Gandari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
 
(14 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{TMH Infobox
| Image = Vyas ki vardhanGandhari.jpg
|Caption = Ilustrasi Resi [[Byasa]] memberikan restu kepada Gandari.
|Nama = Gandari
|Devanagari = गांधारी
Baris 16 ⟶ 15:
|Suami = [[Dretarastra]]
}}
'''Gandari''' {{Sanskerta|गांधारी|Gāndhārī}} adalah nama seorang tokoh dalam [[wiracarita]] [[Hindu]], ''[[Mahabharata]]''. Ia merupakan putri Subala, Raja [[Gandhara]] (pada masa sekarang disebut [[Kandahar]], yaitu wilayah yang meliputi [[Pakistan]] barat daya dan [[Afganistan]] timur), dan namanya secara [[harfiah]] berarti "perempuan [dari] Gandhara". Gandari menikahi [[Dretarastra]], pangeran tertua di [[Kerajaan Kuru]]. Semenjak bersuami, Gandari sengaja menutup matanya sendiri agar tidak bisa menikmati keindahan dunia karena ingin mengikuti jejak suaminya.<ref name="Ganguli">Ganguli, Kisari Mohan. The Mahabharata of Krishna-Dwaipayana Vyasa Translated into English Prose by Kisari Mohan Ganguli. N.p.: n.p., n.d. Web.</ref> ''Mahabharata'' mendeskripsikannya sebagai wanita cantik dan mulia, serta istri yang berbakti.
 
== Kehidupan awal dan pernikahan ==
Baris 24 ⟶ 23:
Menurut kitab ''[[Mahabharata]]'', Gandari dijodohkan kepada [[Dretarastra]], pangeran sulung dari [[Hastinapura]], ibu kota [[Kerajaan Kuru]], sebuah wilayah yang kini merupakan [[Delhi]] dan [[Haryana]]. Pernikahannya direncanakan oleh [[Bisma]]. Ketika ia mengetahui bahwa calon suaminya adalah orang yang [[buta]], ia ikut menutup matanya sendiri agar merasakan kondisi yang sama dengan suaminya. Perasaannya saat menikahi orang buta tidak diuraikan dalam [[wiracarita]]. Dalam kisah populer dikatakan bahwa tindakan menutup mata sendiri merupakan pertanda dedikasi dan cinta. Sebaliknya, [[Irawati Karve]] dan beberapa cendekiawan mengulas bahwa tindakan menutup mata merupakan aksi protes kepada [[Bisma]], yang telah mengintimidasi Raja Gandhara agar menikahkan putrinya kepada pangeran buta dari [[Hastinapura]].<ref>[[Irawati Karve]], [[Yuganta: The End of an Epoch]], Chapter:3</ref>
 
SaatDalam kitab ''Mahabharata'' bagian ''[[Adiparwa]]'' bab ''Sambhawaparwa'', dikisahkan bahwa saat masih gadis, Gandari membuat Dewa [[Siwa]] terkesan akan tapa brata yang dilakukannya, dan menerima anugerah berupa 100 orang anak. Namun alasan ia melakukan tapa brata, serta alasan meminta anugerah tersebut, tidak dijelaskan lebih rinci. Salah satu alasan Bisma memilih Gandari sebagai menantu pertama Dinasti Kuru adalah adanya anugerah tersebut, sehingga menghapus kerisauannya akan masalah ketiadaan penerus takhta kerajaan.<ref>{{citation | url=https://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01111.htm | title=The Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa, Book 1: Adi Parva | chapter=Shambava Parva. Section CX | author=Kisari Mohan Ganguli | year=1883–1896 | accessdate=2020-09-25 | archive-date=2022-12-03 | archive-url=https://web.archive.org/web/20221203081554/https://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01111.htm | dead-url=no }}</ref>
 
Kitab ''[[Mahabharata]]'' menguraikan pernikahannya sebagai awal dari konflik utama cerita. Dikisahkan bahwa [[Sangkuni]], adik Gandari merasa gusar karena pihak [[Hastinapura]]—setelah perang penaklukkan Gandhara yang menewaskan saudara-saudara Sangkuni—akhirnya menjodohkan putri negeri taklukannya dengan orang buta. Sangkuni pun bersumpah untuk menghancurkan [[Dinasti Kuru]] (keluarga raja Hastinapura), serta berperan sebagai provokator dalam konflik antara [[Korawa]] (para putra [[Dretarastra]]) dan [[Pandawa]] (para putra [[Pandu]]).<ref>{{Cite web|title=The Mahabharata, Book 1: Adi Parva: Sambhava Parva: Section CX|url=https://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01111.htm|access-date=2020-09-01|website=www.sacred-texts.com|archive-date=2022-12-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20221203081554/https://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01111.htm|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite web|last=varunthelannister|date=2019-05-17|title=Why Shakuni Wanted To Destroy Hastinapur - Was It Love For His Sister or Something More?|url=https://www.bonobology.com/was-it-love-for-his-sister-that-drove-shakuni-to-destroy-hastinapur/|access-date=2020-09-01|website=Bonobology.com|language=en-US|archive-date=2023-06-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230605061321/https://www.bonobology.com/was-it-love-for-his-sister-that-drove-shakuni-to-destroy-hastinapur/|dead-url=no}}</ref>
 
[[Dretarastra]] ditangguhkan sebagai penerus takhta karena kebutaan yang dideritanya, meskipun merupakan putra sulung, sehingga penerus takhta jatuh kepada [[Pandu]], adiknya. Setelah dikutuk oleh Resi [[Kindama]], Pandu memakzulkan diri dan berkhalwat bersama dua istrinya. Setelah itu, Dretarastra menjabat sebagai penjabat takhta Hastinapura, sehingga Gandari menjadi permaisuri.<ref>{{citebook |title= [[Yuganta: The End of an Epoch]] |page=29 |author= Irawati Karve}}</ref>
 
== Ibu para Korawa ==
[[File:Gandhari - Nandalal Bose (enhanced).jpg|thumb|Lukisan Gandari dan [[Kunti]] (kanan) karya Nandalal Bose (1919).]]
[[Berkas:Gandhari_reprimands_Duryodhana.jpg|jmpl|Ilustrasi Gandari memarahi [[Duryodana]], kisah dari buku ''Mahabharata'' ke-5 (''[[Udyogaparwa]]'') terbitan Gorakhpur Geeta Press, [[India]].]]
Dalam kitab ''[[Mahabharata]]'' disebutkan bahwa Gandari melahirkan seratus putra (secara keseluruhan dikenal sebagai [[Korawa]]) dan seorang putri bernama [[Dursala]], yang kemudian menikahi [[Jayadrata]], Raja [[kerajaan Sindhu|Sindhu]].
 
Sebelum memiliki putra, dikisahkan bahwa pada saat hamil, ia merasa iri dengan iparnya, [[Kunti]] yang sudah memiliki anak, sedangkan ia sendiri belum dikaruniai anak. Pada saat [[persalinan]], yang keluar dari rahimnya bukan bayi, melainkan sebongkah daging. Gandari kemudian bersujudmeminta padabantuan kepada [[Byasa]], seorang [[resi]] sakti—masihsakti (masih memiliki hubungan keluarga dengan [[Dinasti Kuru]]—yang) yang telah meramalkan bahwa ia akan memiliki seratus anak. Lalu Byasa kemudian membelah-belah daging tersebut menjadi seratus potong, dankemudian dimasukkan ke dalam guci kemudiandan dikubur selama setahun. Setelah guci-guci tersebut digali kembali, dari setiap potongan daging itu kemudian tumbuh seorang anak, yang kemudian menjadi Korawa.<ref name="sacredtext">{{cite book|title=The Mahabharata, Book : Adi Parva:Sambhava Parva : Section:CXV|publisher=Sacred-texts.com}}</ref>
 
Di antara Korawa, yang terkemuka adalah [[Duryodana]] dan [[Dursasana]], tokoh antagonis dalam ''[[Mahabharata]]''; dalam kitab ''[[Bhismaparwa]]'' sampai ''[[Salyaparwa]]'', dikisahkan bahwa mereka semua (kecuali Duryodana) terbunuh setelah melawan sepupu mereka di medan perang [[Kurukshetra]], sedangkan Duryodana terbunuh di tangan [[Bima (Mahabharata)|Bima]] dalam sebuah [[duel]] yang mengakhiri perang.
Baris 41 ⟶ 40:
 
== Anugerah Gandari ==
Pada saat perang antara seratus [[Korawa]] dan lima [[Pandawa]] berkecamuk di [[Kurukshetra]], satu per satu putra Gandari gugur dalam pertempuran, hingga akhirnya hanya [[Duryodana]] yang tersisa. Takut akan kehancuran keturunannya, Gandari memberi anugerah kepada Duryodana agar putranya tersebut mendapat kekebalan terhadap berbagai serangan musuh. Ia menyuruh Duryodana mandi dan setelah itu datang menemui ibunya dalam keadaan telanjang. Pada saat Duryodana pergi untuk menemui ibunya, ia berpapasan dengan [[Kresna]] yang baru saja mengunjungi Gandari. Kresna mencemooh Duryodana yang tak tahu malu karena mau menghadap ibunya sendiri dalam keadaan telanjang. Oleh karena itu, Duryodana mengambil kain dan menutupi wilayah kemaluannya, termasuk paha. Setelah itu ia pergi menemui ibunya.<ref>{{citejournal |title= Gandhari, the Rebel |publisher= Economic and Political Weekly
|volume= 29 |page=1517-1519}}</ref>
 
Suatu [[interpolasi]] kisah tradisional—tidak terdapat dalam naskah ''[[Mahabharata]]'' gubahan [[Byasa]] yang ber[[bahasa Sanskerta]]—mengandung cerita bahwa Gandari pernah membuka penutup matanya, dan itu dilakukannya sekali saja demi melihat Duryodana.<ref>{{Cite web |url=https://mahabharataonline.com/stories/mahabharata_character.php?id=53 |title=The Story of Gandhari |access-date=2020-11-18 |archive-date=2020-11-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20201117133921/https://mahabharataonline.com/stories/mahabharata_character.php?id=53 |dead-url=unfit }}</ref> Cerita tersebut berkaitan erat dengan [[perang Kurukshetra]], sebuah [[klimaks]] dari wiracarita ''Mahabharata''.
Ketika [[Duryodana]] tiba, Gandari langsung membuka penutup matanya dan melihat Duryodana. Pada saat matanya terbuka, sinar ajaib muncul dan memberi kekuatan kepada Duryodana. Namun ketika ia mengetahui bahwa putranya menutupi wilayah kemaluannya termasuk paha, Gandari mengatakan bahwa wilayah tersebut tidak akan kebal oleh serangan musuh karena tidak mendapat siraman kekuatan. Saat pertempuran di hari terakhir, prediksi Gandari menjadi kenyataan. Pada saat Duryodana bertarung dengan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] pada pertempuran pada hari kedelapan belas, Duryodana gugur perlahan-lahan karena pahanya yang tidak kebal dihantam oleh gada Bima.<ref>{{citebook |title= Mahabharata Book 9 |volume= Shalya Parva |section= 60-61}}</ref>
 
PadaDikisahkan bahwa pada saat perang antara seratus [[Korawa]] dan lima [[Pandawa]] berkecamuk di [[Kurukshetra]], satu per satu putra Gandari gugur dalam pertempuran, hingga akhirnya hanyatetapi [[Duryodana]] yangselaku putra sulung masih mampu tersisabertahan. TakutKarena akantidak kehancuraningin keturunannyakehilangan seluruh putranya, maka Gandari memberi anugerah kepada Duryodana agar putranya tersebut mendapat kekebalan terhadap berbagai serangan musuh. Ia menyuruh Duryodana mandi dan setelah itu datang menemui ibunya dalam keadaan telanjang. Pada saat Duryodana pergi untuk menemui ibunya, ia berpapasan dengan [[Kresna]] yang baru saja mengunjungi Gandari. Kresna mencemooh Duryodana yang tak tahu malu karena mau menghadap ibunya sendiri dalam keadaan telanjang. Oleh karena itu, Duryodana mengambil kain dan menutupi wilayah kemaluannya menggunakan daun, termasuk paha. Setelah itu ia pergi menemui ibunya.<ref>{{citejournal |title= Gandhari, the Rebel |publisher= Economic and Political Weekly
|volume= 29 |page=1517-1519}}</ref> Ketika [[Duryodana]] tiba, Gandari langsung membuka penutup matanya dan melihat Duryodana. Pada saat matanya terbuka, sinar ajaib muncul dan memberi kekuatan kepada Duryodana. Namun ketika ia mengetahui bahwa putranya menutupi wilayah kemaluannya termasuk paha, Gandari mengatakan bahwa wilayah tersebut tidak akan kebal oleh serangan musuh karena tidak mendapat siraman kekuatan. Meskipun bagian cerita ini tidak terkandung dalam naskah ''[[Mahabharata]]'' gubahan [[Byasa]], tetapi cukup populer dalam adaptasi ''Mahabharata'' masa kini, contohnya dalam seri ''Mahabharata'' B.R. Chopra.<ref>{{citation|url=https://www.timesnownews.com/spiritual/religion/article/mahabharat-shri-krishna-nitish-bhardwaj-puneet-issar-duryodhan-bhim-praveen-kumar/590568|title=Why Gandhari removed her blindfold to see Duryodhana before his fight with Bhim on war's last day|date=12 Mei 2020|access-date=17 November 2020|publisher=Times Now News|author=Times Now Digital|archive-date=2023-06-09|archive-url=https://web.archive.org/web/20230609085003/https://www.timesnownews.com/spiritual/religion/article/mahabharat-shri-krishna-nitish-bhardwaj-puneet-issar-duryodhan-bhim-praveen-kumar/590568|dead-url=no}}</ref>
 
Dalam ''[[Sauptikaparwa]]'' diceritakan bahwa menjelang perang berakhir, seluruh adik Duryodana telah gugur, kecuali [[Yuyutsu]] (adik seayah, beda ibu) dan [[Dursala]] (adik perempuan). Akhir perang ditentukan melalui duel antara Duryodana melawan [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]], dengan menggunakan senjata [[gada]]. Setelah pahanya yang tidak kebal dihantam oleh gada Bima, maka Duryodana roboh seketika. Ia mati secara perlahan dalam keadaan lumpuh dan berlumuran darah.<ref>{{citebook |title= Mahabharata Book 9 |volume= Shalya Parva |section= 60-61}}</ref>
 
== Kutukan Gandari ==
[[Berkas:Dhrutarastra Lamenl.jpg|jmpl|Ratapan Gandari, suami, dan kerabatnya. Ilustrasi dalam ''Mahabharata'' oleh Romesh Chunder Dutt (1899).]]
Setelah''[[Striparwa]]'' mengandung bagian cerita ratapan para janda dan ibu dari kesatria yang gugur. Dalam parwa tersebut dikisahkan bahwa setelah [[perang Kurukshetra|pertempuran besar]] di [[Kurukshetra]] berakhir, Gandari meratapi kematian seratus putra-putranya. Gandari menghujat [[Kresna]] yang membiarkan perang berkecamuk. Ia juga menyalahkan [[Kresna]] yang tidak mampu mencegah peperangan dan tidak bisa mendamaikan kedua pihak. Kresna berkata bahwa kewajibannya adalah melindungi kebenaran, bukan mencegah peperangan. Kemudian Gandari mengutuk [[Kresna]], bahwa keluarga Kresna, yaitu bangsa [[Yadawa]] dan(klan klannya ([[Wresni]], dan [[Andaka]], Saineya) akan binasa karena saling membantai sesamanya. Kresna menerima kutukan tersebut dengan senyuman dan sadar bahwa orang Yadawa tidak akan terkalahkan kecuali oleh sesamanya.
 
Kisah kehancuran keluarga Kresna diceritakan dalam kitabparwa ''Mahabharata'' ke-16, yaitu ''[[Mosalaparwa]]''. DiDalam sanaparwa tersebut diceritakan bahwa 36 tahun setelah Gandari mengutuk Kresna, bangsa [[Yadawa]] dan(klan klannya ([[Wresni]], dan [[Andaka]], Saineya) melakukan pembantaian besar-besaran terhadap keluarga mereka sendiri di pantai Prabasa. Hanya [[Kresna]], [[Baladewa]], dan para wanita yang bertahan hidup. Setelah itu, kediaman orang Yadawa, yaitu [[Dwaraka]], tenggelam ke dalam lautan dan memusnahkan jejak mereka. [[Kresna]] dan [[Baladewa]] bertapa ke dalam hutan dan [[moksa]] di sana, sementara para wanita mengungsi ke [[Kurukshetra]].<ref name=kmg>[https://archive.org/stream/mahabharataofkri06royp#page/n3/mode/2up Stri Parva] The Mahabharata, Translated by Kisari Mohan Ganguli, Published by P.C. Roy (1889)</ref>
 
== Kematian ==
Setelah [[Pandawa]] memenangkan [[Perang Kurukshetra|pertempuran di Kurukshetra]], [[Yudistira]] mendapat restu untuk menjadi raja.
 
Dalam kitab ''[[Asramawasikaparwa]]'' diceritakan bahwa [[Dretarastra]] mulai menyadari umurnya yang tua dan memutuskan untuk mengembara sebagai pertapa ke dalam hutan di [[Himalaya]]. Gandari menemaininyapergi menemaninya, bersama dengan saudara dan iparnya, seperti [[Widura]], [[Kunti]], dan [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]]. Di sana, tubuh Dretarastra mengeluarkanmenjalani ritual api suci yang dikelilingi oleh Kunti, Gandari, dan Sanjaya. Namun angin membuat kobaran api membesar, lalu membakar hutan tempat mereka tinggal. Gandari, Kunti, dan saudara-saudaranyaDretarastra yang bertenaga lemah akhirnya meninggal ditelan api tersebut, sedangkan Sanjaya yang masih memiliki sisa tenaga mampu menyelamatkan diri.<ref>{{citation | url=https://www.sacred-texts.com/hin/m15/m15037.htm | author=Kisari Mohan Ganguli | title=The Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa, Book 15: Asramavasika Parva | chapter=Naradagamana-parva. Section XXXVII | publisher=Internet Sacred Text Archive | year=1883–1896 | accessdate=2020-11-18 | archive-date=2021-07-02 | archive-url=https://web.archive.org/web/20210702092119/https://sacred-texts.com/hin/m15/m15037.htm | dead-url=no }}</ref>
<!--
Dari pernikahannya dengan Dretarastra, mereka memiliki anak, antara lain Danurdara. Danurdara adalah salah satu dari kerabat [[Korawa|Sata Kurawa]]. Danurdara termasuk keluarga [[Korawa|Kurawa]] yang tidak terkenal dibandingkan saudara lainnya. Keberadaannya hampir tidak pernah ditemukan didalam cerita pedalangan, dan hanya sebagai tokoh pelengkap. Namun, ia mati dalam perang [[Baratayuda]] bersama para [[Korawa|Kurawa]] lainnya.
Baris 74 ⟶ 76:
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
[[Kategori:Ratu dalam mitologi Hindu]]
[[Kategori:Hinduisme di Afghanistan]]