Situs Ratu Baka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
k ~
 
(6 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
|image_size=300px
|caption=Pintu gerbang Ratu Boko
|name=Situs Ratu BakaBoko<br>{{nobold|ꦏꦫꦠꦺꦴꦤ꧀​ꦫꦠꦸ​ꦧꦏꦏꦝꦠꦺꦴꦤ꧀ꦫꦠꦸꦧꦏ}}
|alternate_name = {{hlist|Candi Ratu Boko|Keraton Ratu Boko}}
|map_type=Kabupaten Sleman#Indonesia Java#Indonesia
Baris 14:
|location_town=[[Kabupaten Sleman]]
|location_country={{flag|Indonesia}}
|owner=[[Pemerintah Indonesia]] cq PT [[Aviasi Pariwisata Indonesia]] (Persero)
|operator=PT [[Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko]]
|architect=
Baris 27:
|size=
}}
'''Situs Ratu Boko''' atau '''Istana Raja Baka''' ({{lang-jv|ꦏꦫꦠꦺꦴꦤ꧀​ꦫꦠꦸ​ꦧꦏꦏꦝꦠꦺꦴꦤ꧀ꦫꦠꦸꦧꦏ|KaratonKadhaton Ratu BåkåBaka}}) adalah [[situs]] [[purbakala]] yang merupakan kompleks sejumlah sisa bangunan yang berada kira-kira 3&nbsp;km di sebelah selatan dari kompleks [[Candi Prambanan]], 18&nbsp;km sebelah timur [[Kota Yogyakarta]] atau 50&nbsp;km barat daya [[Kota Surakarta]], [[Jawa Tengah]], lebih tepatnya di [[Bokoharjo, Prambanan, Sleman|kalurahan Bokoharjo]], [[Prambanan, Sleman|kapanéwon Prambanan]], [[kabupaten Sleman]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta]]. Situs Ratu Boko terletak di sebuah bukit pada ketinggian 196 meter dari permukaan laut. Luas keseluruhan kompleks adalah sekitar 25 [[hektare|ha]].<ref name="Wonderful">{{cite web | title=The Majestic Beauty of the Ratu Boko Palace ruins | url=http://www.indonesia.travel/en/destination/830/the-majestic-beauty-of-the-ratu-boko-palace-ruins | publisher=[[Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia]] | accessdate= 23 June 2014}}</ref>
 
Situs ini menampilkan atribut sebagai tempat berkegiatan atau situs permukiman dan tempat tinggal raja.<ref>{{cite book|author=Didier Millet, volume editor: John Miksic|title= ''Indonesian Heritage Series: Ancient History''|page=74|date=Hardcover edition - Aug 2003|publisher=Archipelago Press, Singapore 169641|isbn=981-3018-26-7}}</ref> Ratu Boko diperkirakan sudah dipergunakan orang pada [[abad ke-8]] pada masa [[Wangsa Sailendra]] ([[Rakai Panangkaran]]) dari [[Kerajaan Medang]] (Masa Mataram Hindu). Dilihat dari pola peletakan sisa-sisa bangunan, yang diduga kuat situs ini merupakan bekas ''[[keraton]]'' (istana raja). Pendapat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kompleks ini bukan candi atau bangunan dengan sifat religius, melainkan sebuah istana berbenteng dengan bukti adanya sisa dinding benteng dan parit kering sebagai struktur pertahanan.<ref>{{ cite book | author=Soetarno, Drs. R. | date=second edition (2002) | title="Aneka Candi Kuno di Indonesia" (Ancient Temples in Indonesia) | page=67 | publisher=Dahara Prize, Semarang | language=Indonesian | isbn=979-501-098-0}}</ref> Sisa-sisa permukiman penduduk juga ditemukan di sekitar lokasi situs ini.
 
[[File:Papan Nama Keraton Ratu Boko.jpg|thumb|250px|Papan nama Situs Ratu Boko]]
Nama "Ratu Boko" berasal dari [[legenda]] masyarakat setempat. Ratu Boko ([[bahasa Jawa]], arti harafiah: "raja bangau") adalah ayah dari [[Loro Jonggrang]], yang juga menjadi nama candi utama pada kompleks [[Candi Prambanan]]. Kompleks bangunan ini dikaitkan dengan legenda rakyat setempat [[Loro Jonggrang]].<ref name="Wonderful"/>
 
Baris 42 ⟶ 41:
[[Prasasti Abhayagiri Wihara]] yang berangka tahun 792 M merupakan bukti tertulis yang ditemukan di situs Ratu Boko. Dalam prasasti ini menyebut seorang tokoh bernama Tejahpurnapane Panamkarana atau [[Rakai Panangkaran]] (746-784 M), serta menyebut suatu kawasan [[wihara]] di atas bukit yang dinamakan ''Abhyagiri Wihara'' ("wihara di bukit yang bebas dari bahaya"). Rakai Panangkaran mengundurkan diri sebagai Raja karena menginginkan ketenangan rohani dan memusatkan pikiran pada masalah keagamaan, salah satunya dengan mendirikan wihara yang bernama Abhayagiri Wihara pada tahun 792 M.<ref name="Wonderful"/> Rakai Panangkaran menganut agama Buddha demikian juga bangunan tersebut disebut Abhayagiri Wihara adalah berlatar belakang agama Buddha, sebagai buktinya adalah adanya Arca Dyani Buddha. Namun ditemukan pula unsur–unsur agama Hindu di situs Ratu Boko Seperti adanya Arca Durga, Ganesha dan Yoni.
 
Tampaknya, kompleks ini kemudian diubah menjadi keraton dilengkapi benteng pertahanan bagi raja bawahan (vassal) yang bernama Rakai Walaing Pu[[Mpu KumbayoniKumbhayoni]]. Menurut [[prasasti Siwagrha]] tempat ini disebut sebagai kubu pertahanan yang terdiri atas tumpukan beratus-ratus batu oleh Balaputra. Bangunan di atas bukit ini dijadikan kubu pertahanan dalam pertempuran perebutan kekuasaan di kemudian hari.
 
Di dalam kompleks ini terdapat bekas gapura, ruang [[Paseban]], kolam, [[Pendopo]], [[Pringgitan]], [[keputren]], dan dua ceruk [[gua]] untuk ber[[meditasi]].<ref name="Wonderful"/>
Baris 82 ⟶ 81:
[[Kategori:Tempat wisata di Yogyakarta]]
[[Kategori:Kabupaten Sleman]]
[[Kategori:Prambanan, Sleman]]