Retorika: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
k ~
 
(13 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 14:
 
Secara penggunaan retorika dalam istilah ''public speaking'' oleh para ahli retorika, didefinisikan sebagai seni atau keahlian melalui berbicara ataupun berpidato yang perkembangannya telah ada sejak abad sebelum masehi.<ref>{{Cite web|last=Ahmad|date=2021|title=Mengenal Apa Itu Public Speaking dan Dasar-dasarnya|url=https://www.gramedia.com/best-seller/apa-itu-public-speaking/|website=gramedia.com|access-date=2021-12-25}}</ref>
 
Retorika mengandung pengertian ilmiah yang ditandai oleh seperangkat ciri atau karakteristik keilmuannya, yaitu: 1) paradigma dan model berpikir yang bersifat umum, 2) penggunaan metode dan instrumen, dan 3) jangkauan permasalahannya. Untuk memenuhi karakteristik keilmuannya, maka terdapat tiga macam pertanyaan yang ditujukan pada retorika, yaitu: pertama, pertanyaan tentang apa hakikat retorika itu yang dikaji melalui ontologi retorika; kedua, pertanyaan tentang bagaimana retorika itu yang dikaji melalui epistemologi retorika; dan ketiga, pertanyaan tentang untuk apa retorika yang dapat dikaji melalui aksiologi retorika.<ref>{{Cite web|last=Syamsuddin|first=M. Mukhtasar|date=8 Agustus 2016|title=BMP PBIN 4220 halaman 1.12|url=http://repository.ut.ac.id/4795/1/PBIN4220-M1.pdf|access-date=12 Desember 2023}}</ref>
 
== Sejarah ==
Baris 138 ⟶ 140:
 
=== Etika dan nilai moral ===
[[Etika]] dan nilai moral sebagai bagian terpenting. Adanya etika dan nilai moral dalam retorika menjadikan aktifitas komunikasi yang dilakukan bertanggung jawab. Etika dan nilai moral inilah menjadi tumpuan bahwa orang yang menguasai retorika harus bertanggung jawab dalam aktifitas komunikasinya. Dalam mengkomunikasikan informasi, komunikator perlu memperhatikan tiga syarat yang berkaitan dengan etika yakni 1) bertanggung jawab memilih unsur persuasif dan menyadari kemungkinan melakukan kesalahan, 2) berusaha memahami dan memperlakukan secara jujur ​​kerugiankerugian yang diakibatkan oleh penipuan diri sendiri, 3) Menoleransi pendengar yang tidak setuju dengan isi yang disampaikan.{{Sfn|Sulistyarini|2018|p=10}}
 
=== Penalaran yang Benarbenar ===
Penyampaian informasi dalam komunikasi harus didukung dengan penalaran yang benar agar informasi yang disampaikan memiliki kekuatan atau landasan. Dengan penalaran yang benar, pembawa pesan juga harus menggunakan argumen logis untuk meyakinkan pendengarnya. Untuk mendukung penalaran yang benar, pengguna (penerima pesan) atau retorika yang diterima dapat mengikuti kaidah penalaran seperti hukum berpikir, [[silogisme]], probabilitas induksi, dan kesalahan penalaran.<ref>{{cite journal|last=Weruin|first=Urbanus Ura|date=2017|title=Logika, Penalaran, dan Argumentasi Hukum|url=https://jurnalkonstitusi.mkri.id/index.php/jk/article/download/1427/320|journal=Jurnal Konstitusi|publisher=The Constitutional Court of The Republic of Indonesia|publication-place=[[Jakarta]]|volume=14|issue=2|pages=374-395|doi=10.31078/jk1427|id=}}</ref> Oleh karena itu, dalam retorika ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu akal dan karakter komunikator sehingga dapat dijadikan dasar persuasi dimana kepribadian digunakan sebagai tanda psikologis apakah pengirim pesan berbohong atau jujur.{{Sfn|Sulistyarini|2018|p=11}}
 
=== Pengetahuan yang Memadaimemadai ===
Apabila tidak disertai dengan pengetahuan yang memadai, maka penyampai pesan dapat menjadi orang sekedar menghasut dengan omong kosongnya. Komunikator harus benar-benar memahami apa yang ingin mereka sampaikan. Mengenai materi dan strategi penyampaian dapat dipahami sebagai: