Srikandi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(19 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{TMH Infobox|
| Image = Srikandi-klShikhandi.jpgpng
| Caption = Ilustrasi Srikandi karya Warwick Goble (1943) dalam buku ''Indian Tales of the Great Ones Among Men, Women, and Bird-people''.
| Caption = Srikandi sebagai tokoh pewayangan Jawa.
| Image-size = 200px
| Kasta = kesatria
| Gelar = pangeran
| Ayah = [[Drupada]]
| Ibu = Persati{{br}}Gandawati (versi wayang)
| Tokoh = ''Mahabharata''
| Kitab = ''[[Mahabharata]]''
Baris 16 ⟶ 15:
| Asal = [[Kerajaan Panchala]]
| Tempat = [[Kampilya]], [[Kerajaan Panchala]]
| Saudara= [[Drestadyumna]], [[Dropadi]], [[Satyajit]]
}}
'''Srikandi''' {{Sanskerta|शिकण्ढी|Śikhaṇḍī}} adalah salah satu tokoh [[androgini]] dalam [[wiracarita]] dari [[India]], yaitu ''[[Mahabharata]]''. Dalam kisah, ia merupakan putri Raja [[Drupada]] dengan Dewidan GandawatiPersati dari [[Kerajaan Panchala]]. Dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' bagian awal (''[[Adiparwa]]'') dan ''[[Udyogaparwa]]'' dijelaskan bahwa ia merupakan penitisan[[reinkarnasi]] putri [[kerajaan Kasi]] bernama [[Amba]], yang tewasmeninggal karenadengan dipanahhati olehpenuh dendam kepada [[Bisma]], pangeran [[kerajaanDinasti HastinapuraKuru]]. Kemudian jiwa dewi Amba terlahir kembali sebagai seoranganak wanitaperempuan Drupada. Namun karena sabda [[dewata]], ia diasuh sebagai laki-laki. Versi lain menceritakan bahwa ia bertukar kelamin dengan [[yaksa]] (makhluk gaib).<ref name="mbh online"/><ref name="urday"/>

Dalam versi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] terjadiyang halmengadaptasi ''Mahabharata'' terkandung cerita yang hampir sama,. tetapiNamun dalam pewayangan Jawa dikisahkan bahwa ia menikahi [[Arjuna]] dan ini merupakan perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kisah ''[[Mahabharata]]'' versi [[India]].
 
== Etimologi ==
Nama ''Srikandi'' merupakan versi Indonesia dari ''Śikhaṇḍin'' dalam [[bahasa Sanskerta]]. Bentuk femininnya adalah ''Śikhaṇḍinī''. Secara [[harfiah]], kata ''Śikhandin'' atau ''Śikhandini'' berarti "memiliki rumbai-rumbai" atau "yang memiliki jambul".
 
== RiwayatKehidupan sebelumnya ==
DiDalam kitab ''[[Mahabharata]]'', pada kehidupan sebelumnya, Srikandi terlahir sebagai wanita bernama [[Amba]]. Kisah mengenai Amba dimuat dalam ''Mahabharata'' jilid pertama, yaitu ''[[Adiparwa]]'', dan dalam ''Mahabharata'' jilid kelima, ''[[Udyogaparwa]]''. Dalam ''Adiparwa'' diceritakan bahwa [[Bisma]]—pangeran dari [[Hastinapura]], ibukota [[Kerajaan Kuru]]—memboyong Amba dari suatu [[sayembara]] di [[Kerajaan Kasi]], tanpauntuk mengetahuidinikahkan bahwakepada [[Wicitrawirya]], adik tirinya. Sesampainya di Hastinapura, Amba mengaku bahwa ia sudah memilih Raja Salwa sebagai calon suaminya. Karena Bisma tidak ingin Amba menikah secara terpaksa, maka ia memulangkan Amba agar dapat menikah dengan Raja Salwa. Namun Raja Salwa yang merasa harga dirinya terinjak oleh Bisma tidak mau menikahi Amba. Amba pun kembali ke kediaman Bisma agar dinikahi, tetapi Bisma menolaknya karena bersumpah untuk hidup membujang selamanya. Karena merasa terhina, Amba memutuskan untuk berdoa kepada para dewa agar memperoleh cara untuk membunuh Bisma.
 
Amba kembali ke kediaman Bisma agar dinikahi, tetapi Bisma menolaknya karena bersumpah untuk hidup membujang selamanya. Karena merasa terhina, Amba membujuk para kesatria di [[Bharatawarsha]] agar membantunya menundukkan Bisma, tetapi tidak ada seorang kesatria pun yang berani melakukannya. Amba pun memohon bantuan [[Parasurama]], salah satu guru Bisma. Namun Parasurama tidak mampu untuk memaksa Bisma menikahi Amba, walau menempuh jalur kekerasan sekalipun. Akhirnya Amba memutuskan untuk berdoa kepada para dewa agar memperoleh cara untuk membunuh Bisma.<ref name ="SacredTexts">http://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01068.htm</ref>
Menurut ''Mahabharata'' yang ditulis ulang C. Rajagopalachari, Dewa [[Kartikeya|Subramanya]] memberikannya puspamala dan bersabda bahwa orang yang bersedia memakainya akan menjadi pembunuh Bisma. Amba pun mencari orang yang bersedia memakainya, tetapi tidak ada yang berani meskipun ada jaminan keberhasilan dari sang dewa. Setelah ditolak berbagai kesatria, akhirnya Amba tiba di istana Raja [[Drupada]], dan mendapatkan hasil yang sama. Dengan putus asa, Amba melemparkan puspamala tersebut ke atas gerbang istana dan tidak ada yang berani menyentuhnya. Setelah itu Amba pergi dan berdoa dengan keinginan untuk menjadi penyebab kematian Bisma. Keinginannya terpenuhi sehingga akhirnya Amba be[[reinkarnasi]] menjadi Srikandi.
 
Menurut ''Mahabharata'' yang ditulis ulang [[C. Rajagopalachari]], Dewa [[Kartikeya|Subramanya]] memberikannya [[puspamala]] dan bersabda bahwa orang yang bersedia memakainya akan menjadi pembunuh Bisma. Amba pun mencari orang yang bersedia memakainya, tetapi tidak ada yang berani meskipun ada jaminan keberhasilan dari sang dewa. Setelah ditolak berbagai kesatria, akhirnya Amba tiba di istana Raja [[Drupada]], dan mendapatkan hasil yang sama. Dengan putus asa, Amba melemparkan puspamala tersebut ke atas gerbang istana dan tidak ada yang berani menyentuhnya.<ref>{{cite Setelahbook itu|last=Rajagopalachari Amba|first=Raja pergi|date=1951 dan|title=Mahabharata berdoa|url=https://archive.org/details/mahabharta00craj|publisher=Bharatiya denganVidya keinginanBhavan untuk menjadi penyebab kematian Bisma|page=[https://archive.org/details/mahabharta00craj/page/22 Keinginannya terpenuhi sehingga akhirnya Amba be[[reinkarnasi22]] menjadi Srikandi.}}</ref>
Saat Srikandi masih muda, ia mendapati sebuah puspamala tergantung di atas gerbang istananya. Ia pun mengalungkan puspamala tersebut di lehernya. Drupada takut bahwa Srikandi akan menjadi musuh Bisma sehingga ia mengusir Srikandi agar kemarahan Bisma tidak berdampak pada kerajaannya. Di tengah hutan, Srikandi berdoa dan berganti jenis kelamin menjadi laki-laki.<ref name="mbh online">{{citation| url = http://www.mahabharataonline.com/rajaji/mahabharata_summary_5.php | author = Rajaji | chapter = Amba and Bhishma | title = Mahabharata Summary | publisher = Mahabharata Online}}</ref> Menurut versi lain, ia kabur dari [[Kerajaan Panchala|Panchala]], lalu bertemu seorang [[yaksa]] yang kemudian menukar jenis kelaminnya kepada Srikandi. Setelah kematiannya, kejantanannya dikembalikan kembali kepada [[yaksa]].<ref name="shikhandi">{{citation| url = http://www.mahabharataonline.com/stories/mahabharata_character.php?id=94 | chapter = Story of Shikhandi | title = Characters/Persons from ''Mahabharata'' | publisher = Mahabharata Online}}</ref>
 
Dari istana Drupada, Amba pergi dan berdoa kepada [[Dewa Siwa]] dengan keinginan untuk menjadi penyebab kematian Bisma. Permohonan Amba dikabulkan oleh sang dewa. Namun, sebagai wanita yang tidak pernah mengenyam pelatihan militer, Amba pun bertanya kepada Siwa tentang cara untuk membunuh Bisma. Dewa Siwa menjawab bahwa pembunuhan itu tidak terjadi pada kehidupan Amba saat itu, melainkan pada kehidupan Amba yang selanjutnya. Sang dewa berkata bahwa Amba akan bereinkarnasi menjadi orang yang menyebabkan kematian Bisma. Setelah mendengar jawaban sang dewa, dengan percaya diri Amba mencabut nyawanya sendiri.<ref name=" Pattanaik">Pattanaik, Devdutt. Shikhandi and Other Tales They Don't Tell You. N.p.: n.p., n.d. Print</ref> Amba pun terlahir sebagai Srikandi, anak Raja Drupada.
=== Perang Kurukshetra ===
 
[[Berkas:Bhishma refuses to fight with Shikandi.jpg|ka|300px|jmpl|Ilustrasi dari kitab ''Mahabharata'' terbitan Gorakhpur Geeta Press—ditulis ulang oleh Ramanarayanadatta Astri—menggambarkan [[Bisma]] (kiri) menolak untuk bertarung melawan Srikandi, sementara [[Kresna]] dan [[Arjuna]] menyaksikan dari dekat.]]
== Gender ==
Saat [[perang Kurukshetra]], [[Bisma]] sadar bahwa Srikandi adalah reinkarnasi [[Amba]], dan terlahir sebagai seorang wanita. Oleh karena Bisma tidak ingin menyerang "seorang wanita", maka ia menjatuhkan senjatanya.<ref name="mbh online"/> Setelah tahu bahwa Bisma akan bersikap demikian terhadap Srikandi, [[Arjuna]] bersembunyi di belakang Srikandi dan menyerang Bisma dengan tembakan panah penghancur. Maka dari itu, hanya dengan bantuan Srikandi, Arjuna dapat memberikan pukulan mematikan kepada Bisma, yang sebenarnya tak terkalahkan sampai akhir.<ref name="mbh online"/><ref name="shikhandi"/> Akhirnya Srikandi dibunuh oleh [[Aswatama]] pada hari ke-18 [[Bharatayuddha]].
[[File:Srikandi - warrior princess from Epic Mahabharata.jpg|thumb|Tokoh Srikandi yang diperankan dalam ''[[jatra (teater)|jatra]]'', seni pertunjukan dari [[Benggala]], [[India]].]]
Dalam ''[[Mahabharata]]'', Srikandi merupakan sosok yang bersifat [[androgini]]. Kisah tentang penentuan [[gender]]nya terjadi dalam berbagai versi. Dalam suatu versi dikisahkan bahwa saat Srikandi masih muda, ia mendapati sebuah puspamala (pemberian [[Amba]]) tergantung di atas gerbang istananya. Puspamala tersebut merupakan anugerah dewa yang membuat pemakainya menjadi penyebab kehancuran [[Bisma]]. Srikandi yang masih teringat akan [[reinkarnasi]]nya pun mengalungkan puspamala tersebut di lehernya. Melihat hal itu, [[Drupada]] cemas bahwa Srikandi akan menjadi musuh Bisma sehingga ia mengusir Srikandi agar kerajaannya tidak ikut menjadi musuh Bisma. Di tengah hutan, Srikandi berdoa dan berganti jenis kelamin menjadi laki-laki.<ref name="mbh online">{{citation| url = http://www.mahabharataonline.com/rajaji/mahabharata_summary_5.php | author = Rajaji | chapter = Amba and Bhishma | title = Mahabharata Summary | publisher = Mahabharata Online}}</ref>
 
Menurut versi lain, ia kabur dari [[Kerajaan Panchala|Panchala]], lalu bertemu seorang [[yaksa]] yang kemudian menukar jenis kelaminnya kepada Srikandi. Dikisahkan bahwa saat belum dikaruniai keturunan, Raja [[Drupada]] melakukan pengembaraan ke hutan. Di sana ia mendapati seorang bayi perempuan. Saat dipungut, suara gaib menggema dari angkasa dan menyuruh agar Drupada mengasuh bayi tersebut selayaknya laki-laki. Anak tersebut pun diberi nama Srikandi. Saat dewasa, Srikandi dinikahkan dengan putri Raja [[kerajaan Dasharna|Dasharna]]. Namun sang putri mengadu kepada ayahnya bahwa Srikandi yang ia nikahi ternyata seorang wanita. Saat sang raja bertindak untuk memastikan kebenarannya, Srikandi panik lalu kabur ke hutan. Di sana ia bertemu [[yaksa]] yang bersedia bertukar jenis kelamin dengannya. Raja Yaksa pun mengetahui hal tersebut, lalu ia mengutuk agar yaksa tersebut tetap menjadi perempuan sampai Srikandi meninggal dunia.<ref name="urday">[http://www.urday.in/satyavati.htm MAHABHARAT: The king of Kashi's three beautiful daughters, Amba, Ambika and Ambalika] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120812010534/http://www.urday.in/satyavati.htm|date=12 August 2012}}</ref> Dalam berbagai versi, perubahan gender menyebabkan Srikandi menjadi [[orang kasim]]; dalam versi lain tidak demikian.<ref>Gāḍīta, Jayanta. Shikhandi. Ahmedabad: Parshwa, 1990. Print.</ref>
 
Dalam beberapa versi, Amba memang dilahirkan sebagai laki-laki yang bernama Srikandi. Kadangkala diceritakan sebagai lelaki tulen, kadangkala sebagai [[orang kasim]]. Dalam versi yang lain, Srikandi memang seorang laki-laki tetapi berstatus [[transgender]], karena anugerah Siwa yang menyebabkan Amba akan tetap teringat akan kehidupan sebelumnya.<ref name="Pattanaik"/>
 
Dalam ''Mahabharata'' terjemahan [[Kisari Mohan Ganguli]], dan kompilasi Chatahurdi, Srikandi memiliki seorang putra bernama Kesatradewa.<ref>http://www.sacred-texts.com/hin/m08/m08006.htm</ref>
 
=== Perang Kurukshetra ===
[[Berkas:Kripa and shikhandi.jpg|ka|300px|jmpl|Ilustrasi dari naskah kitab ''Mahabharata'' berbahasa Sanskerta, menggambarkan pertarungan [[Krepa]] (kiri) melawan Srikandi.]]
Saat [[perang Kurukshetra]], yang merupakan konflik utama wiracarita ''Mahabharata'', [[Bisma]] berperang di pihak [[Korawa]], sementara Srikandi di pihak [[Pandawa]]. Sebelumnya, dalam kitab ''[[Udyogaparwa]]'' (kisah persiapan perang Kurukshetra) Bisma berkata di hadapan para Korawa bahwa Srikandi adalah reinkarnasi [[Amba]], dan terlahir sebagai seorang wanita. Sebelum pertempuran hari ke-10, para Pandawa datang menemui Bisma pada malam hari untuk mencari tahu kelemahannya. Bisma berkata bahwa ia enggan bertarung dengan seorang wanita, atau seseorang yang namanya seperti wanita. Di samping itu, ia selalu menjauh dari medan tempur setiap Srikandi mendekatinya. Setelah tahu bahwa Bisma akan bersikap demikian terhadap Srikandi, [[Arjuna]] mengambil siasat untuk bersembunyi di belakang Srikandi dan menyerang Bisma dengan tembakan panah penghancur.<ref name="mbh online"/>
 
Pada pertempuran hari ke-10, banyak kesatria dari laskar [[Korawa]] yang menyerang dan melukai Srikandi, beberapa di antaranya juga menghadang kelima [[Pandawa]]. [[Drona]] menghadang [[Arjuna]], [[Duryodana]] menghadang [[Bhima|Bima]], [[Salya]] menghadang [[Yudistira]], [[Daftar tokoh Mahabharata|Wrekasura]] menghadang [[Nakula]], dan [[Uluka]] menghadang [[Sadewa]]. Pertama-tama, [[Aswatama]] menyerang Srikandi tetapi [[Drupada]] menangkisnya, lalu [[Dursasana]] menyerang Srikandi tetapi [[Drestadyumna]] meladeninya. Terakhir, [[Sangkuni]] menyerang dan menusuk Srikandi tetapi [[Wirata]] menghentikannya. Kemudian, Srikandi yang terluka akhirnya naik ke kereta perang Arjuna. Bersama-sama, mereka melaju ke arah Bisma. Melihat Srikandi muncul di hadapannya, Bisma menurunkan senjata, lalu Arjuna yang bersembunyi di belakang Srikandi segera melepaskan serangan panah bertubi-tubi. Maka dari itu, hanya dengan bantuan Srikandi, Arjuna dapat memberikan pukulan mematikan kepada Bisma, yang sebenarnya tak terkalahkan sampai akhir.<ref name="mbh online"/><ref name="shikhandi"/>
 
== Kematian ==
Dalam wiracarita ''Mahabharata'', dikisahkan bahwa Srikandi terus bertahan sampai perang diakhiri pada hari ke-18, yang ditandai dengan kekalahan [[Duryodana]] dalam [[perang tanding]] melawan [[Bhima|Bima]]. Sebelum mati, Duryodana mengangkat [[Aswatama]] sebagai pemimpin sisa prajurit Korawa, untuk melancarkan serangan balas dendam ke kubu Pandawa. Dalam kitab ''[[Sauptikaparwa]]'', diceritakan bahwa Aswatama melakukan [[gerilya]] pada saat laskar Pandawa sedang tidur, dan berhasil membunuh banyak kesatria. Setelah [[Drestadyumna]], [[Yudamanyu]], [[Utamoja]], dan [[Pancakumara|lima putra]] [[Dropadi]] terbunuh, Srikandi menyerang Aswatama dengan panah. Namun Aswatama yang dianugerahi kekuatan oleh [[Siwa]] mampu melakukan serangan balik, dan memotong tubuh Srikandi menjadi dua bagian dengan pedangnya.<ref>{{citation|url=https://www.sacred-texts.com/hin/m10/m10008.htm| title=The Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa| publisher=Sacred-Text.com| author=Kisari Mohan Ganguli| chapter=Sauptika Parva. Section 8.}}</ref> Menurut salah satu versi, setelah kematiannya, kejantanannya dikembalikan kepada [[yaksa]].<ref name="shikhandi">{{citation| url = http://www.mahabharataonline.com/stories/mahabharata_character.php?id=94 | chapter = Story of Shikhandi | title = Characters/Persons from ''Mahabharata'' | publisher = Mahabharata Online}}</ref>
 
== Pewayangan Jawa ==
|[[Berkas:Sikandi, CaptionKITLV =36C99 (cropped).tiff|jmpl|Srikandi sebagai tokoh pewayangan Jawa.]]
Dalam lakon [[pewayangan]] [[Jawa]] yang mengadaptasi naskah ''[[Mahabharata]]'', dikisahkan bahwa Srikandi lahir karena keinginan kedua orangtuanya, yaitu orangtuanya—[[Drupada|Prabu Drupada]] dan Dewi Gandawati, menginginkanGandawati—menginginkan kelahiran seorang anak dengan normal. Kedua kakaknya, kakaknya—[[Dropadi|Dewi Dropadi]] dan [[Drestadyumna]], dilahirkan—dilahirkan melalui puja semadi. Dropadi dilahirkan dari bara api pemujaan, sementara asap api itu menjelma menjadi Drestadyumna.
 
Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. KepandaiannyaKepandaian tersebut didapatnya ketika ia berguru pada [[Arjuna]], yang kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan tersebut ia tidak memperoleh seorang putra.
 
Dewi Srikandi menjadi suri teladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang [[Bharatayuddha]], Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang [[Pandawa]] menggantikan Resi [[Sweta|Seta]], kesatria [[Kerajaan Wirata|Wirata]] yang telah gugur untuk menghadapi [[Bisma]], senapati agung balatentara [[Korawa]]. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan [[Amba|Dewi Amba]], putri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang dendam kepada Bisma.
Dewi Srikandi sangat gemar dalam olah keprajuritan dan mahir dalam mempergunakan senjata panah. Kepandaiannya tersebut didapatnya ketika ia berguru pada [[Arjuna]], yang kemudian menjadi suaminya. Dalam perkawinan tersebut ia tidak memperoleh seorang putra.
 
Dewi Srikandi menjadi suri teladan prajurit wanita. Ia bertindak sebagai penanggung jawab keselamatan dan keamanan kesatrian Madukara dengan segala isinya. Dalam perang [[Bharatayuddha]], Dewi Srikandi tampil sebagai senapati perang [[Pandawa]] menggantikan Resi Seta, kesatria [[Kerajaan Wirata|Wirata]] yang telah gugur untuk menghadapi [[Bisma]], senapati agung balatentara [[Korawa]]. Dengan panah Hrusangkali, Dewi Srikandi dapat menewaskan Bisma, sesuai kutukan [[Amba|Dewi Amba]], putri Prabu Darmahambara, raja negara Giyantipura, yang dendam kepada Bisma. Dalam akhir riwayat Dewi Srikandi diceriterakan bahwa ia tewas dibunuh [[Aswatama]] yang menyelundup masuk ke keraton [[Hastinapura|Astina]] setelah berakhirnya perang Bharatayuddha.
 
== Lihat pula ==
{{commons|Category:Srikandi|Srikandi}}
* [[Amba]]
* [[Bisma]]
 
== Referensi ==
{{reflist|2}}
 
{{Tokoh Mahabharata}}