Kecerdasan sosial: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Artikel butuh pengembangan dan referensi dari pihak ketiga seperti berita, buku, penelitian, dll.
k Bot: Mengganti kategori Kecerdasan berdasarkan jenis dengan Kecerdasan menurut jenis
 
(11 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Kecerdasan sosial''' adalah kemampuan untuk secara efektif menavigasi dan bernegosiasi dalam [[Interaksi sosial|interaksi]] dan [[lingkungan sosial]].<ref name="Honeywill 2015">Honeywill, Ross 2015, ''The Man Problem: destructive masculinity in Western culture'', Palgrave Macmillan, New York.</ref> Menurut [[ilmuwan data]] [[Ross Honeywill]], kecerdasan sosial adalah gabungan dari kesadaran diri dan kesadaran sosial, evolusi keyakinan sosial dan sikap, serta kapasitas dan kemampuan mengelola [[perubahan sosial]] yang kompleks.<ref name="jofamericanscience.org">{{cite journal
{{wikify}}
| last =Ganaie
{{kembangkan}}
| first =M.Y
{{pemutakhiran}}
| coauthors =Mudasir, Hafiz
{{noref}}
| title =A Study of Social Intelligence & Academic Achievement of College Students of District Srinagar, J&K, Indi
'''Kecerdasan sosial''' atau ({{lang-en|social quotient, disingkat '''SQ'''}}) adalah suatu kemampuan manusia untuk menggunakan kepintarannya dalam bernegosiasi dan melakukan hubungan sosial yang kompleks di lingkungannya. Ahli psikologi mempercayai kecerdasan sosial adalah ‘kekayaan’ kualitas hidup untuk berhubungan dengan keadaan sekitarnya, atau memiliki kesadaran / awareness sosial yang berkembang dalam suatu sikap dan perilaku untuk mengubah situasi sosial yang rumit. Seseorang dengan kecerdasan sosial yang tinggi tidak berarti lebih baik atau lebih buruk daripada seseorang dengan SQ yang rendah. Keduanya hanya berbeda dalam perilaku, harapan, minat dan keinginan.
| journal =Journal of American Science
| date =2015
| url =http://www.jofamericanscience.org/journals/am-sci/am110315/004_28107am110315_23_27.pdf
}}</ref> [[Psikolog]] [[Nicholas Humphrey]] percaya bahwa kecerdasan sosial, bukan kecerdasan kuantitatif, yang mendefinisikan manusia.
 
Definisi pertama kecerdasan sosial oleh [[Edward Thorndike]] pada tahun 1920 adalah "kemampuan untuk memahami dan mengelola laki-laki dan perempuan dan anak perempuan, untuk bertindak bijaksana dalam hubungan manusia".<ref>Thorndike, E.L. (1920). Intelligence and its use. Harper's Magazine, 140, 227-235.,</ref> Hal ini setara dengan [[kecerdasan interpersonal]], salah satu jenis kecerdasan yang diidentifikasi dalam teori [[kecerdasan majemuk]] [[Howard Gardner]], dan terkait erat dengan [[teori pikiran]].<ref name="jofamericanscience.org"/> Menurut Sean Foleno, kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang untuk memahami lingkungannya secara optimal dan bereaksi dengan tepat untuk sukses secara sosial.<ref name="jofamericanscience.org"/>
Nilai yang diukur dari SQ serupa dengan nilai standar yang digunakan untuk mengukur IQ, namun tidak bersifat standar atau tetap. Seseorang dapat memiliki perubahan SQ dengan mengubah sikap dan perilakunya saat memberikan respon terhadap lingkungan sosial di sekitarnya, seperti bagaimana seseorang memberikan respon terhadap hubungan keluarga, bagaimana bekerja sama dengan kawan, bagaimana mengatasi pertikaian atau pertengkaran dan bagaimana berbaikan setelahnya, serta hubungan timbal balik dengan sesama. Ada ahli yang menyimpulkan bahwa kecerdasan sosial berpengaruh terhadap perkembangan otak dan mendukung kemampuan dan kepintaran dalam hal-hal yang berkaitan dengan situasi sosial yang rumit, yang merupakan tuntutan dalam pergaulan.
 
== Aspek kecerdasan sosial ==
Salah satu yang berkaitan dengan kecerdasan sosial adalah bahasa, karena kita menggunakan bahasa sebagai mediasi utama untuk berinteraksi secara sosial.
Terdapat lima aspek kecerdasan sosial.<ref>{{Cite journal|last=Soejanto|first=Laily Tiarani|last2=Soekarman|first2=F. I.|date=2015-11-24|title=Tingkat Kecerdasan Sosial Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kanjuruhan Malang|url=https://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JKI/article/view/852|journal=JKI (Jurnal Konseling Indonesia)|language=en|volume=1|issue=1|pages=14–22|doi=10.21067/jki.v1i1.852|issn=2476-8901}}</ref> Pertama, aspek kesadaran situasional. Aspek ini mengukur bagaimana individu memahami dan peka terhadap kebutuhan, hak, serta perasaan dari orang lain. Kedua, aspek kemampuan membawa diri yang meliputi penampilan fisik, cara bersikap, serta bahasa tubuh dari individu. Lalu yang ketiga adalah aspek ''autencitiy,'' yaitu bagaimana cara berbicara dan bersikap kepada orang lain yang menunjukkan ketulusan atau keaslian dari pribadi individu yang sesungguhnya.
 
Keempat, aspek ''clarity.'' Aspek ini mengukur bagaimana kemampuan individu dalam berkomunikasi dengan jelas, sehingga orang lain dapat mengerti maksud dari ide atau gagasan yang disampaikan. Selain itu, aspek ini juga mengukur bagaimana kemampuan individu untuk mempersuasi orang lain agar dapat menerima gagasan yang disampaikan. Kemudian aspek yang terakhir adalah [[empati]], yaitu kemampuan individu untuk memahami dan mengerti perasaan orang lain.
Berbahasa memerlukan kemampuan berpikir yang kompleks dan merupakan faktor kritis bagi pertumbuhan volume otak. Oleh karena itu, diperlukan stimulasi dan latihan sejak usia dini dalam menggunakan bahasa sebagai ungkapan atau empati, sehingga seorang anak dapat berkomunikasi dengan baik di lingkungan sosialnya kelak.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
{{psikologi-stub}}
 
[[Kategori:Kecerdasan menurut jenis]]
[[Kategori:Psikologi sosial]]