Amangkurat IV: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k ~
 
(28 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox royalty
| name = Amangkurat IV<br />{{java|ꦲꦩꦁ​ꦏꦸꦫꦠ꧀꧇꧔꧇ꦲꦩꦁꦏꦸꦫꦠ꧀꧇꧔꧇}}
| title = Sunan Jawi
| titletext =
Baris 18:
 
| birth_name = Raden Mas Suryaputra
| birth_date = ?1680
| birth_place = {{negara|Kesultanan Mataram}} [[Kartasura, Mataram]]
| death_date = [[20]] [[April]] [[1726]]
| death_place = {{negara|Kesultanan Mataram}} [[Kartasura, Mataram]]
| burial_place = [[Pemakaman Imogiri|Astana Pakubuwanan]], [[Imogiri, Bantul]], [[Yogyakarta]]
Baris 37:
| temple name =
| native_lang1 = [[Bahasa Jawa]]
| native_lang1_name1 = ꦲꦩꦁ​ꦏꦸꦫꦠ꧀꧇꧔꧇ꦲꦩꦁꦏꦸꦫꦠ꧀꧇꧔꧇
| house = [[Wangsa Mataram|Mataram]]
| father = [[Pakubuwana I]]
Baris 48:
}}
 
'''Amangkurat IV''' ({{lang-jv|ꦲꦩꦁ​ꦏꦸꦫꦠ꧀꧇꧔꧇ꦲꦩꦁꦏꦸꦫꦠ꧀꧇꧔꧇|amangkurat kapapat|amangkurat empat}}, dikenal juga sebagai ''Sunan Jawi'') adalah [[susuhunan]] [[Mataram II|Mataram]] kedelapan yang memerintah pada tahun [[1719]] – [[1726]]. Ia kemudian dianggap sebagai leluhur raja-raja Jawa, bapak [[wangsa Mataram]], karena menurunkan trah yang berkuasa di Surakarta dan Yogyakarta.
 
== Silsilah ==
Baris 54:
 
Seperti raja-raja Mataram lainnya, Amangkurat IV memiliki beberapa orang putra yang kemudian menjadi tokoh penting, diantaranya:
* Dari garwa padmi (permaisuri) MasGKR. AyuKencana Karoh(Ratu lahirMas [[PangeranKadipaten) Mangkunagara]], ayah darilahir [[MangkunagaraPakubuwana III]], pendiri [[KadipatenKesunanan MangkunagaranSurakarta]]
* Dari garwa ampil (selir) Mas Ayu Tejawati lahir Pangeran Mangkubumi alias [[Hamengkubuwana I]], pendiri [[Kesultanan Yogyakarta]]
* Dari garwa ampil (selir) Mas Ayu Karoh lahir [[Pangeran Mangkunagara]], ayah dari [[Mangkunagara I]], pendiri [[Kadipaten Mangkunagaran]]
* Dari garwa ampil (selir) RA. Ratna Susilawati (putri [[Untung Surapati]]) lahir [[Nur Iman Mlangi|Kiai Nur Iman Mlangi]], tokoh agama atau ulama di [[Kabupaten Sleman|Sleman]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]
 
== Pemerintahan ==
=== Suksesi di Kartasura ===
Pada tahun 1703 [[Amangkurat II]] mangkat, digantikan putranya bernama Raden Mas Sutikna bergelar [[Amangkurat III]].
 
Dampak serius dari serangan Trunajaya di Plered, menjadikan Amangkurat II memindahkan istana menuju desa Wanakarta, kemudian mendirikan istana baru yang diberi nama Kartasura pada tahun [[1680]]. [[Kartasura, Mataram|Karaton Kartasura]] merupakan pusat istana Mataram setelah [[Plered, Mataram|Karaton Plered]]. Namun, [[Pangeran Puger]] (adik Amangkurat II) bertahan di Plered untuk menolak bergabung dengan Amangkurat II. Perseteruan terjadi, akhirnya di tahun [[1681]], Pangeran Puger menyerah dan mengakui kedaulatan kakaknya.
 
Walau demikian, Pangeran Puger tampaknya mendapat banyak dukungan dari keluarga karaton. Akhirnya pada [[1704]], Amangkurat III mengirim pasukan untuk memburu Pangeran Puger. Tetapi, dibantu Cakrajaya (Danureja) sebagai mata-mata yang menyamar menjadi tukang sapu rumput. Mengetahui berita penangkapan tersebut Pangeran Puger bergegas melarikan diri menuju [[Semarang]], untuk meminta bantuan kepada Belanda. Oleh mereka, permintaan itu disetujui dan tentu dengan bermacam syarat. Satu tahun kemudian (1705), gabungan pasukan Belanda, Semarang, Madura Barat dan Surabaya bergerak menyerang Kartasura.
 
Namun, atas saran Arya Mataram, Amangkurat III akhirnya terpaksa mengungsi ke [[Ponorogo]] dengan membawa pusaka-pusaka. Pangeran Puger bersama koalisinya akhirnya berhasil menduduki Kartasura, dan kemudian naik takhta dengan gelar [[Pakubuwana I]]. Sebagai balas jasa kepada Belanda, Pakubuwana I harus merugi karena wilayah pesisir Semarang dan sekitarnya harus diserahkan dalam kuasa Belanda dengan status gadai.<ref name ="babadkarta1">< /ref>
 
=== Kenaikan takhta ===
Pada tahun 1719 Pakubuwana I mangkat, selanjutnya Raden Mas Suryaputra, menggantikan posisi ayahnya sebagai raja Mataram. Namun, ia tidak mengambil gelar Pakubuwana tetapi bergelar Amangkurat IV, meneruskan gelar saudara sepupuya yaitu Amangkurat III.
 
Di tengah-tengah era kepemimpinan Amangkurat IV, suksesi takhta Jawa kembali terjadi. Perebutan pucuk penguasa Mataram tak bisa dihindari, berdampak besar bagi Mataram, juga wilayah-wilayahnya di mancanagara. Dan karena kurang berkenannya banyak keluarga karaton atas penobatan Amangkurat IV, rakyat Jawa kemudian terpecah kepercayaannya, menjadi lima kubu, yaitu pihak Amangkurat IV kemudian ketiga saudaranya, yaitu; Pangeran Purbaya, Pangeran Balitar, [[Panembahan Heru Cokro Madhiun|Arya Dipanagara]], dan juga Pangeran Arya Mataram (paman Amangkurat IV).
 
Sementara itu Pangeran Balitar mencoba mendirikan kembali bekas istana [[Sultan Agung]], yang diberi nama Kartasekar dan mengkuhkan diri sebagai Sultan Ibnu Mustafa Pakubuwana. Disusul Arya Dipanagara mengukuhkan diri bergelar [[Panembahan Heru Cokro Madhiun|Panembahan Herucakra]], beristana di [[Madiun]]. Sementara itu, Arya Mataram memilih mengungsi dari Kartasura menuju pesisir utara. Setelah sampai di Santenan (Cengkal Sewu), pasukan Arya Mataram bergerak dan menyerang wilayah Grobogan, Warung, Blora dan Sesela.<ref name ="babadkarta1">{{cite book | author= R. Ng. Yasadipura I | year = 1729-1803 | title= Babad Kartasura | location = Jakarta }}</ref>
 
=== Meredamkan pemberontakan ===
Baris 95 ⟶ 96:
Amangkurat IV sendiri jatuh sakit bulan [[Maret]] [[1726]] akibat diracun. Sebelum sempat menemukan pelakunya, ia lebih dulu meninggal dunia pada tanggal [[20]] [[April]] [[1726]].<ref name ="rick1">{{cite book | author= M.C. Ricklefs | year = 1993 | title= A History of Modern Indonesia Since c. 1300 }}</ref>
 
Amangkurat IV digantikan Raden Mas Prabasuyasa, putranya yang baru berusia 15 tahun bergelar [[Pakubuwana II]] sebagai raja selanjutnya. Kelak Pakubuwana II juga berselisih dengan [[Sunan Kuning]] (cucu [[Amangkurat III]]), [[Pangeran Mangkubumi]] (pamanadik) dan [[Pangeran Sambernyawa]] (keponakan). Hal tersebut berdampak terhadap kedaulatan Mataram, serta campur tangan Belanda dalam [[Perjanjian Giyanti]] disusul [[Perjanjian Salatiga]].
 
== Lihat pula ==
* [[Kesultanan Mataram]]
* [[Wangsa Mataram]]
* [[Kesunanan Surakarta]]
* [[Kesultanan Yogyakarta]]
 
== Referensi ==
Baris 107 ⟶ 114:
* Moedjianto. 1987. ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram''. Yogyakarta: Kanisius
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
 
== Lihat pula ==
* [[Kesultanan Mataram]]
* [[Wangsa Mataram]]
* [[Kesunanan Surakarta]]
* [[Kesultanan Yogyakarta]]
 
 
{{s-start}}