Masjid Agung Baitul Hakim: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Dikembalikan ke revisi 14805180 oleh Gilang Bayu Rakasiwi (bicara): Mohon jangan menghapus tag, kecuali telah mengikuti petunjuk tag tersebut.
Tag: Pembatalan
k ~
 
(13 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Noref}}
{{unreferenced|date=Desember 2016}}
{{Infobox religious building
|image = Berkas:Masjid Baitul Hakim Madiun.jpg
|caption =
|building_name =Masjid Agung Baitul Hakim
|location =[[Kota Madiun]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]
|religious_affiliation = [[Islam]]
|architecture_type =[[Masjid]]
|capacity = 5.000 jamaah
|architecture_type = [[Masjid]]
|architecture_style = [[Timur Tengah]]
|renovation_date =tahap 1:[[2011]], tahap 2:[[2012]], dan tahap 3:[[2013]]
|dome_quantity =5
|minaret_quantity =5
}}
'''Masjid Agung Baitul Hakim''' ([[Hanacaraka]]: {{jav|ꦩꦱ꧀ꦗꦶꦢ꧀​ꦄꦒꦼꦁ​ꦧꦻꦠꦸꦭ꧀​ꦲꦏꦶꦩ꧀ꦩꦱ꧀ꦗꦶꦢ꧀ꦄꦒꦼꦁꦧꦻꦠꦸꦭ꧀ꦲꦏꦶꦩ꧀}}) merupakan masjid terbesar di [[Kota Madiun]]. Masjid ini terletak di sebelah barat alun-alun [[Kota Madiun]]. Masjid ini di bangun karena adanya pergeseran pemerintahan [[kabupatenKabupaten Madiun]]. Masjid besar yang mayoritasnya berwarna biru ini memakai arsitektur [[Jawa]], [[Arab Saudi]], dan [[Eropa]]. Bangunan yang aslinya tetap dipertahankan, dan memakai arsitektur Jawa. Sedangkan arsitektur Arab Saudi, dan Eropa merupakan bangunan baru. Masjid ini memiliki keunikan yaitu masjid aslinya mempunyai 12 tiang yang miring, bahkan 4 tiang miringnya terlalu miring.
 
Masjid Agung Baitul Hakim Kota Madiun diperkirakan dibangun pada zaman kolonial Belanda pada saat di pimpin oleh Ronggo Jumeno yaitu sekitar tahun 1830 an masehi. Akan tetapi renovasi secara besar itu di mulai pada tahun 2002 yang ditandai dengan sebutan pemasangan tiang seribu yang masih mempertahankan 4 pilar utama dari kayu seperti ciri khas masjid jawa pada umumnya. Pada tahun 2011 renovasi terakhir dilakukan dengan menambah luas serambi masjid membangun kubah dan menara hingga seperti saat ini.
Pada bulan [[Ramadhan]], masjid ini sering mengadakan berbuka puasa, dan ceramah. Selain itu, juga mengadakan [[shalat Malam]] berjamaah pada 10 malam terakhir, dan dilaksanakan pada malam tanggal ganjil.
 
Perpaduan elemen arsitektur Masjid Agung Baitul Hakim juga di desain sedemikian rupa, untuk mencapai keindahan, kemewahan serta keanggunan. Antara lain elemen mempertahankan unsur keasliannya (yaitu serambi makmum bagian dalam) dengan ditopang empat tiang kayu penyangga utama yang merupakan ciri khas kebudayaan jawa dan unsur kebudayaan modern dengan ornamen-ornamen melapisinya di bagian dasar serta luar mulai lantai, kubah maupun menara –menara yang ada.
 
Pada bulan [[Ramadhan]], masjid ini sering mengadakan berbuka puasa, dan ceramah. Selain itu, juga mengadakan [['''shalat Malam]]''' berjamaah pada 10 malam terakhir, dan dilaksanakan pada malam tanggal ganjil.
 
[[Kategori:Masjid di Jawa Timur|Baitul Hakim]]