rinci tidak mungkin dilaksanakan. Meskipun demikian, Raffles yang sangat berminat pada sejarah dan kebudayaan Jawa terpesona dengan apa yang dilihatnya dan menjuluki Trowulan sebagai 'Kebanggaan Pulau Jawa'.
 
Baris 89 ⟶ 86:
 
=== Candi Brahu ===
[[Berkas:Brahu Temple Trowulan.jpg|kiri|lurus|jmpl|[[Candi Brahu]], Candi di Trowulan, [[Mojokerto]]]]
{{main|Candi Brahu}}
Di desa [[Bejijong, Trowulan, Mojokerto|Bejijong]] terdapat [[Candi Brahu]]. Candi ini merupakan satu-satunya bangunan suci tersisa yang masih cukup utuh dari kelompok bangunan-bangunan suci yang pernah berdiri di kawasan ini. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, di candi inilah tempat diselenggarakan upacara kremasi (pembakaran jenazah) empat raja pertama Majapahit. Meskipun dugaan ini sulit dibuktikan, namun bukti fisik menunjukkan bangunan ini merupakan bangunan suci peribadatan yang diduga adalah bangunan suci untuk memuliakan anggota keluarga kerajaan yang telah wafat. Mengenai siapakah tokoh atau raja Majapahit yang dimuliakan di candi ini masih belum jelas. Di dekat Candi Brahu terdapat reruntuhan [[Candi Gentong]].
Baris 125 ⟶ 123:
Dalam penelitian Maclaine Pont menyebutkan bahwa Candi Gentong merupakan salah satu dari tiga candi yang berderet dengan arah bujur barat ke timur yaitu Candi Gedong, Candi Tengah, dan Candi Gentong.
 
=== Situs lainnyaKumitir ===
[[Situs Kumitir]] adalah kompleks peninggalan kepurbakalaan yang terdapat di Dusun Bendo, Desa [[Kumitir, Jatirejo, Mojokerto|Kumitir]], Kecamatan [[Jatirejo, Mojokerto|Jatirejo]], Kabupaten [[Kabupaten Mojokerto|Mojokerto]]. Situs ini mendapatkan perhatian serius sejak tahun 2017, setelah pemberitaan cukup luas pada bulan April 2017 mengenai kegiatan penggalian dan penjualan bongkahan [[batu bata]] kuno oleh penyewa lahan. Akibat ramainya pemberitaan, baik melalui [[media sosial]] maupun [[media massa]], kegiatan penggalian tersebut dihentikan.<ref>{{Cite news|last=Susantio|first=Djulianto|date=10 April 2017|title=Batu Bata Bekas Majapahit Dirusak, Indonesia Butuh Arkeolog Partikelir yang Idealis|url=https://www.kompasiana.com/djuliantosusantio/58eb19f9939773526e379e39/batu-bata-bekas-majapahit-dirusak-indonesia-butuh-arkeolog-partikelir-yang-idealis?page=1|work=kompasiana|access-date=11 Agustus 2020}}</ref><ref>{{Cite news|last=Putri|first=Aditya Widya|date=20 April 2017|title=Mengakhiri Perusakan Artefak Kuno|url=https://tirto.id/mengakhiri-perusakan-artefak-kuno-cm8k|work=tirto.id|access-date=11 Agustus 2020}}</ref>
 
Menurut Wicaksono Dwi Nugroho dari [[Balai Pelestarian Cagar Budaya|BPCB Jawa Timur]], keberadaan suatu bangunan di Kumitir sebelumnya sudah disebutkan dalam [[Kidung Wargasari]], Kitab [[Kakawin Nagarakretagama|Desyawarṇana]] (Negarakrtagama), dan [[Pararaton]]. Ketiganya menyebutkan bahwa di Kumitir (atau Kumêpêr, menurut Pararaton) terdapat bangunan pendarmaan bagi [[Mahisa Campaka]] (atau Narasinghamurti), raja [[Kerajaan Singasari|Tumapel]], yang memerintah bersama-sama dengan [[Wisnuwardhana|Ranggawuni]] (atau Wisnuwardhana).<ref name=":0">{{Cite news|last=Wuragil|first=Zacharias (penyunting)|date=9 Agustus 2020|title=Ekskavasi Situs Kumitir Dilanjutkan, Daftar Candi Majapahit Bakal Bertambah|url=https://tekno.tempo.co/read/1373983/ekskavasi-situs-kumitir-dilanjutkan-daftar-candi-majapahit-bakal-bertambah/full&view=ok|work=TEMPO.CO|access-date=11 Agustus 2020}}{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>{{Cite news|last=Wuragil|first=Zacharias (penyunting)|date=9 Agustus 2020|title=Penggalian Situs Kumitir Berdasarkan Cerita Naskah Kuno, Seperti Apa?|url=https://tekno.tempo.co/read/1374123/penggalian-situs-kumitir-berdasarkan-cerita-naskah-kuno-seperti-apa/full&view=ok|work=TEMPO.CO|access-date=11 Agustus 2020}}{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>{{Cite news|last=Julan|first=Tritus|date=01 November 2019|title=Situs Kumitir, Saksi Bisu Bersatunya Cucu Ken Arok-Tunggul Ametung|url=https://daerah.sindonews.com/artikel/jatim/16011/situs-kumitir-saksi-bisu-bersatunya-cucu-ken-aroktunggul-ametung|work=SINDONEWS.com|access-date=11 Agustus 2020}}</ref> Mahisa Campaka adalah kakek dari [[Raden Wijaya]], pendiri [[Majapahit]].
 
Lokasi situs ini berada di dekat [[Candi Tikus]] dan diperkirakan menjadi batas timur bagi kotaraja Majapahit di masa lalu.<ref>{{Cite news|last=Redaksi|first=|date=11 November 2019|title=Misteri Lokasi Kedaton Majapahit|url=https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/misteri-lokasi-kedaton-majapahit|work=INDONESIA.GO.ID|access-date=11 Agustus 2020}}</ref> Di dekatnya juga diketahui terdapat bekas waduk kuno yang sekarang berwujud rawa; oleh penduduk setempat disebut Rawa Kumitir.
 
===Situs lainnya===
Situs penting lainnya antara lain:
* [[Balong Bunder]]
Baris 175 ⟶ 179:
[[Kategori:Kerajaan Majapahit]]
[[Kategori:Situs arkeologi di Jawa Timur]]
[[Kategori:Situs Warisan Dunia UNESCO di Indonesia]]
[[Kategori:Kawasan cagar budaya di Indonesia]]
[[Kategori:Cagar budaya peringkat nasional]]