Bau Nyale: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
NikolasKHF (bicara | kontrib)
Menyunting beberapa kata yang tidak baku, menghapus paragraf yang kurang deskriptif, dan merapikan kalimat dan referensi.
 
(29 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:nyaleBerburu Cacing Laut.jpg|leftjmpl|thumb|Salah satuRibuan kegiatanwarga upacaraturut nyaleserta didalam Sumbatradisi BaratNyale]]
'''Bau Nyale''' adalah sebuah [[pesta]] atau [[upacara]] yang dikenal dengan Bau Nyale. Secara etimologis, ''Bau Nyale'' terdiri dari 2 suku kata dalam [[Bahasa Sasak]], yakni ''bau'', yang artinya menangkap, dan ''nyale'' yang berarti cacing laut yang termasuk cacing bersekat ([[Annelida]])<ref name="Bau Nyale">[http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/42-Putri-Mandalika-Asal-Mula-Upacara-Bau-Nyale-Nusa-Tenggara-Barat# Asal Mula Upacara Bau Nyale] ceritarakyatnusantara.com</ref><ref>Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2018 oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hlm. 237.</ref> terutama dari jenis ''[[Palola viridis]]''. Acara ini diselenggarakan sekitar bulan [[Februari]] dan [[Maret]]. Tempat penyelenggaraan upacara Bau Nyale ini ada di Pantai Seger, Kuta, terletak dibagian selatan [[Pulau Lombok]]. <ref name="Pantai Seger">[http://www.tempo.co/read/beritafoto/5574/Menghadiri-Upacara-Bau-Nyale-di-Pantai-Seger-Lombok Menghadiri Upacara Bau Nyale di Pantai Seger Kuta Lombok] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150403154147/http://www.tempo.co/read/beritafoto/5574/Menghadiri-Upacara-Bau-Nyale-di-Pantai-Seger-Lombok |date=2015-04-03 }} tempo.co</ref>
 
== Cerita legenda ==
'''Nyale''' (atau disebut '''Bau Nyale''' di Lombok) adalah upacara perburuan [[cacing laut]] untuk menyambut [[Pasola]]. Biasanya acara ini diselenggrakan sekitar bulan Februari dan Maret. Untuk menyambutnya biasanya masyarakat telah melakukan berbagai macam [[ritual]] dari jauh-jauh hari. Salah satunya dilakukan di rumah masing-masing, malam hari sebelum upacara dilakukan.
[[Berkas:Bau Nyale festival.jpg|jmpl|Festival Bau Nyale]]
Pesta atau upacara Bau Nyale merupakan sebuah peristiwa dan [[tradisi]] yang sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi [[Suku Sasak]], suku asli Pulau Lombok. Keberadaan pesta bau nyale ini berkaitan erat dengan sebuah [[cerita rakyat]] yang berkembang di daerah [[Lombok Tengah]] bagian selatan, yaitu tentang Putri Mandalika.<ref name="Tradisi Bau Nyale">[http://pesonanegeriku.com/bau-nyale-tradisi-tahunan-masyarakat-lombok Bau Nyale Tradisi Tahunan Masyarakat Lombok] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140524135404/http://pesonanegeriku.com/bau-nyale-tradisi-tahunan-masyarakat-lombok |date=2014-05-24 }} pesonanegeriku.com</ref><ref name="Asal-Usul Cacing Nyale">[https://www.pewartanusantara.com/bau-nyale-putri-mandalika-lombok/ Festival Bau Nyale Putri Mandalika Lombok] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200921184954/https://www.pewartanusantara.com/bau-nyale-putri-mandalika-lombok/|date=2020-09-21}} pewartanusantara.com</ref>
 
Putri Mandalika adalah putri dari pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting. Raja ini terkenal karena kebijaksanaannya sehingga rakyatnya sangat mencintainya karena mereka hidup makmur. Putri Mandalika hidup dalam suasana kerajaan dan dihormati hingga dia menginjak dewasa.
Beberapa ritual yang dilakukan biasanya adalah potong [[ayam]] dan membuat [[ketupat]]. Ini disebabkan karena ritual ini erat kaitannya dengan kegiatan [[Pasola]] untuk melihat baik dan buruknya nasib seseorang yang akan ikut dalam [[Pasola]].
 
Saat dewasa, Putri Mandalika tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik dan mempesona. Kecantikannya tersebar hingga ke seluruh Lombok sehingga pangeran-pangeran dari berbagai kerajaan seperti Kerajaan Johor, Kerajaan Lipur, Kerajaan Pane, Kerajaan Kuripan, Kerajaan Daha, dan kerajaan Beru berniat untuk mempersuntingnya.
Sang pemimpin adat atau [[rato]] melihat hasil olahan ayam dan ketupat. Apabila ayam panggang masih mengeluarkan [[darah]] dari ususnya, dan ketupat yang telah masak, ada yang berwarna merah, atau kecoklatan, maka diyakini ini merupakan pertanda buruk. Yakni anggota keluarga yang ikut [[Pasola]], akan mendapat bahaya, seperti menderita luka-luka, atau bahkan meninggal dunia.
[[Berkas:Budaya tahunan pesona putri mandaliak lombok.jpg|jmpl|Kemungkinan penggambaran modern Putri Mandalika ketika festival tahunan.]]
Mengetahui hal tersebut ternyata membuat sang putri menjadi gusar, karena jika dia memilih satu di antara mereka maka akan terjadi perpecahan dan pertempuran di Gumi Sasak. Bahkan ada beberapa kerajaan yang memasang senggeger agar Sang Putri jatuh hati padanya. Namun hal ini malah membuat sang Putri makin gusar.
 
Setelah berpikir panjang, akhirnya sang Putri memutuskan untuk mengundang seluruh pangeran beserta rakyat mereka untuk bertemu di Pantai Kuta Lombok pada tanggal 20 bulan ke 10 menurut perhitungan bulan Sasak tepatnya sebelum Subuh. Undangan tersebut disambut oleh seluruh pangeran beserta rakyatnya sehingga tepat pada tanggal tersebut mereka berduyun-duyun menuju lokasi undangan.
Ketika malam semakin larut, para rato yang bertugas mengamati munculnya bulan [[purnama]], segera bersiap-siap memakai pakaian kebesaran rato (Atau biasa disebut '''rowa rato'''). Biasanya ritual ini dilakukan dengan cara berdoa diatas batu kubur ([[nisan]]) dan menghadap ke arah bulan purnama.
 
Setelah beberapa saat akhirnya Putri Mandalika muncul dengan diusung oleh prajurit-prajurit yang menjaganya. Kemudian dia berhenti dan berdiri di sebuah batu dipinggir pantai. Setelah mengatakan niatnya untuk menerima seluruh pangeran dan rakyat akhirnya sang putri pun meloncat ke dalam laut. Seluruh rakyat yang mencarinya tidak menemukannya. Setelah beberapa saat akhirnya datanglah sekumpulan cacing berwarna-warni yang menurut masyarakat dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika.<ref name="Putri Mandalika">{{Cite web |url=http://www.infolombok.net/kisah-putri-mandalika/ |title=Kisah Putri Mandalika |access-date=2014-06-27 |archive-date=2014-08-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140828191504/http://www.infolombok.net/kisah-putri-mandalika/ |dead-url=yes }}</ref>
Dengan menghadap ke arah bulan purnama, para rato bisa memastikan ketepatan dan posisi bulan, serta keadaan gelombang [[laut]] di pantai. Dari situlah akan diputuskan saatnya nyale. Begitu nyale atau cacing laut sudah terlihat, seluruh warga yang telah berkumpul sejak [[subuh]], memulai perburuannya.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
* [http://www.indonesia-lombok.de/baunyale_id.php Upacara Bau Nyale atau Tangkap Nyale]
* [http://www.visitlomboksumbawa.com/festival-bau-nyale/ Festival Bau Nyale] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140623032028/http://www.visitlomboksumbawa.com/festival-bau-nyale/ |date=2014-06-23 }}
 
Tradisi ini biasanya dilakukan pula oleh masyarakat [[Bali]] dan [[Lombok]] tapi biasanya tidak disertai dengan [[Pasola]]
{{Budaya-stub}}
 
[[Kategori:Lombok]]
[[Kategori:Nusa Tenggara Timur]]
 
[[nl:Bau Nyale]]