Jayadrata: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib) |
|||
(29 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{TMH Infobox|
| Image =
| Caption = Ilustrasi Jayadrata
| Nama = Jayadrata
| Devanagari = जयद्रथ
|
| Kasta = kesatria
| Tokoh = ''Mahabharata''
| Kitab = ''[[Mahabharata]]''
| Nama_lain = Sinduraja, Saindawa, Tirtonoto
| Asal = [[Kerajaan Sindhu]]
|
| Ayah = Wredaksatra
| Senjata = Gada
}}
Dalam
==
Dalam kitab ''[[Wanaparwa]]'', yang mengisahkan masa pembuangan Lima [[Pandawa]] di tengah hutan, Jayadrata berusaha menculik dan mengawini [[Dropadi]], istri para Pandawa. [[Arjuna]] dan [[Bima (Mahabharata)|Bima]] berhasil menangkapnya, lalu membawanya ke hadapan [[Yudistira]], kakak sulung mereka. Atas permohonan dari Dropadi, Yudistira menyarankan agar Jayadrata dibebaskan, sebab ia tidak tega melihat [[Dursala]] hidup menjanda.
== Perang di Kurukshetra ==
[[Arjuna]] terkejut dan pingsan setelah mendengar kematian [[Abimanyu]]. Atas penjelasan para ksatria Pandawa, Abimanyu dikurung dalam formasi [[
===
[[File:Arjuna Kills Jaydhratha.jpg|thumb|[[Oleograf]] dari [[India]], dibuat sekitar tahun 1910-an, menggambarkan [[Arjuna]] (kiri bawah) melesatkan anak panahnya dan memenggal kepala Jayadrata (kanan atas).]]
Pada hari keempat belas, [[Arjuna]] berencana untuk membunuh Jayadrata. Namun ribuan
Atas saran dari Kresna, Arjuna mengarahkan agar senjata tersebut membawa kepala Jayadrata ke pangkuan ayahnya, Wredaksatra yang sedang bermeditasi. Sebelum perang terjadi, Wredaksatra menganugerahkan bahwa siapa pun yang membuat kepala anaknya menyentuh tanah, maka kepala orang tersebut akan meledak menjadi seratus serpihan. Saat kepala anaknya jatuh di pangkuannya, Wredaksatra terkejut, lalu tanpa sengaja menjatuhkan kepala tersebut. Hal itu pun mengakibatkan kepalanya langsung pecah.
▲Pada hari keempat belas, [[Arjuna]] berencana untuk membunuh Jayadrata. Namun ribuan ksatria dan prajurit dari pihak [[Korawa]] melindungi Jayadrata dan memisahkannya dengan Arjuna. Sampai hari menjelang sore, Arjuna belum berhasil menjangkau Jayadrata dan membunuhnya, dan apabila setelah malam tiba Arjuna belum berhasil membunuh Jayadrata maka ia akan membakar dirinya sendiri. [[Kresna]] yang melihat Arjuna dalam kesusahan mencoba membantunya dengan membuat gerhana matahari buatan. Saat suasana menjadi gelap, pihak yang bertarung merasa bahwa perang pada hari itu sudah berakhir karena malam sudah tiba. Pasukan [[Korawa]] yang melindungi Jayadrata pulang ke kemah mereka. Pada saat Jayadrata tak terlindungi, matahari muncul kembali dan ternyata hari belum malam. Pada kesempatan itu, [[Arjuna]] menyuruh [[Kresna]] agar menjangkau Jayadrata. Saat mendekat, ia melepaskan anak panahnya dan memutuskan leher Jayadrata.
==
==
Antara kisah Jayadrata dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' dan pewayangan Jawa memiliki beberapa perbedaan,
=== Riwayat ===
[[Berkas:Jayadrata.jpg|ka|jmpl|Jayadrata sebagai tokoh dalam pewayangan Jawa.]]
Jayadrata adalah seorang ksatria yang sangat sakti dari pihak [[Korawa]]. Misteri menyelubungi asal usulnya. Kisahnya bermula ketika [[Bima (tokoh Mahabharata)|Wrekudara]] lahir, ari-ari yang membungkusnya dibuang. Pertapa tua, yaitu Begawan Sempani, secara kebetulan memungutnya, mendoakannya, dan mengubahnya menjadi seorang bocah lelaki, yang tumbuh dewasa dengan nama Jayadrata. Dari pandangan sekilas saja tampak jelas kemiripan kekerabatan dengan Wrekudara dan putra Wrekudara, Raden [[Gatotkaca]]. Ketika Jayadrata beranjak dewasa, ia dibujuk untuk datang ke [[Hastina]] oleh [[Sengkuni]] yang cerdik, yang memandang perlu seorang sekutu yang seperti itu untuk melawan [[Pandawa]]. Di sana Jayadrata diberi suatu kedudukan yang tinggi dan dikawinkan dengan saudara perempuan [[Duryudana]], Dewi [[Dursala|Dursilawati]]. Hal ini mengikatnya dengan kuat pada pihak
Jayadrata nama sesungguhnya adalah
▲Jayadrata adalah seorang ksatria yang sangat sakti dari pihak [[Korawa]]. Misteri menyelubungi asal usulnya. Kisahnya bermula ketika [[Bima (tokoh Mahabharata)|Wrekudara]] lahir, ari-ari yang membungkusnya dibuang. Pertapa tua, yaitu Begawan Sempani, secara kebetulan memungutnya, mendoakannya, dan mengubahnya menjadi seorang bocah lelaki, yang tumbuh dewasa dengan nama Jayadrata. Dari pandangan sekilas saja tampak jelas kemiripan kekerabatan dengan Wrekudara dan putra Wrekudara, Raden [[Gatotkaca]]. Ketika Jayadrata beranjak dewasa, ia dibujuk untuk datang ke [[Hastina]] oleh [[Sengkuni]] yang cerdik, yang memandang perlu seorang sekutu yang seperti itu untuk melawan [[Pandawa]]. Di sana Jayadrata diberi suatu kedudukan yang tinggi dan dikawinkan dengan saudara perempuan [[Duryudana]], Dewi [[Dursala|Dursilawati]]. Hal ini mengikatnya dengan kuat pada pihak kiri. Dalam Perang [[Bharatayuddha]], dialah yang membunuh satria muda [[Abimanyu]], dan setelah itu pada gilirannya ia dibunuh oleh [[Arjuna]] yang kehilangan anaknya. Karakter Jayadrata adalah jujur, setia, dan terus terang bagaikan [[Gatotkaca]] di antara [[Kurawa]]. Ia mahir mempergunakan panah dan sangat ahli bermain gada. Oleh Resi Sapwani ia diberi pusaka gada bernama ''Kyai Glinggang''.
Jayadrata gugur di tangan [[Arjuna]] di medan perang [[Bharatayuddha]] sebagai senapati perang [[Kurawa]]. Kepalanya terpangkas lepas dari badannya oleh panah sakti [[Pasopati]]. Jadi, walaupun sekuat apapun seorang satria itu, tetapi jika ia berada di pihak yang salah maka hancurlah kesaktian yang ia miliki itu.▼
▲Jayadrata nama sesungguhnya adalah '''Arya Tirtanata''' atau '''Bambang Sagara'''. Arya Tirtanata kemudian dinobatkan sebagai raja [[Kerajaan Sindhu|negara Sindu]], dan bergelar Prabu Sinduraja. Karena ingin memperdalam pengetahuannya dalam bidang tata pemerintahan dan tata kenegaraan, Prabu Sinduraja pergi ke negara Hastina untuk berguru pada Prabu [[Pandu|Pandu Dewanata]]. Untuk menjaga kehormatan dan harga diri, ia menukar namanya dengan nama patihnya, Jayadrata. Di negara Hastina Jayadrata bertemu dengan keluarga [[Kurawa]], dan akhirnya diambil menantu oleh Prabu [[Drestarastra]], dikawinkan dengan Dewi Dursilawati dan diangkat sebagai Adipati Banakeling. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama Arya Wirata dan Arya Surata.
▲Jayadrata gugur di tangan [[Arjuna]] di medan perang [[Bharatayuddha]] sebagai senapati perang [[Kurawa]]. Kepalanya terpangkas lepas dari badannya oleh panah sakti [[Pasopati]]
== Lihat pula ==
* [[Abimanyu]]
{{Tokoh Mahabharata}}
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
[[Kategori:Raja dalam mitologi Hindu]]
|