Amangkurat II: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Inayubhagya (bicara | kontrib)
k Syzyszune memindahkan halaman Hamangkurat II ke Hamengkurat II: Menyesuaikan gelar sesuai Babad Tanah Djawi sama halnya Amangkubuwana menjadi Hamengkubuwana
k ~
(46 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox royalty
{{Infobox_Monarch||father=[[Amangkurat I]]|dynasty=Mataram|religion=Islam|place of death=[[Berkas:Flag of the Sultanate of Mataram.svg|22px]] [[Banyumas]], [[Kesultanan Mataram|Mataram]]|place of birth=[[Berkas:Flag of the Sultanate of Mataram.svg|22px]] [[Kutagede]], [[Kesultanan Mataram|Mataram]]|date of birth=[[?]]|royal house={{flagicon|Kesultanan Mataram}} [[Dinasti Mataram]]|name=Sri Susuhunan Hamangkurat II|consort=|successor=[[Amangkurat III]]|predecessor=[[Amangkurat I]]|reign=[[1677]] – [[1703]]|caption=Sebuah lukisan dari sekitar tahun 1890 yang menggambarkan Amangkurat II menghukum mati [[Trunojoyo|Raden Trunajaya]] dengan menusuk kerisnya.|image=Vorst Mangkoe Rat II doorsteekt met zijn kris, genaamd "de eerwaarde Blabor", den opstandeling Troenadjaja.jpg|othertitles=Sunan Amral|image_size=300px|death_date=[[1702]]|mother=Ratu Kulon|coronation=[[1677]]|children=[[Amangkurat III]]}}'''Sri Susuhunan Hamangkurat II''' (lebih dikenal sebagai '''Amangkurat II''') adalah pendiri sekaligus raja pertama [[Kasunanan Kartasura]], kelanjutan dari [[Kesultanan Mataram]], yang memerintah dari tahun 1677-1703.{{Sfn|Ricklefs|1998|p=XXII}} Ia merupakan raja [[Jawa]] pertama yang memakai seragam [[Westernisasi|bergaya Eropa]] sehingga rakyat memanggilnya dengan sebutan '''Sunan Amral'''. "Amral" merupakan ejaan [[Bahasa Jawa|Jawa]] untuk [[admiral]] (laksamana).{{Sfn|Keraton Nusantara||p=}}
|father=[[Amangkurat I]]
|religion=[[Islam]]
|royal house=[[Wangsa Mataram]]
|name=Amangkurat II<br />{{java|ꦲꦩꦁꦏꦸꦫꦠ꧀꧇꧒꧇}}
|consort=
|successor=[[Amangkurat III]]
|predecessor=[[Amangkurat I]]
|reign=1677–1703 <small>(26 tahun berkuasa)</small>
|caption=Amangkurat II menusuk [[Raden Trunajaya]] dengan keris setelah berakhirnya [[Pemberontakan Trunajaya]] (1680). Lukisan dari akhir abad ke-19.<ref>{{Cite web|title=Vorst Mangkoe Rat II doorsteekt met zijn kris, genaamd "de eerwaarde Blabor", den opstandeling Troenadjaja, dien hij met zijne twee vrouwen Kliting Koening en Kliting Woengoe, zusters van den vorst voor zich had laten komen, niettegenstaande dien opst...|url=https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/852349|website=Digital Collections - Leiden University Libraries|access-date=2021-05-21}}</ref>
|image=Detail painting of Amangkurat II executed Trunajaya.jpeg
|death_date=[[1703]]
|mother=Ratu Kulon
|title=Sunan Amral
|succession=[[Susuhunan Mataram]]
|moretext=ke-5
|coronation={{Start date and age|1677}}
|regnal name=''Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Senapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping II''
|posthumous name = Sunan Amral
|temple name =
|native_lang1 = [[Bahasa Jawa]]
|native_lang1_name1 = ꦲꦩꦁꦏꦸꦫꦠ꧀꧇꧒꧇
|birth_name=Raden Mas Rahmat
|birth_date=''Tidak diketahui''
|birth_place={{negara|Kesultanan Mataram}} [[Kesultanan Mataram|Mataram]]
|death_place={{negara|Kesultanan Mataram}} [[Kesultanan Mataram|Mataram]]
}}
 
'''Amangkurat II''' ({{lang-jv|ꦲꦩꦁꦏꦸꦫꦠ꧀꧇꧒꧇|amangkurat kapindo|amangkurat dua}}, dikenal juga sebagai ''Sunan Amral'') adalah [[susuhunan]] [[Mataram II|Mataram]] kelima yang memerintah dari tahun [[1677]] hingga [[1703]] dan memindahkan pusat pemerintahannya dari [[Keraton Plered]] menuju ke [[Keraton Kartasura]].{{Sfn|Ricklefs|1998|p=XXII}} Ia merupakan sunan yang suka memakai seragam angkatan laut [[Vereenigde Oostindische Compagnie|Belanda]] sehingga Amangkurat II dijuluki sebagai ''Sunan Amral''. "Amral" merupakan ejaan [[Bahasa Jawa|Jawa]] untuk ''[[admiral]]'' (laksamana).{{Sfn|Pemberton|1994|p=58}}
== Kehidupan ==
 
=== LatarKehidupan belakangawal ===
Sunan Amangkurat II atau Sunan Amral adalah putra dari [[Amangkurat I]] dan Ratu Kulon, dan memiliki nama asli Raden Mas Rahmat.<ref name=":1">{{Cite web|last=BPCB Jateng|date=2014-06-19|title=Komplek Makam Tegal Arum Kabupaten Tegal|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/komplek-makam-tegal-arum-kabupaten-tegal/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah|access-date=2021-04-11|archive-date=2021-04-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20210411022255/https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/komplek-makam-tegal-arum-kabupaten-tegal/|dead-url=yes}}</ref> Setelah ibunya meninggal dunia, ia dibesarkan di [[Kota Surabaya|Surabaya]] oleh kakeknya dari pihak ibu, [[Pangeran Pekik]].<ref name=":2">{{Cite news|last=Matanasi|first=Petrik|title=Permusuhan Raja Jawa dengan Anaknya Sendiri|url=https://tirto.id/permusuhan-raja-jawa-dengan-anaknya-sendiri-cmmL|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=2021-04-11}}</ref> Semasa menjadi [[putra mahkota]], Raden Mas Rahmat berselisih dengan ayahnya sendiri karena ada berita bahwa jabatan ''[[Adipati Anom]]'' (putra mahkota) akan digantikan dengan putra Amangkurat I yang lain, yaitu Pangeran Singasari.<ref name=":1" /> Akhirnya pada tahun 1661, Raden Mas Rahmat melakukan pemberontakan, tetapi Amangkurat I dapat menumpasnya.
Amangkurat II adalah putra dari [[Amangkurat I]] (raja Kesultanan Mataram kelima) dan Ratu Kulon dengan nama lahir '''Raden Mas Rahmat'''.{{Sfn|BPCB Jateng|2014|p=}} Setelah ibunya meninggal dunia, ia dibesarkan di [[Kota Surabaya|Surabaya]] oleh kakeknya dari pihak ibu, [[Pangeran Pekik]].{{Sfn|Matanasi|2017|p=}}
 
Semasa menjadi putra mahkota, Mas Rahmat berselisih dengan ayahnya sendiri karena ada berita bahwa jabatan [[Adipati Anom]] (putra mahkota) akan digantikan dengan putra Amangkurat I yang lain, yaitu Pangeran Singasari.{{Sfn|BPCB Jateng|2014|p=}} Akhirnya pada tahun 1661, Mas Rahmat melakukan pemberontakan, tetapi Amangkurat I dapat menumpasnya.
 
Perselisihan ini semakin memburuk di tahun 1668 ketika Mas Rahmat jatuh hati pada [[Roro Oyi|Rara Oyi]], gadis dari [[Surabaya]] yang hendak dijadikan selir ayahnya. Berkat bantuan kakeknya, ia bisa mengambil Rara Oyi dari ayahnya untuk dinikahkan. Akibatnya, [[Amangkurat I]] murka dan membunuh [[Pangeran Pekik]] sekeluarga beserta pengikutnya. Mas Rahmat sendiri diampuni setelah dipaksa membunuh Rara Oyi dengan tangannya sendiri.{{Sfn|BPCB Jateng|2014|p=}}{{Sfn|Matanasi|2017|p=}}
 
=== Keluarga ===
Amangkurat II dikabarkan memiliki banyak istri, tetapi hanya memiliki satu putra, yaitu [[Hamangkurat III|Raden Mas Sutikna]]. Menurut ''[[Babad Tanah Jawi]]'', ibunya [[Guna-guna|mengguna-guna]] semua istrinya yang lain sehingga [[Infertilitas|mandul]].{{Sfn|Keraton Nusantara||p=}}
 
Perselisihan ini semakin memburuk di tahun 1668 ketika Raden Mas Rahmat jatuh hati pada [[Roro Oyi|Rara Oyi]], seorang gadis dari [[Surabaya]] yang hendak dijadikan sebagai selir ayahnya. Berkat bantuan kakeknya, ia bisa mengambil Rara Oyi dari ayahnya untuk dinikahkan. Akibatnya, [[Amangkurat I]] murka dan membunuh [[Pangeran Pekik]] sekeluarga beserta pengikutnya. Raden Mas Rahmat sendiri diampuni setelah dipaksa membunuh Rara Oyi dengan tangannya sendiri.{{Sfn|BPCB<ref Jateng|2014|pname=}}{{Sfn|Matanasi|2017|p":1" /><ref name=}}":2" /><!--
== Suksesi dan Pemberontakan Trunajaya ==
{{Unreferenced section}}{{main|Pemberontakan Trunajaya}}Pada tahun 1670 Raden Mas Rahmat meminta bantuan Panembahan Rama, seorang guru spiritual dari keluarga Kajoran. Panembahan Rama memperkenalkan bekas menantunya, bernama [[Trunajaya]] dari [[Pulau Madura|Madura]] sebagai alat pemberontakan Raden Mas Rahmat.
 
Pada tahun 1674 datang kaum pelarian dari [[Makasar]] yang bernama [[Karaeng Galesong|Keraeng Galesong]]. Mereka meminta meminta sebidang tanah di [[Mataram]], tetapi ditolak oleh [[Amangkurat I]]. Diam-diam Raden Mas Rahmat memberi mereka tanah di desa Demung, daerah Ketah dekat [[Besuki, Situbondo|Besuki]]. Atas penolakan Amangkurat I ini mereka sakit hati dan kemudian bergabung dalam pemberontakan [[Trunajaya]] di wilayah timur.
 
Dengan bergabungnya Keraeng Galesong ini, maka kekuatan [[Trunajaya]] semakin besar dan sulit dikendalikan. Raden Mas Rahmat merasa bimbang dan memilih kembali berada di pihak ayahnya. Ia kembali menjadi [[putra mahkota]], karena [[Pangeran Puger]] sendiri berasal dari keluarga Kajoran (yang mendukung pemberontakan). Dengan bergabungnya Raden Mas Rahmat kembali ke pihak ayahandanya yaitu, Amangkurat I, semakin mengobarkan api pemberontakan pada pasukan Trunajaya beserta Keraeng Galesong ini
 
Akhirnya, pada tanggal 2 Juli 1677 [[Trunajaya]] menyerbu [[Keraton Plered]]. [[Amangkurat I]] dan Raden Mas Rahmat sendiri melarikan diri ke barat, sedangkan istana dipertahankan oleh [[Pangeran Puger]] sebagai bukti kalau tidak semua kaum Kajoran mendukung Pangeran [[Trunajaya]]. Namun [[Pangeran Puger]] sendiri akhirnya terusir ke desa Kajenar.
 
=== Persekutuan dengan VOC ===
[[Amangkurat I]] meninggal dalam pelariannya pada 13 Juli 1677 atau sebelas hari setelah penyerbuan Pangeran Trunajaya ke istana Plered. Menurut [[Babad Tanah Jawi]], bahwa kematian Amangkurat I disebabkan minumannya telah diberi racun oleh Raden Mas Rahmat yang notabene putranya sendiri. Meskipun demikian, Raden Mas Rahmat tetap ditunjuk sebagai rajasunan penerus selanjutnya, tetapi disertai kutukan dari ayahandanya bahwa keturunannya tidak ada yang menjadi rajasunan kecuali satu orang dan itu pun hanya sebentar.
 
Raden Mas Rahmat disambut baik oleh Martalaya bupati [[Tegal]]. Ia sendiri memilih pergi [[haji]] daripada menghadapi [[Trunajaya]]. Tiba-tiba keinginannya tersebut batal, konon karena ''wahyu keprabon'' berpindah padanya. Raden Mas Rahmat pun menjalankan wasiat ayahnya supaya bekerja sama dengan [[VOC]].
 
Pada bulan September 1677 diadakanlah perjanjian di [[Jepara]]. Pihak [[VOC]] diwakili [[Cornelis Speelman]]. Daerah-daerah pesisir utara [[Jawa]] mulai [[Kabupaten Karawang|Kerawang]] sampai ujung timur di [[Panarukan, Situbondo|Panarukan]] digadaikan kepada [[VOC]] sebagai jaminan pembayaran atas biaya perang melawan [[Trunajaya]].
 
Raden Mas Rahmat pun diangkat sebagai Amangkurat II, seorang rajasunan tanpa istana. Dengan bantuan [[VOC]], ia berhasil mengakhiri pemberontakan Pangeran [[Trunajaya]] tanggal 26 Desember 1679. Amangkurat II bahkan menghukum mati [[Trunajaya]] dengan tangannya sendiri pada 2 Januari 1680.
 
=== Jatuhnya Plered ===
Baris 76 ⟶ 96:
 
Panembahan Ageng Giri ditangkap dan dihukum mati menggunakan cambuk. Tidak hanya itu, anggota keluarganya juga dimusnahkan. Sejak saat itu berakhirlah riwayat Kedatuan Giri.
---->
 
== PendirianPindah ke Kartasura ==
{{Main|Kartasura, Mataram}}
Pada tahun 1680, Amangkurat II memerintahkan pembersihan hutan di daerah Wanakarta (berjarak sekitar 10 kilometer di selatan [[Kota Surakarta|Surakarta]])<ref>{{Cite book|last=Galbraith|first=Francis J.|date=1949|url=https://books.google.co.id/books?id=5PQ7AAAAMAAJ&dq=Kartasura&pg=PP5#v=onepage&q=Kartasura&f=false|title=Preliminary Observations for a Study of Javanese Culture|location=|publisher=Department of State, Foreign Service Institute|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref> untuk dibangun sebuah keraton baru. Keraton ini kemudian diberi nama [[Kartasura, Mataram|Keraton Kartasura]].{{Sfn|Ricklefs|1998|p=79}} [[Pangeran Puger]] yang semula menetap di Kajenar pindah ke [[Plered, Mataram|Keraton Plered]] setelah kota itu ditinggalkan oleh [[Trunajaya]]. Ia menolak bergabung dengan Amangkurat II karena mendengar berita bahwa Amangkurat II bukanlah Raden Mas Rahmat (kakaknya), melainkan anak [[Cornelis Speelman]] yang menyamar sebagai Raden Mas Rahmat. Berita simpang siur tersebutini muncul pada 1680 dan akhirnya menyebabkan kericuhan di tengah rakyat.
 
Perang antara [[Plered, Mataram|Keraton Plered]] (Pangeran Puger) dengan [[Kartasura, Mataram|Keraton Kartasura]] (Amangkurat II) meletus pada bulan November 1680. [[Babad Tanah Jawi]] menyebutnya sebagai perang antara [[Mataram]] melawan Kartasura. Akhirnya setahun kemudian, yaitu 28 November 1681 [[Pangeran Puger]] menyerah kalah. [[Babad Tanah Jawi]] menyebut istana Plered di [[Mataram]] runtuh tahun 1677, sedangkan Kartasura adalah kerajaankeraton baru sebagai penerus dari kerajaankeraton MataramPlered, seusai pemberontakan Trunajaya. Kemudian yang memberikan legitimasi pengasahan kekuasaan Amangkurat ke II adalah Panembahan Natapraja dari Adilangu yang dianggap sebagai sesepuh Mataram.
 
== Sikap terhadap VOC ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Schildering voorstellende de moord op kapitein Tack in Kartasura TMnr H-796.jpg|jmpl|310x310px|Lukisan dari abad ke-18 yang menggambarkan kematian [[François Tack]].]]
Amangkurat II dikisahkan sebagai rajasunan berhati lemah yang mudah dipengaruhi. [[Pangeran Puger]] adiknya, jauh lebih berperan dalam pemerintahan. Amangkurat II naik takhta atas bantuan [[VOC]] dan pada awal pemerintahannya tampak dengan hutangmudah tunduk pada VOC.<ref name=":3" /> Ia juga berhutang atas biaya perang sebesar 2,5 juta gulden. Tokoh anti [[VOC]] bernama Patih Nerangkusuma berhasil menghasutnya agar lepas dari jeratan hutang tersebut.
 
Pada tahun 1683 terjadi pemberontakan Wanakusuma, seorang keturunan Kajoran. Pemberontakan yang berpusat di [[Gunung Kidul]] ini berhasil dipadamkan.
Baris 91 ⟶ 111:
Pada tahun 1685 Amangkurat II menampung buronan [[VOC]] bernama [[Untung Suropati]] yang tinggal di rumah Patih Nerangkusuma. [[Untung Suropati]] diberinya tempat tinggal di desa Babirong untuk menyusun kekuatan.
 
Bulan Februari 1686 Kapten [[François Tack]] tiba di Kartasura untuk menangkap [[Untung Suropati]]. Amangkurat II pura-pura membantu [[VOC]]. Pertempurandalam terjadipertempuran di keraton Kartasura. Setelah Pasukan Tack masuk dalam perangkap, [[Untung Suropati]] serta pasukannya lalu menumpas habis pasukan Kapten Tack. Sang kapten sendiri mati dibunuh oleh pasukan Untung Suropati.
 
Amangkurat II kemudian merestui [[Untung Suropati]] dan Nerangkusuma untuk merebut [[Pasuruan]]. Anggajaya bupati [[Pasuruan]] yang semula diangkat [[Amangkurat II]] terpaksa menjadi korban. Ia melarikan diri ke [[Surabaya]] bergabung dengan adiknya yang bernama Anggawangsa alias [[Jangrana II|Adipati Jangrana]].
 
== Kehidupan pribadi ==
Amangkurat II dikabarkan memiliki banyak istri, tetapi hanya memiliki satu putra, yaitu [[HamangkuratAmangkurat III|Raden Mas Sutikna]]. Menurut ''[[Babad Tanah Jawi]]'', ibunya [[Guna-guna|mengguna-guna]] semua istrinya yang lain sehingga [[Infertilitas|mandul]].<ref name=":0">{{SfnCite web|title=Amangkurat II|url=http://keraton.perpusnas.go.id/node/122|website=Situs Web Kepustakaan Keraton Nusantara||paccess-date=2021-04-11}}</ref>
== Kehidupan selanjutnya ==
Setelah Amangkurat II berhasil menumpas berbagai pemberontakan berkat bantuan VOC dan kerajaannya dirasa aman, ia mulai hilang rasa hormat pada VOC dan tidak lagi bergantung pada VOC.<ref name=":3">{{Cite book|last=Ricklefs|first=M.C|date=2005|url=https://books.google.com.sb/books?id=D-Tka8Zv6qIC|title=Sejarah Indonesia Modern 1200-2004|publisher=|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref> Sikap Amangkurat II yang mendua akhirnya terbongkar oleh VOC. Pihak VOC menemukan surat-surat Amangkurat II kepada [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]], [[Kesultanan Johor|Johor]], [[Kesultanan Palembang|Palembang]], dan [[Perusahaan Hindia Timur Britania|Inggris]] yang isinya ajakan untuk memerangi VOC. Amangkurat II juga mendukung pemberontakan [[Kapitan Jonker]] tahun 1689.
 
Pihak [[VOC]] menekan Kartasura untuk segera melunasi biaya perang [[Trunajaya]] sebesar 2,5 juta gulden. Amangkurat II sendiri berusaha memperbaiki hubungan dengan pura-pura menyerang [[Untung Suropati]] di [[Pasuruan]].
Baris 108 ⟶ 130:
 
=== Daftar pustaka ===
*{{Cite book|last=Pemberton|first=John|date=1994|url=https://books.google.co.id/books?id=TOEAREiee5AC|title=On the Subject of "Java"|publisher=Cornell University Press|isbn=978-0-8014-9963-0|language=en|ref=harv}}
* {{Cite web|last=|first=|date=2016-08-08|title=Amangkurat II|url=http://keraton.perpusnas.go.id/node/122|website=keraton.perpusnas.go.id|access-date=2020-01-12|ref={{harvid|Keraton Nusantara}}}}
*{{Cite web|last=BPCB Jateng|first=|date=2014-06-19|title=Komplek Makam Tegal Arum Kabupaten Tegal|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/komplek-makam-tegal-arum-kabupaten-tegal/|website=kebudayaan.kemdikbud.go.id|access-date=2021-01-12|ref={{harvid|BPCB Jateng|2014}}}}
*{{Cite book|last=Ricklefs|first=Merle Calvin|date=1998|url=https://books.google.co.id/books?id=4jXeDMi6O3IC|title=The Seen and Unseen Worlds in Java, 1726-1749: History, Literature, and Islam in the Court of Pakubuwana II|location=Sydney|publisher=Asian Studies Association of Australia|isbn=9780824820527|pages=|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Ricklefs|first=M.C|date=2005|url=https://books.google.com.sb/books?id=D-Tka8Zv6qIC|title=Sejarah Indonesia Modern 1200-2004|publisher=Serambi|isbn=9791600120|url-status=live}}
*{{Cite web|last=Matanasi|first=Petrik|date=2017-04-09|title=Permusuhan Raja Jawa dengan Anaknya Sendiri|url=https://tirto.id/permusuhan-raja-jawa-dengan-anaknya-sendiri-cmmL|website=[[Tirto.id]]|access-date=}}
 
{{s-regstart}}
{{s-hou|[[Wangsa Mataram]]||Tidak diketahui||1703}}
{{s-reg|}}
{{s-bef|before=[[Amangkurat I]]}}
{{s-ttl|title=[[Susuhunan Mataram]]|years=1677 ‒ 1703}}
{{s-aft|after=[[Amangkurat III]]}}
{{s-end}}
 
__PENGALIHANSTATIK__
<br />
----
{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|jabatan=Sunan Kartasura|tahun=1677—1703|pendahulu=[[Amangkurat I]]|pengganti=[[Amangkurat III]]}}
{{kotak selesai}}
 
[[Kategori:Kematian 1703]]
[[Kategori:SunanSusuhunan KartasuraMataram]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Raja Jawa]]