Kesultanan Siak Sri Inderapura: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
FelixJL111 (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
k Penyebutan suku pedalaman |
||
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{bedakan|Kerajaan Inderapura}}
{{Infobox Former Country
| native_name = ﻛﺴﻠطﺎﻧﻦ سياك سري إندراڤورا
| conventional_long_name = Siak Sri
| common_name = Kesultanan Siak
| religion = [[Islam]]
Baris 9 ⟶ 8:
| image_coat = Lambang Kerajaan Siak.jpg
| symbol_type =
| p1 = Kerajaan Pagaruyung
| p2 = Kesultanan Johor
| s1 = Indonesia
| s2 =
| flag_p1 = Flag of Minang.svg
| flag_p2 = Flag of Johor.svg
| flag_s1 = Flag of Indonesia.svg
Baris 24 ⟶ 23:
| image_map = Sultanate_of_Siak_(1850).png
| image_map_caption = Kesultanan Siak pada 1850
| capital = Buantan,<br /> Mempura,<br /> Pekanbaru,<br /> Siak Sri
| common_languages = [[Bahasa Melayu|Melayu]]
| government_type = Monarki
Baris 40 ⟶ 39:
}}
{{Sejarah Indonesia}}
'''Kesultanan Siak Sri Inderapura''' adalah sebuah [[Kerajaan Melayu]] [[Islam]] yang pernah berdiri di
== Etimologi ==
Kata Siak Sri
Nama Siak, dapat merujuk kepada sebuah klan di kawasan antara [[Pakistan]] dan [[India]], ''[[Sihag]]'' atau ''Asiagh'' yang bermakna ''pedang''. Masyarakat ini dikaitkan dengan bangsa [[Asii]],<ref>{{cite book|title=The annals and antiquities of Rajastʾhan: or the central and ..., Volume 2|last=Tod|first=James|authorlink=|coauthors=|year=1899|publisher=Indian Publication Society|page=1010|url=http://books.google.co.in/books?ei=QfOgS9KvD4TylQSPvZD1CQ&cd=1&id=rjJLAAAAYAAJ&dq=Asiagh+james+tod&q=Asiagh+Asi }}</ref> masyarakat nomaden yang disebut oleh masyarakat [[Romawi]], dan diidentifikasikan sebagai ''Sakai'' oleh [[Strabo]], seorang penulis geografi dari [[Yunani]].<ref>Iaroslav Lebedynsky. (2006). ''Les Saces: Les «Scythes» d'Asie, VIIIe siècle av. J.-C. — IVe siècle apr. J.-C''. Editions Errance, Paris. ISBN 2-87772-337-2</ref> Berkaitan dengan ini pada sehiliran [[Sungai Siak]] sampai hari ini masih dijumpai
== Agama ==
Baris 52 ⟶ 51:
Walau telah menerapkan [[hukum]] Islam pada masyarakatnya, tetapi terdapat sedikit pengaruh [[Minangkabau]] dengan identitas [[matrilineal]]nya yang masih mewarnai tradisi masyarakat Siak. Dalam pembagian warisan, masyarakat Siak mengikut kepada hukum waris sebagaimana berlaku dalam Islam. Namun dalam hal tertentu, mereka menyepakati secara [[adat]] bahwa warisan dalam bentuk [[rumah]] hanya diserahkan kepada anak perempuan saja.<ref name="Luthfi"/>
== Masa
Membandingkan dengan catatan [[Tomé Pires]] yang ditulis antara tahun 1513-1515, [[Kabupaten Siak|Siak]] merupakan kawasan yang berada antara ''Arcat'' dan ''Indragiri'' yang disebutnya sebagai kawasan pelabuhan raja [[Minangkabau]],<ref>Cortesão, Armando, (1944), ''The Suma Oriental of Tomé Pires'', London: Hakluyt Society, 2 vols.</ref> kemudian menjadi [[vasal]] [[Kesultanan Melaka]] sebelum ditaklukkan oleh [[Portugal]]. Sejak jatuhnya [[Malaka]] ke tangan [[VOC]], [[Kesultanan Johor]] telah mengklaim Siak sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya. Hal ini berlangsung hingga kedatangan [[Abdul Jalil Syah dari Siak|Raja Kecil]] yang kemudian mendirikan Kesultanan Siak.<ref name="Andaya2"/>
Dalam [[Syair Perang Siak]], [[Raja Kecik|Raja Kecil]] putra [[Pagaruyung]], didaulat menjadi penguasa Siak atas mufakat masyarakat di [[Bengkalis]]. Hal ini bertujuan untuk melepaskan Siak dari pengaruh Kesultanan Johor.<ref name="Syair"/> Sementara dalam [[Hikayat Siak]], Raja Kecil disebut juga dengan ''sang pengelana'' pewaris Sultan Johor yang kalah dalam perebutan kekuasaan.<ref name="Barnard3"/> Berdasarkan korespondensi [[Indermasyah dari Suruaso|Sultan Indermasyah]] [[Yang Dipertuan Pagaruyung]] dengan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di [[Melaka]] saat itu, disebutkan bahwa [[Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I|Sultan Abdul Jalil]] merupakan saudaranya yang diutus untuk urusan dagang dengan pihak [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]].<ref>{{cite journal | last = Coolhaas| first = W.P. | year = 1964 | title = Generale Missiven der V.O.C.| journal = Journal of Southeast Asian History | volume =2 | issue = 7 | doi =10.1017/S0217781100003318 }}</ref> Kemudian Sultan Abdul Jalil dalam suratnya tersendiri yang ditujukan kepada pihak Belanda, menyebut dirinya sebagai ''Raja Kecil'' dari Pagaruyung, akan menuntut balas atas kematian [[Sultan Johor]].<ref>NA, VOC 1895, ''Malacca'', 30 Januari 1718, fols.55-6.</ref>
Baris 59 ⟶ 58:
Sebelumnya dari catatan [[Belanda]], dikatakan bahwa pada tahun 1674 telah datang utusan dari [[Johor]] meminta bantuan raja [[Minangkabau]] untuk berperang melawan raja [[Jambi]].<ref>Andaya, L.Y., (1971), ''The Kingdom of Johor, 1641-1728: a study of economic and political developments in the Straits of Malacca''. s.n.</ref> Dalam salah satu versi [[Sulalatus Salatin]], juga menceritakan tentang bagaimana hebatnya serangan [[Kesultanan Jambi|Jambi]] ke Johor (1673),<ref>Samad, A. A., (1979), ''[[Sulalatus Salatin]]'', Dewan Bahasa dan Pustaka.</ref> yang mengakibatkan hancurnya pusat pemerintahan Johor, yang sebelumnya juga telah dihancurkan oleh [[Portugal]] dan [[Kesultanan Aceh|Aceh]].<ref>Borschberg, P., (2004), ''Iberians in the Singapore-Melaka Area and Adjacent Regions (16th to 18th Century)'', Otto Harrassowitz Verlag, ISBN 3-447-05107-8.</ref><ref>Ricklefs, M.C., (2002), ''A History of Modern Indonesia Since C. 1200'', Stanford University Press, ISBN 0-8047-4480-7.</ref> Kemudian berdasarkan surat dari raja [[Jambi]], [[Ingalaga dari Jambi|Sultan Ingalaga]] kepada VOC pada tahun 1694, menyebutkan bahwa Sultan Abdul Jalil hadir menjadi saksi perdamaian dari perselisihan mereka.<ref>NA, VOC 1557, Jambi, 1 April 1694, fols.35-6.</ref>
Pada tahun 1718, Sultan Abdul Jalil berhasil menguasai [[Kesultanan Johor]]<ref name="Andaya2"/> sekaligus mengukuhkan dirinya sebagai Sultan Johor dengan gelar ''Yang Dipertuan Besar Johor''. Namun pada tahun 1722, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Raja Sulaiman anak Bendahara Johor, yang juga menuntut hak atas takhta Johor. Atas bantuan pasukan bayaran dari [[Suku Bugis|Bugis]], Raja Sulaiman kemudian berhasil mengkudeta takhta Johor, dan mengukuhkan dirinya menjadi penguasa Johor di [[Semenanjung Malaka]]. Sementara Sultan Abdul Jalil, pindah ke [[Bintan]] dan pada tahun 1723 membangun pusat pemerintahan baru di sehiliran [[Sungai Siak]] dengan nama ''Siak Sri
== Masa keemasan ==
Baris 76 ⟶ 75:
== Perdagangan ==
[[Berkas:Sultanate of Siak (1850).png|jmpl|kiri|250px|Kesultanan Siak dan taklukannya, 1850.]]
Kesultanan Siak Sri
of Coastal trade and Shipping in the Malay peninsula during the 17th and 18th centuries'', in: Mohd. Yusoff Hashim et al., Kapal dan Harta Karam; Ships and Sunken Treasure, pp. 53-76, Kuala Lumpur: Muzium Malaysia.</ref> Siak menjadi kawasan segitiga perdagangan antara Belanda di Malaka dan Inggris di [[Pulau Pinang]].<ref>''The London general gazetteer, or Geographical dictionary: containing a description of the various countries, kingdoms, states, cities, towns, &c. of the known world'', W. Baynes & Son, 1825.</ref> Di sisi lain, kejayaan Siak ini memberi kecemburuan pada keturunan Yang Dipertuan Muda terutama setelah hilangnya kekuasaan mereka pada kawasan [[Kepulauan Riau]]. Sikap ketidaksukaan dan permusuhan terhadap [[Sultan Siak]], terlihat dalam [[Tuhfat al-Nafis]],<ref>[[Ali Haji bin Raja Haji Ahmad]], (1997), ''[[Tuhfat al-Nafis]]'', Fajar Bakti.</ref> di mana dalam deskripsi ceritanya mereka menggambarkan Sultan Siak sebagai "orang yang rakus akan kekayaan dunia".{{citation needed}}
Peranan [[Sungai Siak]] sebagai bagian kawasan inti dari kerajaan ini, berpengaruh besar terhadap kemajuan perekonomian Siak Sri
Dominasi Kesultanan Siak terhadap wilayah pesisir pantai timur Sumatra dan Semenanjung Malaya cukup signifikan. Mereka mampu menggantikan pengaruh Johor sebelumnya atas penguasaan jalur perdagangan. Selain itu, Kesultanan Siak juga muncul sebagai pemegang kunci ke dataran tinggi Minangkabau, melalui tiga sungai utama yaitu [[Sungai Siak|Siak]], [[Sungai Kampar|Kampar]], dan [[Batang Kuantan|Kuantan]], yang mana sebelumnya telah menjadi kunci bagi kejayaan [[Kesultanan Malaka|Malaka]]. Namun demikian, kemajuan perekonomian Siak memudar seiring dengan munculnya gejolak di pedalaman Minangkabau yang dikenal dengan [[Perang Padri]].<ref name="Anthony">Reid, A., (2005), ''Asal mula konflik Aceh: dari perebutan pantai Timur Sumatra hingga akhir kerajaan Aceh abad ke-19'', Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-534-X.</ref>
Baris 87 ⟶ 86:
Ekspansi kolonialisasi [[Belanda]] ke kawasan timur [[Pulau Sumatra]] tidak mampu dihadang oleh Kesultanan Siak, dimulai dengan lepasnya [[Kesultanan Deli]], [[Kesultanan Asahan]], [[Kesultanan Langkat]], dan kemudian muncul Indragiri sebagai kawasan mandiri.<ref>''History of the Royal Dutch'', Vol. 1, Brill Archive.</ref> Begitu juga di [[Johor]], di mana seorang [[sultan]] dari keturunan Tumenggung Johor kembali didudukkan, dan berada dalam perlindungan Inggris di [[Singapura]].<ref>Cook, Bethune, (1819), ''Sir Thomas Stamford Raffles: Founder of Singapore, 1819 and some of his friends and contemporaries'', London: A.H. Stockwell.</ref><ref>Trocki, C. A., (2007), ''Prince of Pirates: The Temenggongs and the Development of Johor and Singapore, 1784-1885'', NUS Press, ISBN 9971-69-376-3.</ref> Sementara Belanda memulihkan kedudukan [[Yang Dipertuan Muda]] di [[Pulau Penyengat]], dan kemudian mendirikan [[Kesultanan Riau-Lingga|Kesultanan Lingga]] di [[Pulau Lingga]]. Selain itu, Belanda juga mempersempit wilayah kedaulatan Siak, dengan mendirikan ''Residentie Riouw'' yang merupakan bagian dari pemerintahan [[Hindia Belanda]] yang berkedudukan di [[Tanjung Pinang]].<ref>Netscher, E., (1854), ''Beschrijving van een Gedeelte der Residentie Riouw'', Tijdschrift voor Indische Taal- Land- en, Volkenkunde.</ref><ref>Overeenkomsten met de zelfbesturen in de Residentie Riouw en Onderhoorigheden 1857-1909</ref><ref>''Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde'', 1997, Volume 153, Issues 3-4, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde, M. Nijhoff.</ref>
Penguasaan [[Inggris]] atas Selat Melaka, mendorong Sultan Siak pada tahun 1840 untuk menerima tawaran perjanjian baru mengganti perjanjian yang telah mereka buat sebelumnya pada tahun 1819. Perjanjian ini menjadikan wilayah Kesultanan Siak semakin kecil dan terjepit antara wilayah kerajaan kecil lainnya yang mendapat perlindungan dari Inggris.<ref>Locher-Scholten, E., (2004), ''Sumatran Sultanate and Colonial State: Jambi and the Rise of Dutch Imperialism, 1830-1907'', SEAP Publications, ISBN 0-87727-736-2.</ref> Demikian juga pihak Belanda menjadikan kawasan Siak sebagai salah satu bagian dari pemerintahan Hindia Belanda,<ref>Dick, H.W., (2002), ''The Emergence of a National Economy: An Economic History of Indonesia, 1800-2000'', University of Hawaii Press, ISBN 0-8248-2552-7.</ref> setelah memaksa Sultan Siak menandatangani perjanjian pada [[1 Februari]] [[1858]].<ref name="Anthony"/><ref>Panhuys, H. F., (1978), ''International Law in the Netherlands'', BRILL, ISBN 90-286-0108-2.</ref> Dari perjanjian tersebut Siak Sri
Perubahan peta politik atas penguasaan jalur [[Selat Malaka]], kemudian adanya pertikaian internal Siak dan persaingan dengan [[Inggris]] dan [[Belanda]], melemahkan pengaruh hegemoni Kesultanan Siak atas wilayah-wilayah yang pernah dikuasainya.<ref>Milner, A. C., (1982), ''Kerajaan: Malay political culture on the eve of colonial rule'', University of Arizona Press, ISBN 0-8165-0772-4.</ref> Tarik ulur kepentingan kekuatan asing terlihat pada [[Perjanjian Sumatra]] antara pihak Inggris dan Belanda, menjadikan Siak berada pada posisi yang dilematis, berada dalam posisi tawar yang lemah.<ref>http://www.fco.gov.uk [http://web.archive.org/web/20120927180810/http://www.fco.gov.uk/en/treaties/treaties-landing/records/08400/08422 Treaty] (diakses pada 26 April 2012)</ref> Kemudian berdasarkan perjanjian pada [[26 Juli]] [[1873]], pemerintah Hindia Belanda memaksa Sultan Siak, untuk menyerahkan wilayah Bengkalis kepada Residen Riau.<ref name="Wolters">Wolters, O. W., (1999), ''History, Culture, and Region in Southeast Asian Perspectives'', SEAP Publications, ISBN 0-87727-725-7.</ref> Namun, di tengah tekanan tersebut, Kesultanan Siak masih tetap bertahan sampai kemerdekaan [[Indonesia]],<ref name="Samin"/> walau pada masa pendudukan tentara [[Jepang]] sebagian besar kekuatan militer Kesultanan Siak sudah tidak berarti lagi.{{citation needed}}
Baris 97 ⟶ 96:
== Struktur pemerintahan ==
Sebagai bagian dari rantau Minangkabau, sistem pemerintahan Kesultanan Siak mengikuti model [[Kerajaan Pagaruyung]]. Setelah posisi Sultan, terdapat ''Dewan Menteri'' yang mirip dengan kedudukan
# Datuk Bengkalis
# Datuk Pelelawan
Baris 103 ⟶ 102:
# Datuk Indragiri
Seiring dengan perkembangan zaman, Siak Sri
Pada perkembangan selanjutnya, Siak Sri
Dalam pelaksanaan masalah pengadilan umum di Kesultanan Siak diselesaikan melalui ''Balai Kerapatan Tinggi'' yang dipimpin oleh Sultan Siak, Dewan Menteri dan dibantu oleh ''Kadi Siak'' serta ''Controleur Siak'' sebagai anggota. Selanjutnya, beberapa nama jabatan lainnya dalam pemerintahan Siak antara lain ''Pangiran Wira Negara'', ''Biduanda Pahlawan'', ''Biduanda Perkasa'', ''Opas Polisi''. Kemudian terdapat juga ''warga dalam'' yang bertanggung jawab terhadap ''harta-harta'' disebut dengan ''Kerukuan Setia Raja'', serta ''Bendahari Sriwa Raja'' yang bertanggung jawab terhadap pusaka kerajaan.<ref name="Barnard4">Barnard, T.P., ''Rules for Rulers: Obscure Texts, Authority, and Policing in Two Malay States'', Journal of Southeast Asian Studies, Vol. 32, No. 2 (Jun., 2001), pp. 211-225.</ref>
Baris 146 ⟶ 145:
* Hakim Polisi Negeri [[Tanah Putih, Rokan Hilir|Tanah Putih]] bergelar Datuk Setia Maharaja.
* Hakim Syari'ah bergelar Imam Negeri Tanah Putih.
*Batas-batas negeri: Dari Tanjung Segerak mengikuti [[Sungai Rokan]] sebelah kanan mudik lalu masuk ke [[Sungai Rokan Kiri|Sungai Rokan kiri]] sampai ke Pasir Rumput watasan dengan Kunto di Kota Intan dan dari sungai Sarang Lang mengikuti [[Sungai Rokan]] sebelah kiri mudik lalu masuk ke Batang Komo sampai ke Muara Batang Buruk watasan dengan [[Kerajaan Tambusai|Tambusai]] dan lalu masuk ke Sungai Rokan sampai ke Air Mendah watasan negeri Kepenuhan dan lagi masuk ke sungai Rayung sampai bertemu watasan Batin Delapan Sakai dan Pulau kecil-kecil mana yang masuk dalam kerajaan Siak Sri Indrapura yang dekat situ dan ditarik satu garis dari Tanjung Segerak terus ke hulu sungai Dayun dan terus ke hulu sungai Sepengambat dan terus ke hulu Sungai Mahna sehingga sungai Kuning dan lalu menikam Batang Buruk dan Langkuas berwatas dengan Tambusai.
=== Propinsi Negeri Kubu ===
Baris 170 ⟶ 169:
== Daftar Sultan Siak ==
Daftar Sultan Siak Sri
{| class="wikitable sortable" border="1" width="90%"
Baris 202 ⟶ 201:
|1766-1779
|[[Muhammad Ali dari Siak|Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah]]<br /> Sultan Muhammad Ali
|Putra no. 4<br />[[Johor]] telah menjadi bagian dari Siak Sri
|-
|
Baris 238 ⟶ 237:
|1889-1908
|[[Syarif Hasyim dari Siak|Yang Dipertuan Besar Assaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Saifuddin]]<ref name="Luthfi">Luthfi, A., (1991), ''Hukum dan perubahan struktur kekuasaan: pelaksanaan hukum Islam dalam Kesultanan Melayu Siak, 1901-1942'', Susqa Press.</ref><br />Sultan Syarif Hasyim
|Putra no. 10<br />Menerbitkan ''Bab Al-Qawa'id'' kitab undang-undang resmi negara<br />Meresmikan Istana Siak Sri
|-
|12
Baris 247 ⟶ 246:
== Warisan sejarah ==
Siak Sri
== Galeri Bendera ==
|