Jayadrata: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
M. Adiputra (bicara | kontrib) |
||
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 28:
=== Kematian ===
[[File:Arjuna Kills Jaydhratha.jpg|thumb|[[Oleograf]] dari [[India]], dibuat sekitar tahun 1910-an, menggambarkan [[Arjuna]] (kiri bawah) melesatkan anak panahnya dan memenggal kepala Jayadrata (kanan atas).]]
Pada hari keempat belas, [[Arjuna]] berencana untuk membunuh Jayadrata. Namun ribuan kesatria dan prajurit dari pihak [[Korawa]] melindungi Jayadrata dan memisahkannya dengan Arjuna. Sampai hari menjelang sore, Arjuna belum berhasil menjangkau Jayadrata dan membunuhnya, dan apabila setelah malam tiba Arjuna belum berhasil membunuh Jayadrata maka ia akan membakar dirinya sendiri. [[Kresna]] yang melihat Arjuna dalam kesusahan mencoba membantunya dengan membuat [[gerhana matahari]] semu. Saat suasana menjadi gelap, pihak yang bertarung merasa bahwa perang pada hari itu sudah berakhir karena malam sudah tiba. Pasukan [[Korawa]] yang melindungi Jayadrata pulang ke kemah mereka. Pada saat Jayadrata tak terlindungi, matahari muncul kembali dan ternyata hari belum malam. Pada kesempatan itu, [[Arjuna]] menyuruh [[Kresna]] agar menjangkau Jayadrata. Saat mendekat, ia melepaskan anak panahnya dan memutuskan leher Jayadrata dengan senjata sakti [[Pasupati]].
Baris 47:
Jayadrata nama sesungguhnya adalah Arya Tirtanata atau Bambang Sagara. Arya Tirtanata kemudian dinobatkan sebagai raja [[Kerajaan Sindhu|negara Sindu]], dan bergelar Prabu Sinduraja. Karena ingin memperdalam pengetahuannya dalam bidang tata pemerintahan dan tata kenegaraan, Prabu Sinduraja pergi ke negara Hastina untuk berguru pada Prabu [[Pandu|Pandu Dewanata]]. Untuk menjaga kehormatan dan harga diri, ia menukar namanya dengan nama patihnya, Jayadrata. Di negara Hastina Jayadrata bertemu dengan keluarga [[Kurawa]], dan akhirnya diambil menantu oleh Prabu [[Drestarastra]], dikawinkan dengan Dewi Dursilawati dan diangkat sebagai Adipati Banakeling. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama Arya Wirata dan Arya Surata.
Jayadrata gugur di tangan [[Arjuna]] di medan perang [[Bharatayuddha]] sebagai senapati perang [[Kurawa]]. Kepalanya terpangkas lepas dari badannya oleh panah sakti [[Pasopati]]. Jadi, walaupun sekuat apapun seorang satria itu, tetapi jika ia berada di pihak yang salah maka hancurlah kesaktian yang ia miliki itu.
== Lihat pula ==
|