Maulana Yusuf dari Banten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: menghilangkan bagian [ * ] Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(34 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox religious biographyroyalty|honorific-prefix=|name=''SultanMaulana MaulanaSyarif Yusuf Al-Bantani''|image=COLLECTIE TROPENMUSEUM Begraafplaats Maulana Yusuf Pakalangan TMnr 60016489.jpg|alt=|caption=Makam Maulana Yusuf di Banten pada tahun 1920-an|religion=[[Islam]]|denomination=[[Sunni]]|known_for=Penakluk [[WaliKerajaan SongoSunda]]|birth_name=Maulana Yusuf|birth_date=|birth_place=|death_date=15801585|death_place=|children=*[[Ratu Winaon]]
*[[Maulana Muhammad]]
*Arya Upapati|father= [[Maulana Hasanuddin]]
|mother=[[Ratu Ayu Kirana]]|spouse=[[Ratu Hadijah]]|predecessorsuccession=[[Fatahillah]]|successor=[[AbdurDaftar RaufSultan al-Bantani]]Banten|office1=Sultan [[Kesultanan Banten|Banten]] Ke-2|term_start1reign=15701570–1585|term_end1=1580|predecessor1predecessor=[[Maulana Hasanuddin]]|successor1successor=[[Maulana Muhammad]]|title=|region=|dynasty=[[Wangsa Banten]]}}
 
'''Maulana Syarif Yusuf''' atau '''Pangeran Pasareyan''' merupakan [[putra]] dari [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Maulana Hasanuddin]] pendiri [[Kesultanan Banten]]. Ia melanjutkan kekuasaan [[bapak]]nyabapaknya di [[Banten]] dalam rentang waktu [[1570]] - [[15801585]].
 
Selama satu dekade kekuasannya, Maulana Yusuf menitikberatkan perhatiannya pada pengembangan kota (sekarang [[Kota Kuno Banten|Banten Lama]]), keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian, serta melanjutkan politik ekspansi ayahnya. Salah-satu pencapaian terbesarnya adalah menaklukkan Pulasari dan Pakwan Pajajaran, ibu kota [[Kerajaan Sunda]] di tahun [[1579]].<ref>{{Cite book|last=Darmawidjaja|date=1968|url=https://books.google.com/books?id=gi4GAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Pulasari+1579&q=Pulasari+1579&hl=en|title=Orang Baduj: harimau djadi-djadian|publisher=Kinta|language=id}}</ref> Penaklukkan ini dilandasi oleh tekadnya untuk menyebarkan agama Islam hingga ke pedalaman Banten dan menghilangkan ancaman Kerajaan Sunda yang masih bercorak [[Agama Hindu|Hindu]]. Sejak penaklukan tersebut, agama Islam semakin tersebar luas di daerah Banten dan [[Jawa Barat]]. Di masa pemerintahannya, Kesultanan Banten mengalami era kejayaan dimana Banten berkembang menjadi salah-satu pusat perdagangan terpenting di [[Asia Tenggara]].<ref>{{Cite book|last=M.Hum|first=Ikot Sholehat|url=https://books.google.com/books?id=N1W6DwAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA136&dq=%22Maulana+Yusuf%22+kerajaan+Banten&hl=en|title=PERDAGANGAN INTERNASIONAL KESULTANAN BANTEN AKHIR ABAD XVI-XVII|publisher=Uwais Inspirasi Indonesia|isbn=978-623-227-199-9|language=id}}</ref>
'''Maulana Yusuf''' atau '''Pangeran Pasareyan''' merupakan [[putra]] dari [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Maulana Hasanuddin]] pendiri [[Kesultanan Banten]]. Ia melanjutkan kekuasaan [[bapak]]nya di [[Banten]] dalam rentang waktu [[1570]] - [[1580]].
 
Silsilah Maulana Yusuf adalah putra Sultan Maulana Hasanuddin, raja pertama Kesultanan Banten, dari jalur al-Hasani dan Ratu Ayu Kirana. Ia juga merupakan salah-satu cucu dari [[Sunan Gunung Jati]] dan cicit dari Sultan Malaka yaitu Syarif Abdullah. Oleh karenanya Maulana Yusuf masih berkerabat dengan para Sultan Malaka. Ia menikah dengan Ratu Hadijah dan mempunyai dua anak, yaitu Ratu Winaon dan [[Maulana Muhammad dari Banten|Pangeran Muhammad]]. Pangeran Muhammad inilah yang nantinya meneruskan takhta dan menjadi raja ketiga Kesultanan Banten.
Maulana Yusuf adalah raja kedua Kesultanan Banten yang berkuasa antara 1570-1580 M. Ia adalah putra mahkota yang naik takhta setelah ayahnya, Sultan Maulana Hasanuddin, wafat pada 1570 M. Selama satu dekade kekuasannya, Maulana Yusuf menitikberatkan perhatiannya pada pengembangan kota, keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian, serta melanjutkan politik ekspansi ayahnya. Salah satu pencapaian terbesarnya adalah menaklukkan Kerajaan Pajajaran pada 1579 M. Penaklukkan ini dilandasi oleh tekadnya untuk menyebarkan agama Islam hingga ke pedalaman Banten. Sejak saat itu, agama Islam semakin tersebar luas di Jawa Barat.
 
Silsilah Maulana Yusuf adalah putra Sultan Maulana Hasanuddin, raja pertama Kesultanan Banten, dan Ratu Ayu Kirana. Ia menikah dengan Ratu Hadijah dan mempunyai dua anak, yaitu Ratu Winaon dan Pangeran Muhammad. Pangeran Muhammad inilah yang nantinya meneruskan takhta dan menjadi raja ketiga Kesultanan Banten.
 
== Masa pemerintahan ==
Sebagai upayaupayanya mengembangkan Banten Lama untuk menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan internasional, Sultan Maulana Yusuf memusatkan perhatiannya pada bidang ekonomi dan pertanian. Sektor perdagangan yang telah dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin menjadi semakin besar dan ramai. Ketika Sultan Maulana Yusuf berkuasa, Banten menjadi tempat distribusi barang dagangan dari penjuru dunia. Para pedagang dari Cina, Arab, Persia, Gujarat, PortugisEropa (terutama Portugal), serta pedagang dari seluruh pelosok nusantara saling bertukar barang dagangannya di Banten.<ref>{{Cite book|last=Effendy|first=Mochtar|date=2001|url=https://books.google.com/books?id=n8XXAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22Maulana+Yusuf%22+Banten+Arab+Persia+Gujarat&q=%22Maulana+Yusuf%22+Banten+Arab+Persia+Gujarat&hl=en|title=Ensiklopedi agama dan filsafat|publisher=Penerbit Universitas Sriwijaya|isbn=978-979-587-151-4|language=id}}</ref>
 
Situasi perdagangan yang ramai itu pada akhirnya mendorong para pendatang untuk menetap. Oleh karena itu, dibuatlah aturan penempatan penduduk sesuai dengan keahlian, daerah asal, serta jabatan tertentu. Berikut pembagiannya: Kampung Pekojan di sebelah barat Pasar Karangantu, untuk para pendatang dari Arab, Gujarat, Mesir, dan Turki. Kampung Pecinan di sebelah barat Masjid Agung, untuk para pedagang Cina. Kampung Panjunan, untuk tukang anjun (para pembuat gerabah, periuk, dan sebagainya). Kepandean, untuk tempat para pandai besi. Pengukiran, tempat tukang ukir. Pagongan, tempat pembuat gong dan gamelan. Sukadiri, tempat pengecoran logam dan pembuatan senjata perang. Kademangan, tempat demang.
 
* Kampung Pekojan di sebelah barat Pasar Karangantu, untuk para pendatang dari Gujarat, Arab, Mesir, dan Turki.
Kesatrian, tempat para senopati, perwira, dan prajurit istana. Kefakihan, tempat ulama-ulama hukum Islam.{{Butuh rujukan}}Sultan Maulana Yusuf memberikan dukungan kepada rakyatnya untuk mengembangkan lahan persawahan. Caranya dengan membuka daerah-daerah baru di wilayah Serang. Pemenuhan kebutuhan air untuk lahan persawahan yang telah dibuat dilakukan dengan pembuatan saluran irigasi dan [[bendungan]].<ref>{{Cite book|last=Argadia|first=Yosep Riva|date=November 2019|url=https://publikasi.data.kemdikbud.go.id/upload/file/isi_DE31B0C3-4C54-4CB5-9CDB-43DC0E869569_.pdf|title=Profil Budaya dan Bahasa Kota Serang Provinsi Banten|location=Jakarta|publisher=Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=978-602-8449-19-9|editor-last=Permanawiyat|editor-first=Widhi|pages=2|url-status=live}}</ref> Perhatiannya yang besar terhadap agama Islam dibuktikan dengan memperluas serambi Masjid Agung yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Sebagai kelengkapan, dibangunlah menara dengan bantuan seorang arsitek muslim asal Mongolia bernama Cek Ban Cut.
* Kampung Pecinan di sebelah barat Masjid Agung, untuk para pedagang Cina ([[Dinasti Ming]]).
* Kampung Panjunan, untuk para pengrajin anjun atau [[tembikar]] (gerabah, periuk, dan sebagainya).
* Kepandean, untuk tempat para pandai besi.
* Pengukiran, tempat para pengukir.
* Pagongan, tempat pembuat alat musik seperti gong dan gamelan.
* Sukadiri, tempat pengecoran logam dan pembuatan senjata perang.
* Kademangan, tempat demang atau kepala daerah.
* Kesatrian, tempat para senopati, perwira, dan prajurit istana.
* Kefakihan, tempat ulama-ulama disiplin hukum Islam.<ref>{{Cite book|last=Mansur|first=Khatib|date=2001|url=https://books.google.com/books?id=4j2WAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22Maulana+Yusuf%22+Banten+Hukum+Islam&q=%22Maulana+Yusuf%22+Banten+Hukum+Islam&hl=en|title=Perjuangan rakyat Banten menuju provinsi: catatan kesaksian seorang wartawan|publisher=Kadin Banten|isbn=978-979-9258-07-6|language=id}}</ref>
 
Kesatrian, tempat para senopati, perwira, dan prajurit istana. Kefakihan, tempat ulama-ulama hukum Islam.{{Butuh rujukan}}Sultan Maulana Yusuf memberikan dukungan kepada rakyatnya untuk mengembangkan lahan persawahan. Caranya dengan membuka daerah-daerah baru di wilayah Serang. Pemenuhan kebutuhan air untuk lahan persawahan yang telah dibuat dilakukan dengan pembuatan saluran irigasi dan [[bendungan]].<ref>{{Cite book|last=Argadia|first=Yosep Riva|date=November 2019|url=https://publikasi.data.kemdikbud.go.id/upload/file/isi_DE31B0C3-4C54-4CB5-9CDB-43DC0E869569_.pdf|title=Profil Budaya dan Bahasa Kota Serang Provinsi Banten|location=Jakarta|publisher=Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=978-602-8449-19-9|editor-last=Permanawiyat|editor-first=Widhi|pages=2|url-status=live}}</ref> Perhatiannya yang besar terhadap agama Islam dibuktikan dengan memperluas serambi Masjid Agung yang dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Sebagai kelengkapan, dibangunlah menara dengan bantuan seorang arsitek muslim asal Mongolia bernama Cek Ban Cut.
 
== Penaklukan Pakwan Pajajaran dan akhir hidup ==
Dalam rangka ekspansi wilayah dan penyebaran agama Islam, Sultan Maulana Yusuf memperluas pengaruhnya hingga ke pedalaman.{{Butuh rujukan}} Pada tahun 1579, Kesultanan Banten di bawah pemerintahannya berhasil menaklukkan [[Pakwan Pajajaran]]. Penaklukan ini mengakibatkan berakhirnya pemerintahan [[Kerajaan Sunda]] di wilayah [[Jawa Barat]].<ref>{{Cite book|last=BPS Provinsi Banten|date=2019|url=https://dmsppid.bantenprov.go.id/upload/dms/52/buku-pbda-2019-final.pdf|title=Pariwisata Banten dalam Angka Tahun 2019|publisher=Dinas Pariwisata Provinsi Banten|pages=48|url-status=live}}</ref> Penaklukan ini membuat Islam semakin tersebar luas di Jawa Barat. Dalam penaklukkan ini, banyak penguasa dan alim-ulama yang ikut bersama Sultan Maulana Yusuf. Oleh karena itu, ponggawa-ponggawa yang ditaklukkan lalu diislamkan tetapi dibiarkan untuk memegang jabatannya semula. Berakhirnya kekuasaan Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgasana raja), dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20&nbsp;cm itu diboyong karena tradisi politik agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Setelah Pajajaran runtuh, diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang meninggalkan keraton lalu menetap di daerah Lebak. Mereka menetapkan tata cara kehidupan lama yang ketat dan sekarang dikenal sebagai orang Baduy. Sultan Maulana Yusuf kemudian wafat pada 1580 M karena sakit dan dimakamkan di Pekalangan Gede, dekat kampung Kasunyatan sekarang. Karena itu, setelah meninggal ia diberi gelar Pangeran Panembahan Pekalangan Gede atau Pangeran Pasarean.{{Butuh rujukan}}
 
== Biografi ==
Berdasarkan [[Sejarah Banten]], setelah Maulana Hasanuddin meninggal pada tahun 1570, Maulana Yusuf naik tahta, kemudian melanjutkan ekspansi Banten ke kawasan pedalaman Sunda, dengan menaklukan [[Kerajaan Sunda|Pakuan Pajajaran]] dan [[Pulosari, Pandeglang|Pulasari]] pada tahun [[1579]].<ref>Hasan Muarif Ambary, Jacques Dumarçay, (1990), ''The Sultanate of Banten'', Gramedia Book Pub. Division, ISBN 979-403-922-5</ref>
 
Dalam rangka ekspansi wilayah dan penyebaran agama Islam, Sultan Maulana Yusuf memperluas pengaruhnya hingga ke pedalaman.<ref>{{ButuhCite rujukanbook|last=MARDIYONO|first=P.|date=2021|url=https://books.google.com/books?id=SvY1EAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PT223&dq=%22Maulana+Yusuf%22+pedalaman&hl=en|title=GENEALOGI KERAJAAN ISLAM DI JAWA Menelusuri Jejak Keruntuhan Kerajaan Hindu dan Berdirinya Kerajaan Islam di Jawa|publisher=Araska Publisher|isbn=978-623-7910-80-0|language=id}}</ref> PadaDi tahun 1579, Kesultanan Banten di bawah pemerintahannya berhasil menaklukkan [[Pakwan Pajajaran]]. Penaklukan ini mengakibatkan berakhirnya pemerintahan [[Kerajaan Sunda]] di wilayah [[Jawa Barat]].<ref>{{Cite book|last=BPS Provinsi Banten|date=2019|url=https://dmsppid.bantenprov.go.id/upload/dms/52/buku-pbda-2019-final.pdf|title=Pariwisata Banten dalam Angka Tahun 2019|publisher=Dinas Pariwisata Provinsi Banten|pages=48|url-status=live}}</ref> Penaklukan ini membuat Islam semakin tersebar luas di Jawa Barat. Dalam penaklukkan ini, banyak penguasa dan alim-ulama yang ikut bersama Sultan Maulana Yusuf. Oleh karena itu, ponggawa-ponggawa yang ditaklukkan lalu diislamkan tetapi dibiarkan untuk memegang jabatannya semula. Berakhirnya kekuasaan Pajajaran ditandai dengan diboyongnya batu [[Palangka Sriman Sriwacana]] (singgasana raja), dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20&nbsp;cm itu diboyong karena tradisi politik agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Setelah PajajaranPakuan runtuhditelantarkan, diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang memilih meninggalkan keraton laludan menetapberpindah dike daerah [[kabuyutan]] di Lebak. Mereka menetapkan tata cara kehidupan lama yang ketat dan sekarang dikenal sebagai orang Baduy. Sultan Maulana Yusuf kemudian wafatmeninggal dunia pada 15801585 M karena sakit dan dimakamkan di Pekalangan Gede, dekat kampung Kasunyatan sekarang. Karena itu, setelah meninggal ia diberi gelar Pangeran Panembahan Pekalangan Gede atau Pangeran Pasarean.{{Butuh rujukan}}
== Silsilah ==
 
== BiografiSilsilah ==
Sultan Maulana Yusuf adalah putra dari Maualana Hasanuddin yang putra dari Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) silsilahnya ada berbagai versi diantaranya
 
=== Naskah Negarakertabumi ===
 
* Maulana Yusuf, bin
* Syarif Hidayatullah / Sayyid Al-Kamil / Susuhunan Jati / Susuhunan Cirebon, bin
* Maulana Hasanuddin
* Syarif Abdullah + Nyi Hajjah Syarifah Mudaim binti Raja Pajajaran Sunda (Nyi Mas Rara Santang)
* Sunan Gunung Jati / Syarif Hidayatullah / Sayyid Al-Kamil / Susuhunan Jati / Susuhunan Cirebon, bin
* Ali Nurul Alam + Puteri Mesir
* Syarif Abdullah + Nyi Hajjah Syarifah Mudaim binti Raja Pajajaran Sunda (Nyi Mas [[Rara Santang]]) binti [[Sri Baduga Maharaja]]
* Ali Nurul Alam + Puteri Mesir{{cn}}
* Jamaluddin Al-Husein
* Al-Amir Akhmad Syekh Jalaludin
Baris 40 ⟶ 50:
* Ali Khali' Qasam
* Alwi Shohib Bait Jubair
* Muhammad Maula Asas-Shauma'ah
* Alwi Alal-Mubtakir
* Ubaidillah
* [[Ahmad Alal-Muhajir]]
* [[Isa Alal-Rumi]]
* [[Muhammad An-Naqib]]
* [[Ali Alal-Uraidhi]]
* [[Ja'far Ashash-Shadiq]] ([[Madinah]])
* [[Muhammad Alal-Baqir]]
* [[Ali Zainal Abiddin]]
* [[Husein]] As-Syahid
* Sayyidah [[Fatimah Alaz-Zahra]]' RA
* Nabi Islam [[Muhammad]] Rasulullah SAW
* Abdullah
* Abdul Muthalib
Baris 63 ⟶ 73:
* Luay
* Ghalib
* Dst.{{who}}{{cn}}
 
=== Naskah Kaprabonan ===
 
* Kanjeng Nabi Islam [[Muhamad SAW]]
* Sarifah Siti Fatimah
* Husen
Baris 83 ⟶ 93:
* Ratu Mesir
* Raja Duta
* Sunan Gunung Jati / Kanjeng Sinuhun Carbon / Syarif Hidayatullah Sunan Gunungjati
* Maulana Hasanuddin
* Maulana Yusuf
 
=== Kitab Purwaka Caruban Nagari<ref>Pangeran Raja (PR) Aria Cirebon. 1720. Purwaka Caruban Nagari. [[Cirebon]]: [[Kesultanan Kacirebonan]]</ref>{{fv}} ===
 
* Nabi MuhammadIslam SAWMuhammad
* Siti Fatimah
* Sayid Husen{{who}}
* Sayid Abidin
* Muhammad Baqir
Baris 105 ⟶ 117:
* Syarif Abdullah (Sultan Hut / Sultan Mahmud)
* Sunan Gunung Jati
* Maulana Hasanuddin
* Maulana Yusuf
 
Maulana Yusuf memiliki garis keturunan yang bersambung pada Nabi Islam [[Muhammad]] dari jalur [[Hasan bin Ali]].
=== Kitab Syamsu Azh Zhahirah fi Nasabi Ahli al-Bait ===
 
* Nabi IslamMuhammad
* Fatimah Az-Zahra
* Imam Hasan As-sibith
* Hasan Al-Mutsanna (Syarif Mekah ke-1)
* Abdullah Al-kamil / Al-mahdi (Syarif Mekah ke-3)
* Musa Al-jaun (Syarif Mekah ke-7)
* Abdullah Al-kiram (Syarif Mekah ke-9)
* Musa (Syarif Mekah ke-12)
* Muhammad Ats-Tsa-ir (Syarif Mekah ke-21)
* Abdullah (Syarif Mekah ke-22)
* Ali
* Sulaiman
* Husin
* Isa
* Abdul Karim
* Mutha’in
* Idris
* Mekah Qatadah (Syarif Mekah ke-43)
* Ali
* Hasan
* Abi Nami
* Abi Dzabih Muhammad
* Athifah
* Muhammad
* Jarullah Abdul Aziz
* Abdullah (Sultan Malaka)
* Hidayatullah (Pendiri Kesultanan Banten)
* Maulana Hasanuddin
* Maulana Yusuf
 
Silsilah ini disusun berdasarkan kajian nasab Sayyid Yusuf al-Angawi Sumenep yang disusun oleh Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan dan Habib Alwi bin Abi Bakri bin Bil Faqqih. Selain disusun oleh ahli nasab dari tokoh Alawiyin, nasab di atas juga telah disempurnakan berdasarkan kajian nasab Keluarga Besar Anggawangsa Anggawi al-Hasani Surabaya yang menurunkan para Adipati, Tumenggung hingga Wedana di Jawa Timur. Keluarga Besar Anggawangsa sendiri merupakan keturunan Sultan Ageng Tirtayasa utamanya dari jalur Pangeran Purbaya. Anak keturunan Pangeran Purbaya di Jawa Timur menggunakan gelar MAS yang merupakan singkatan dari Maulana Syarif. Sebagian besar dari keturunan itu banyak yang dimakamkan di Pemakaman Boto Putih dan satu komplek dengan makam Sultan Banten terakhir yaitu Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin.
Sebagaimana yang tercatat dalam silsilah Syarif Hidayatullah di sebuah organisasi peneliti nasab [https://naqobatulasyraaf.wordpress.com/ Naqobatul Asyrof al-Kubro] dan [[Rabithah Alawiyah]], yang juga tercantum dalam kitab '''Syamsu Azh Zhahirah fi Nasabi Ahli al-Bait''' karya ulama [[Yaman]], [https://archive.org/search.php?query=creator%3A%22Sayyid+Abdurrohman+bin+Muhammad+al-Masyhur%22 Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur], silsilah lengkap Syarif Hidayatullah adalah sebagai berikut:<ref name=":0">{{citeweb|last=|first=|date=2016-05-23|title=''Syamsu Azh Zhahirah Fi Nasabi Ahli Al-Bait oleh Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur''|url=https://ia800408.us.archive.org/28/items/TUNSyamsuAzhZhahirah/TUN_Syamsu%20azh-Zhahirah.pdf|website=|publisher=https://archive.org/|accessdate=2017-04-21}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://ranji.sarkub.com/silsilah-sunan-gunung-jati-cirebon-syarif-hidayatullah-dan-keturunannya-di-cirebon-banten/|title=Silsilah Sunan Gunung Jati Cirebon / Syarif Hidayatullah dan Keturunannya di Cirebon & Banten {{!}} Ranji Sarkub|date=2015-06-18|newspaper=Ranji Sarkub|language=id-ID|access-date=2017-04-29|archive-date=2017-04-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20170429204510/http://ranji.sarkub.com/silsilah-sunan-gunung-jati-cirebon-syarif-hidayatullah-dan-keturunannya-di-cirebon-banten/|dead-url=yes}}</ref>
* '''Syarif Hidayatullah''' atau '''Sunan Gunung Jati''' putera dari
* [[Syarif Abdullah Umdatuddin|Syarif Abdullah Umdatuddin]] bin
* Sayyid Ali Nurul Alam bin
* [[Jamaluddin Al-Husaini|Sayyid Jamaluddin Al-Husaini]] bin
* Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin bin
* Sayyid Abdullah Azmatkhan bin
* Sayyid Abdul Malik bin
* Sayyid Alwi Ammil Faqih ([[Hadramaut]]) bin
* [[Muhammad Shahib Mirbath|Sayyid Muhammad Shahib Mirbath]] ([[Hadramaut]]) bin
* Sayyid Ali Kholi’ Qasam bin
* Sayyid Alwi Ats-Tsani bin
* Sayyid Muhammad Sahibus Saumah bin
* Sayyid Alwi Al-Awwal bin
* Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin
* [[Ahmad Al-Muhajir|Sayyid Ahmad Al-Muhajir]] bin
* Sayyid ‘Isa Ar-Rumi bin
* Sayyid Muhammad An-Naqib bin
* Sayyid Al-Imam Ali Uraidhi bin
* [[Ja'far Ash-Shadiq|Sayyidina Ja'far Ash-Shadiq]] bin
* [[Muhammad al-Baqir|Sayyidina Muhammad Al-Baqir]] bin
* [[Ali bin Husein|Sayyidina Ali Zainal Abidin]] bin
* [[Husein bin Ali|Sayyidina Husain]] bin
* [[Ali bin Abi Thalib|Sayyidina Ali bin Abi Thalib]] dan [[Fatimah Zz-Zahra|Sayyidah Fatimah Az-Zahra]] binti
* [[Muhammad|Rasulullah Muhammad S.A.W.]]
 
Jalur Athifah ini juga dikuatkan dengan keberadaan makam salah satu keturunan Sultan Ageng Tirtayasa yaitu Muhammad Atif di Tangerang. Nama Muhammad Atif di nisbatkan dari nama leluhurnya yaitu Athifah bin Abi Dzabih Muhammad.
 
== Rujukan ==