Hubungan Katolik Roma–Ortodoks Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Lutherchrist (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k ~
 
(4 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
'''Hubungan Katolik Roma–Ortodoks Timur''' telah menghangat selama satu abad terakhir, karena kedua gereja menganut dialog amal. Konsili Vatikan Kedua (1962-1965) membuka era baru hubungan Gereja Roma dengan Gereja Ortodoks, dengan menggambarkan Gereja Ortodoks sebagai “saudara yang terpisah” dengan sakramen-sakramen yang sah dan imamat apostolik.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://www.vatican.va/archive/hist_councils/ii_vatican_council/documents/vat-ii_decree_19641121_unitatis-redintegratio_en.html|title=Unitatis redintegratio (November 21, 1964)|website=www.vatican.va|access-date=2019-04-29}}</ref> Gereja Ortodoks, sebaliknya, mendorong gereja-gereja lokal untuk mempersiapkan dialog di masa depan dalam Konferensi Pan-Ortodoks Ketiga di Rhodes (1964), dan sejak itu terlibat dalam beberapa upaya ekumenis dengan Vatikan.<ref>{{Cite web|url=https://www.apostolicpilgrimage.org/-/relations-between-the-catholic-church-and-the-orthodox-church|title=Relations between the Catholic Church and the Orthodox Church|website=www.apostolicpilgrimage.org|language=en-US|access-date=2019-04-29}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://www.ewtn.com/library/PAPALDOC/BARTHDEC.HTM|title=Declaration signed by Pope John Paul II and Patriarch Bartholomew I (June 29, 1995)|website=www.ewtn.com|access-date=2019-04-29}}</ref> Menariknya, pada tahun 1965 Paus Paulus VI dan Patriark Ekumenis Athenagoras I dari Konstantinopel saling mencabut ekskomunikasi mereka masing-masing.<ref>{{Cite web|url=https://www.vatican.va/content/paul-vi/en/speeches/1965/documents/hf_p-vi_spe_19651207_common-declaration.html|title=Joint Catholic-Orthodox declaration (December 7, 1965)|website=w2.vatican.va|access-date=2019-04-29}}</ref>
 
Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur memutuskan persekutuan selama Skisma Timur-Barat tahun 1054. Walaupun ada perpecahan informal antara Timur dan Barat sebelum perpecahan, hal ini merupakan pertikaian internal, di bawah payung Pengakuan Iman Nicea yang diakui sebagai “Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik ”. Hanya setelah perpecahan formal pada abad ke-11 barulah terlihat adanya dua gereja yang berbeda, dan dengan demikian dimulailah hubungan. Perpecahan ini, di kedua belah pihak, sangat disesalkan,<ref>{{Cite book|title=His Broken Body: Understanding and Healing the Schism between the Catholic and Eastern Orthodox Churches|url=https://archive.org/details/hisbrokenbodyund0000clee|last=Cleenewerck|first=Laurent|publisher=Euclid University Consortium Press|year=2008|location=Washington|pages=[https://archive.org/details/hisbrokenbodyund0000clee/page/33 33]}}</ref><ref name=":1">{{Cite book|title=After Nine Hundred Years: The Background of the Schism between the Eastern and Western Churches|url=https://archive.org/details/afterninehundred00cong|url-access=limited|last=Congar|first=Yves|publisher=Fordham University Press|year=1959|location=New York|pages=[https://archive.org/details/afterninehundred00cong/page/n86 73]|isbn=9780585238005 }}</ref> karena hal ini mengalahkan nasihat Yesus Kristus “supaya mereka semua menjadi satu" (Yohanes 17:21). Penderitaan di masa lalu telah memacu kedua belah pihak, khususnya dalam beberapa dekade terakhir, berupaya memulihkan persatuan umat Kristiani melalui upaya ekumenis.
 
== Hubungan sejarah ==
 
Timur dan Barat adalah dua pusat pengaruh sepanjang sejarah Kristen.<ref>{{Cite book|title=East and West: The Making of a Rift in the Church: From Apostolic Times until the Council of Florence|url=https://archive.org/details/eastwestmakingof0000chad|url-access=registration|last=Chadwick|first=Henry|publisher=Oxford University Press|year=2003|isbn=978-0-19-926457-5 }}</ref> Meskipun perpecahan informal sudah ada sebelumnya, pada tahun 1054 ekskomunikasi timbal balik dikeluarkan secara resmi, sehingga memutuskan hubungan dan menyebabkan perpecahan.<ref>{{Cite book|title=Greek East and Latin West: The Church, AD 681-1071|url=https://archive.org/details/greekeastlatinwe0000lout|last=Louth|first=Andrew|publisher=St Vladimir's Seminary Press|year=2007|location=New York|pages=[https://archive.org/details/greekeastlatinwe0000lout/page/271 271]}}</ref> Berbagai upaya untuk memulihkan persatuan telah dilakukan, terutama pada Konsili Lyon Kedua dan Konsili Florence, yang keduanya pada akhirnya tidak berhasil.<ref>{{Cite book|title=The Photian Schism: History and Legend|url=https://archive.org/details/photianschism0000dvor|url-access=registration|last=Dvornik|first=Francis|publisher=Cambridge University Press|year=1948|location=Cambridge|pages=[https://archive.org/details/photianschism0000dvor/page/4 4]}}</ref> Satu-satunya rekonsiliasi yang berhasil dicapai adalah dengan didirikannya Gereja-Gereja Katolik Timur, yang juga merupakan titik kebingungan bagi Ortodoks Timur.<ref>{{Cite journal|last=Fahey|first=Michael|date=June 1997|title=Reviewed Work: CHURCH UNITY: UNION OR UNIATISM? CATHOLIC-ORTHODOX ECUMENICAL PERSPECTIVES. Placid Lecture Series, no. 13 by Ernst C. Suttner, Brian McNeil|journal=Harvard Ukrainian Studies|volume=21|pages=240|via=JSTOR}}</ref>
 
=== Perpecahan dan keterasingan ===
Baris 13:
' Perpecahan Besar ' berkonotasi dengan putusnya persekutuan yang tak henti-hentinya antara keluarga Katolik dan Ortodoks.<ref name=":2">{{Cite book|title=op. cit.|last=Cleenewerck|pages=29}}</ref> Para sejarawan perpecahan secara tradisional, mengikuti jejak Edward Gibbon,<ref>{{Cite book|title=The Decline and Fall of the Roman Empire|last=Gibbon|first=Edward|publisher=Harper & Brothers|year=1857|location=New York|pages=571|quote=[T]he pope's legates, in A.D. 1054, deposited on the altar of St. Sophia a direful anathema... and from this thunderbolt we may date the consummation of the schism.}}</ref> mengakui tahun 1054 sebagai titik balik perpecahan antara wilayah Timur dan Barat dalam Dunia Kristen. Dalam pengertian ini, perpecahan dapat dipahami sebagai suatu peristiwa; ekskomunikasi timbal balik yang dikeluarkan pada tahun 1054.<ref name=":1" /><ref>{{Cite book|title=Western Society and the Church in the Middle Ages|last=Southern|first=Richard|publisher=Harmondsworth|year=1970|pages=67–69}}</ref> Namun, gagasan tentang perpisahan yang pasti telah dipertanyakan oleh para ahli yang lebih kontemporer, yang meremehkan pentingnya tanggal tertentu.<ref>{{Cite book|title=Christian Community in History|last=Haight|first=Roger|publisher=Continuum International Publishing Group|year=2004|isbn=978-0-8264-1630-8|volume=1: Historical Ecclesiology|location=New York|pages=289|quote=The [East–West Schism] should not be understood to have occurred in the mutual excommunications [of 1054] ... [Rather,] only one factor in a much longer and larger story involving cultural, political and theological factors}}</ref>
 
Namun kerusakan ini merupakan puncak dari proses penjarakan yang terjadi pada abad-abad sebelumnya.<ref>{{Cite book|title=The Gift of the Church: A Textbook Ecclesiology in Honor of Patrick Granfield, O.S.B.|url=https://archive.org/details/giftofchurchtext0000unse|last=Phan|first=Peter|publisher=Liturgical Press|year=2000|isbn=978-0-8146-5931-1|location=Collegeville, Minnesota|pages=[https://archive.org/details/giftofchurchtext0000unse/page/37 37]|quote=The divergence of the Eastern and Western churches, leading ultimately to the East-West Schism, was a process of many centuries, influenced by a host of political, cultural, and theological factors.}}</ref> Oleh karena itu, perpecahan juga dapat dipahami sebagai proses pemisahan yang berkelanjutan antara Timur Yunani dan Barat Latin yang dimulai sekitar tahun 900.<ref name=":2" />
 
Penyebab utama perpecahan sering kali dianggap sebagai perbedaan eklesiologis.<ref>{{Cite book|title=op. cit.|last=Cleenewerck|pages=28}}</ref> Yang paling menonjol adalah meningkatnya klaim Uskup Roma atas yurisdiksi universal. Namun, keunggulan faktor ini masih menjadi perdebatan sengit; dengan banyak sarjana yang lebih mementingkan perbedaan pendapat teologis<ref>{{Cite book|title=And Taking Bread: Cerularius and the Azymes Controversy of 1054|last=Smith|first=Mahlon|publisher=Editions Beauchesne|year=1978|location=Paris}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Erickson|first=John|date=1970|title=Leavened and Unleavened: Some Theological Implications of the Schism of 1054|journal=Saint Vladimirs Theological Quarterly|volume=14|pages=155–76}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Whalen|first=Brett|date=2007|title=Rethinking the Schism of 1054: Authority, Heresy, and the Latin Rite|journal=Traditio|volume=62|pages=1–24|doi=10.1017/S0362152900000519}}</ref> atau politik<ref>{{Cite book|title=Spaltung Der Christenheit : Das Sogenannte Morgenlandische Schisma Von 1054|last=Bayer|first=Axel|publisher=Bohlau Verlag|year=2004|isbn=3412142042|edition= 2nd|location=Goettingen, Germany|pages=209}}</ref>.
Baris 86:
=== Dialog dan ekumenisme ===
 
Dekrit Vatikan II tentang Ekumenisme telah mendorong upaya Katolik untuk menjangkau kaum Ortodoks selama 60 tahun terakhir.{{efn|Unitatis redintegratio (Dekrit tentang Ekumenisme): "Tetapi Penguasa Segala Zaman dengan bijaksana dan sabar mengikuti rencana kasih karunia demi kita, meskipun kita adalah orang-orang berdosa. Belakangan ini, lebih dari sebelumnya, Dia telah menyadarkan umat Kristiani yang terpecah belah untuk menyesal atas perpecahan mereka dan kerinduan akan persatuan. Di mana-mana banyak orang merasakan dorongan rahmat ini, dan di antara saudara-saudara kita yang terpisah, dari hari ke hari juga terjadi peningkatan gerakan, yang dipupuk oleh rahmat Roh Kudus, untuk memulihkan persatuan di antara mereka. semua umat Kristiani. Gerakan menuju persatuan ini disebut "ekumenis."... Istilah "gerakan ekumenis" menunjukkan inisiatif dan kegiatan yang direncanakan dan dilakukan, sesuai dengan berbagai kebutuhan Gereja dan ketika ada peluang, untuk memajukan persatuan umat Kristiani adalah: pertama, segala upaya untuk menghindari ungkapan, penilaian dan tindakan yang tidak mewakili kondisi saudara-saudara kita yang terpisah dengan kebenaran dan keadilan sehingga mempersulit hubungan timbal balik dengan mereka; kemudian, “dialog” antara para ahli yang kompeten dari berbagai Gereja dan Komunitas. Pada pertemuan-pertemuan ini, yang diselenggarakan dalam semangat religius, masing-masing menjelaskan ajaran Komuninya secara lebih mendalam dan menonjolkan dengan jelas ciri-ciri khasnya. Dalam dialog seperti itu, setiap orang memperoleh pengetahuan yang lebih benar dan apresiasi yang lebih adil terhadap ajaran dan kehidupan religius kedua Komuni. Selain itu, jalan telah disiapkan untuk kerjasama di antara mereka dalam tugas-tugas demi kebaikan bersama umat manusia yang dituntut oleh setiap hati nurani Kristiani; dan jika hal ini diperbolehkan, maka ada doa bersama. Akhirnya, semua orang dituntun untuk memeriksa kesetiaan mereka sendiri terhadap kehendak Kristus bagi Gereja dan karenanya dengan penuh semangat melaksanakan tugas pembaharuan dan reformasi.”}} Dialog yang terjadi antara tahun 1963 dan 1979 digambarkan sebagai "dialog amal".<ref>Nichols. ''op. cit.'' p. 357.</ref> Hal ini beralih menjadi "dialog doktrin" dengan mengacu pada sejarah dan tradisi Gereja mula-mula.<ref>Nichols. ''ibid.'' pp. 357-358.</ref> Paus berturut-turut telah memilih untuk mendaraskan Pengakuan Iman Nicea bersama para Patriark Timur sesuai dengan teks sebelum penambahan klausa Filioque . Umat ​​​​OrtodoksOrtodoks telah terlibat dengan Vatikan dalam beberapa kesempatan selama beberapa dekade terakhir, terutama Patriark Bartholomew I yang menghadiri Pertemuan Doa Assisi.
 
Komisi Teologi Gabungan dibentuk antara Tahta Suci dan empat belas gereja Ortodoks otosefalus. Pada tahun 1980, Komisi pertama kali bertemu di Rhodes dan mengeluarkan dokumen persiapan bersama yang menyatakan bahwa pemahaman yang lebih mendalam tentang sakramen akan membantu dialog lebih lanjut.<ref>{{Cite web|url=https://www.vatican.va/roman_curia/pontifical_councils/chrstuni/ch_orthodox_docs/rc_pc_chrstuni_doc_19870616_bari_en.html|title=Joint International Commission for the Theological Dialogue between the Roman Catholic Church and the Orthodox Church|website=www.vatican.va|access-date=2019-05-07}}</ref>
Baris 94:
=== Perbedaan Esensi-Energi ===
 
Salah satu ujian utama harmonisasi teologis saat ini adalah mengenai perbedaan esensi-energi.<ref>{{Citation|last=Jay Dyer|title=Debate: Classical Theist VS Jay Dyer on Palamas & Thomas Aquinas - Uncreated Energies|date=2019-03-26|url=https://www.youtube.com/watch?v=PIi1VIg1HB8|access-date=2019-05-12}}</ref> Thomas Aquinas meninggal dalam perjalanan menuju Konsili Lyon Kedua pada tahun 1274, yang diadakan untuk menangani perpecahan timur-barat. Penjelasannya tentang “ kesederhanaan ilahi ” tentang perbedaan nyata antara esensi dan energi Tuhan merupakan salah satu sisi perdebatan;<ref>{{Cite book|title=Summa Theologica|last=Aquinas|first=Thomas|publisher=Authentic Media Limited|year=2012|isbn=978-1-78078-958-3|series=Part 1: Prima Pars|location=Milton Keynes|chapter=Question 28: The Divine Relations}}</ref> sisi lain diutarakan oleh biksu hesychast Gunung Athos, Gregory Palamas , yang sezaman dengan Aquinas, yang berpendapat tentang perbedaan nyata antara esensi dan energi Tuhan.<ref>{{Cite book|title=The Triads|year=1983|url=https://archive.org/details/triads0000greg|last=Palamas|first=Gregory|series=III. 2.8}}</ref> Masalah ini sangat relevan karena berkaitan dengan bagaimana manusia mengenal dan berhubungan dengan Sang Pencipta.
 
=== Perkembangan Terkini ===
Baris 112:
Gereja Katolik telah menyatakan keinginan yang mendalam untuk menyembuhkan perpecahan agar Gereja dapat “bernafas dengan kedua paru-parunya”.<ref>Pope John Paul II (25 May 1995). ''[https://www.vatican.va/content/john-paul-ii/en/encyclicals/documents/hf_jp-ii_enc_25051995_ut-unum-sint.html Ut Unum Sint]''. no. 54. Retrieved 2019-06-09.</ref> Namun, kaum Ortodoks tetap bersikeras bahwa Uskup Roma memegang keutamaan yang terbatas pada kehormatan.<ref>Schmemann, Alexander (1992). "The Idea of Primacy in Orthodox Ecclesiology." in J. Meyendorff, ed., ''The Primacy of Peter: Essays in Ecclesiology and the Early Church.'' St. Vladimirs Seminary Press. "The fatal error of universal ecclesiology [is that it] identifies primacy with power, transforming the latter from a ministry in the Church into power over the Church."</ref> Hal ini terangkum dalam frasa primus inter pares (bahasa Latin untuk "yang pertama di antara yang sederajat"). Mengingat bahwa Gereja Katolik mengakui lebih dari sekedar perbedaan kehormatan, jelas ada kebutuhan bagi satu pihak untuk berkompromi mengenai masalah ini. Saat ini tidak ada indikasi kompromi semacam ini dalam waktu dekat.
 
Meskipun terdapat perbedaan yang berkepanjangan antara gereja Katolik dan Ortodoks, beberapa pakar berpendapat bahwa masalah utama yang menghambat kemajuan adalah perilaku dan bukan doktrin.<ref>Taft, Robert (2013). "Perceptions and Realities in Orthodox-Catholic Relations Today: Reflections on the Past, Prospects for the Future." in G. Demacopoulos and A. Papanikolaou, eds., ''Orthodox Constructions of the West.'' New York: Fordham University Press. p. 37.</ref> Oleh karena itu, Robert F. Taft, SJ percaya bahwa jawaban terhadap permasalahan gereja adalah keilmuan ekumenis yang mencari pemahaman daripada konfrontasi.<ref>Taft. [62]''ibid''. p. 38.</ref>
 
== Referensi ==
Baris 119:
== Catatan ==
{{Notelist}}
 
== Bibliografi ==
 
* Nichols, Aiden. ''Rome and the Eastern Churches''. 2nd ed., Ignatius Press, 2010.
* Cleenewerck, Laurent. ''His Broken Body: Understanding and Healing the Schism between the Roman Catholic and Eastern Orthodox Churches''. Euclid University Consortium Press, 2008.
* Borelli, John, and John H. Erickson, editor. ''The Quest for Unity: Orthodox and Catholics in Dialogue: Documents of the Joint International Commission and Official Dialogues in the United States, 1965-1995''. St. Vladimir's Seminary Press, 1996.
* Chryssavgis, John, editor. ''Dialogue of Love: Breaking the Silence of Centuries''. Fordham University Press, 2014.
* Chadwick, Henry. ''East and West: The Making of a Rift in the Church: From Apostolic Times until the Council of Florence''. Oxford University Press, 2003.