Masjid: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k Penambahan informasi #1Lib1Ref #1Lib1RefID
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(38 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[File:Exterior of Sultan Ahmed I Mosque in Istanbul, Turkey 002.jpg|thumb|[[Masjid Biru]] di [[Istanbul]], [[Turki]].]]
{{Ensiklopedia Islam|Muhammad}}
{{Islam|culture}}
'''Masjid''' adalah tempat ibadah umat [[Islam]] atau [[Muslim]]. Masjid memiliki arti harfiah yakni 'tempat [[sujud]]'. Beberapa sebutan lain yang berkaitan dengan masjid di Indonesia di antaranya [[musala|mushalla]], [[langgar]] atau [[surau]]. Istilah-istilah tersebut diperuntukkan bagi bangunan untuk sholat yang merupai masjid, namun karena umumnya berukuran kecil, tidak digunakan untuk [[salat Jumat|sholat jumat]] dan [[iktikaf]]. Selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar [[Al-Qur'an]] kerap pula dilaksanakan di masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran.
'''Masjid''' (serapan dari {{lang-ar|مَسْجِد|masjid}}, {{IPA-ar|mǝsdʒid|pron}}; secara harfiah "tempat [[sujud]]"), merupakan tempat [[salat]] bagi [[Muslim|umat Islam]].<ref name="ODI">{{Cite encyclopedia|title=Mosque|editor=John L. Esposito|encyclopedia=The Oxford Dictionary of Islam|publisher=Oxford University Press|year=2014|url=http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t125/e1552}}</ref> Masjid biasanya tertutup bangunan, tetapi bisa menjadi tempat salat ([[sujud]]) dilakukan, termasuk halaman luar.<ref>Longhurst, Christopher E; Theology of a Mosque: The Sacred Inspiring Form, Function and Design in Islamic Architecture, Lonaard Journal. Mar 2012, Vol. 2 Issue 8, p3-13. 11p. “Since submission to God is the essence of divine worship, the place of worship is intrinsic to Islam’s self-identity. This ‘place’ is not a building per se but what is evidenced by the etymology of the word ‘mosque’ which derives from the Arabic ‘masjid’ meaning ‘a place of sujud (prostration).’</ref><ref>Colledge, R. (1999). The mosque. In: Mastering World Religions. Macmillan Master Series. Palgrave, London. https://doi.org/10.1007/978-1-349-14329-0_16 “A mosque is a building where Muslims bow before Allah to show their submission to His will. It is not necessary to have a building to do this. Muhammad said that ‘Wherever the hour of prayer overtakes you, you shall perform the prayer. That place is the mosque’. In his early days in Makkah there was no mosque, so he and his friends would pray anywhere.”</ref>
 
Awalnya masjid adalah tempat salat sederhana bagi [[Muslim|umat Islam]], dan mungkin merupakan ruang terbuka daripada bangunan.{{sfn|Grabar|1969|p=34|ps=: "The main characteristic, then, of this first stage was the creation of a space which served exclusively Muslim purposes and which, in cities that were entirely Muslim, existed on two separate levels of exclusivity. The word masjid is always associated with these spaces, but it does not yet possess any formal structure nor does it have any precise function other than that of excluding non-Muslims."}} Pada tahap pertama [[arsitektur Islam]], 650-750, masjid terdiri dari ruang terbuka dan tertutup yang dikelilingi oleh dinding, seringkali dengan [[menara]] tempat [[azan]] dikeluarkan.{{sfn|Grabar|1969|p=34-35|ps=: "A second stage occurred between 650 and 750. To my knowledge, twenty-seven masjids from this period are archaeologically definable… All mosques had a certain relationship between open and closed covered spaces. The problems posed by this relationship pertain primarily to the history of art, except on one point, which is the apparent tendency to consider the covered parts as the bayt al-salat, i.e. place of prayer, and the rest of the building as an overflow area for prayer. All these buildings were enclosed by walls and did not have an exterior façade. Their orderly form appeared only from the inside where the balance between open and covered spaces served, among other things, to indicate the direction of qibla. Their only outward symbol was the minaret, a feature which appeared early in mosques built in old cities with predominantly non-Muslim populations and only later in primarily Muslim ones."}} Bangunan masjid biasanya berisi ''[[mihrab]]'' dipasang di dinding yang menunjukkan arah [[Kiblat]] ke [[Makkah]],<ref name=ODI/> dan fasilitas [[wudu]].<ref name=ODI/><ref name="campo">{{Cite encyclopedia |year=2009 |title=Mosque |encyclopedia=Encyclopedia of Islam |publisher=Infobase Publishing |editor=Juan Eduardo Campo |author=Nuha N. N. Khoury}}</ref> [[Mimbar]], tempat di mana [[Khutbah (Islam)|khutbah]] [[salat Jumat]] disampaikan, dulunya adalah karakteristik masjid pusat kota, tetapi sejak itu menjadi umum di masjid-masjid kecil.<ref name=EIMW/><ref name=ODI/> Masjid biasanya memiliki ruang terpisah untuk pria dan wanita.<ref name=ODI/> Pola dasar organisasi ini mengambil bentuk yang berbeda tergantung pada wilayah, periode, dan [[mazhab]].<ref name=campo/>
Di berbagai daerah, masjid-masjid umumnya memiliki [[Pengeras suara di masjid|pengeras suara]], yang tiap-tiap masjid lazimnya memiliki dua sistem [[Pengeras suara|speaker]], yakni dalam dan luar. Pengeras suara luar terutama digunakan untuk [[Azan|adzan]] dan [[Ikamah|iqomah]], sedangkan untuk yang lainnya seperti sholat, ceramah dan tadarus hanya menggunakan speaker dalam. Namun beberapa masjid diketahui juga menggunakan pengeras suara luar untuk bermacam-macam kegiatan selain adzan dan iqomah, yang mana ini menimbulkan problematika di masyarakat, umumnya bagi yang tinggal di sekitar masjid.<ref name=":02">{{Cite web|title=Tujuh Dalil Pengaturan Pengeras Suara pada Tempat Ibadah|url=https://islam.nu.or.id/syariah/tujuh-dalil-pengaturan-pengeras-suara-pada-tempat-ibadah-tOAhB|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2022-09-21}}</ref> Oleh karenanya, [[Arab Saudi]] pun menerbitkan peraturan bahwa masjid tidak boleh menggunakan pengeras suara luar selain untuk [[Azan|adzan]] dan [[Ikamah|iqomah]], dengan volume suara-nya tidak boleh melebihi sepertiga volume maksimal dari speaker-nya.<ref>{{Cite web|last=Permana|first=Rakhmad Hidayatulloh|title=Arab Saudi Terbitkan Aturan Pengeras Suara Masjid Hanya untuk Azan-Iqomah|url=https://news.detik.com/internasional/d-5581840/arab-saudi-terbitkan-aturan-pengeras-suara-masjid-hanya-untuk-azan-iqomah|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2022-09-21}}</ref>
 
Masjid umumnya berfungsi sebagai lokasi untuk salat, buka puasa [[Ramadan]], [[Salat jenazah|salat Jenazah]], pelaksanaan [[pernikahan]] dan bisnis, pengumpulan dan distribusi sedekah, serta tempat penampungan [[tunawisma|tunawisma,]]<ref name=ODI/><ref name=EIMW>{{Cite encyclopedia|author=Patrick D. Gaffney|title=Masjid|editor=Richard C. Martin|encyclopedia=Encyclopedia of Islam and the Muslim World|publisher=MacMillan Reference|year=2004}}</ref> tempat tinggalnya orang-orang bertakwa, tempat berkumpul kaum [[Muslim|muslimin]] setiap hari, markas untuk mengadakan [[muktamar]] (pertemuan besar), tempat [[Musyawarah|bermusyawarah]] dan saling memberi nasehat, tempat bertemu untuk saling mengenal dan persatuan, dan tempat menumbuhkan semangat saling tolong menolong dalam kebaikan.<ref>{{Cite book|last=Wanili|first=Khairuddin|date=2014|title=ENSIKLOPEDI MASJID|location=Jakarta Timur|publisher=Darus Sunnah Press|isbn=9789793772707|pages=xiii|url-status=live}}</ref> Secara [[Historisisme|historis]], masjid telah berfungsi sebagai pusat komunitas, pengadilan, dan sekolah agama. Di zaman modern, mereka juga mempertahankan perannya sebagai tempat pengajaran dan debat agama.<ref name=ODI/><ref name=EIMW/> Kepentingan khusus diberikan kepada [[Masjidilharam]] (pusat haji), [[Masjid Nabawi]] di [[Madinah]] (tempat pemakaman [[Muhammad]]) dan [[Masjidilaqsa]] di [[Yerusalem]] (diyakini sebagai tempat kenaikan Muhammad ke surga).<ref name=ODI/>
Dalam suatu riwayat [[Shahih (disambiguasi)|shahih]], [[Umar bin Khattab]] pernah memarahi dua orang yang berasal dari [[Ta'if|Tha'if]] akibat sebelumnya mereka mengeraskan suara mereka di [[Masjid Nabawi]], Umar mengatakan bahwa bila saja mereka adalah orang [[Madinah]], Umar pasti sudah mencambuk mereka. Dalam [[Sunan Ibnu Majah]], [[Muhammad|Nabi Muhammad]] bersabda: “Siapa saja yang mengganggu orang lain maka [[Allah]] akan mengganggunya; dan siapa saja yang memberatkan orang lain maka Allah akan memberatkannya."<ref name=":0">{{Cite web|title=Tujuh Dalil Pengaturan Pengeras Suara pada Tempat Ibadah|url=https://islam.nu.or.id/syariah/tujuh-dalil-pengaturan-pengeras-suara-pada-tempat-ibadah-tOAhB|website=nu.or.id|language=id-id|access-date=2022-09-21}}</ref>
 
Dengan [[penyebaran Islam]], masjid berlipat ganda di seluruh dunia Islam. Terkadang [[gereja]] dan kuil diubah menjadi masjid, yang memengaruhi gaya arsitektur Islam.<ref name=EIMW/> Sementara sebagian besar masjid pra-modern didanai oleh sumbangan amal,<ref name="ODI" /> peningkatan peraturan pemerintah tentang masjid besar telah diimbangi dengan munculnya masjid yang didanai swasta, banyak di antaranya berfungsi sebagai basis untuk berbagai organisasi [[Revivalisme (arsitektur)|revivalis]] [[Islam]] dan aktivitas sosial.<ref name=EIMW/> Masjid telah memainkan sejumlah peran politik. Tingkat kehadiran masjid sangat bervariasi tergantung pada wilayah.
Beberapa [[Pemerintahan daerah|pemerintah daerah]] di Indonesia juga kerap menggunakan uang anggaran negara untuk membangun masjid-masjid yang megah. Salah satunya seperti Masjid Al-Jabbar di [[Jawa Barat]] yang menghabiskan sekitar Rp 1 Triliun uang negara, yang mana mendapatkan sejumlah kritikan dari masyarakat.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-09-17|title=Masjid Al Jabbar Dikritik Gara-gara Makan Duit Rp 1 Triliun, Apakah Layak Dibangun? Halaman all|url=https://www.kompas.com/properti/read/2022/09/17/190000521/masjid-al-jabbar-dikritik-gara-gara-makan-duit-rp-1-triliun-apakah|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2022-09-21}}</ref> Rasulullah bersabda, bahwa sepeninggalan beliau, beliau akan melihat umatnya memegahkan-megahkan masjid sebagaimana [[Orang Yahudi|orang-orang Yahudi]] memegah-megahkan [[Sinagoge|sinagog-sinagog]] mereka, dan [[Umat Kristen|orang-orang Nasrani]] memegah-megahkan [[Gereja|gereja-gereja]] mereka.<ref>{{Cite web|title=Hadits Majah No. 732 {{!}} Berbangga-bangga dengan masjid|url=http://www.hadits.id/hadits/majah/732|website=Hadits.id|access-date=2022-09-21}}</ref> Beliau juga bersabda, "Bukan termasuk golongan kami siapa yang menyerupai kaum selain kami. Janganlah kalian menyerupai Yahudi, juga Nasrani."<ref>{{Cite web|last=Pratama|first=Yhouga|date=2014-09-26|title=Fatwa Ulama: Batasan Dalam Menyerupai Orang Kafir|url=https://muslim.or.id/22750-fatwa-ulama-batasan-dalam-menyerupai-orang-kafir.html|website=Muslim.or.id|language=id-ID|access-date=2022-09-21}}</ref>
 
== Etimologi ==
Masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid adalah ''sajada'' di mana ''sajada'' berarti sujud atau tunduk. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. Kata ''masgid'' (m-s-g-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi. Kata ''masgid'' (m-s-g-d) ini berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan".<ref name="Masdjid1">{{cite encyclopedia | last = Hillenbrand| first = R | editor = P.J. Bearman, Th. Bianquis, [[Clifford Edmund Bosworth|C.E. Bosworth]], E. van Donzel and W.P. Heinrichs | encyclopedia =[[Encyclopaedia of Islam]] Online| title = Masdjid. I. In the central Islamic lands | publisher = Brill Academic Publishers | id = {{ISSN|1573-3912}} }}</ref> Dalam pola maf'il, masjid berarti tempat sujud. Kemudian, pola mashdarnya menambahkan isim menjadi ''masjad''. Kata ini berarti bekas sujud yang terlihat pada [[dahi]]. Kata ''masjid'' dan ''masjad'' merupakanadalah bentuk tunggal dari kata ''masâjid''.{{Sfn|Adil|2018|p=78}}
 
Etimologi masjid berdasarkan salah satu hadis yaitu sebagai tempat sujud di Bumi. Lokasinya adalah di segala tempat di Bumi dan tidak ada lokasi khusus untuk tempat sujud ini. Dalam pengertian ini, masjid menjadi tempat pelaksanaan salat yang sifatnya suci dari najis. Beberapa lokasi tidak dapat dijadikan sebagai tempat salat atau masjid karena disebutkan dalam dalil. Tempat-tempat ini antara lain [[pemakaman]], [[kamar mandi]], dan [[kandang]].{{Sfn|Adil|2018|p=78}}
Baris 16 ⟶ 17:
Menurut [[terminologi]], masjid diartikan sebagai lahan yang kepemilikannya bersifat umum dan tidak pribadi, yang dijadikan sebagai tempat khusus untuk ibadah. Kepemilikan masjid dipandang sebagai milik Allah dengan tujuan sebagai tempat salat. Termonologi masjid secara khusus ialah tempat pelaksanaan [[salat lima waktu]]. Dalam pengertian ini, musala dan tempat pelaksanaan yang khusus untuk [[salat Id]] tidak dikategorikan sebagai masjid. Berdasarkan terminologi ini, tempat bagi [[fakir miskin]] dan [[madrasah]] juga tidak dimasukkan dalam kategori masjid. Pada tempat-tempat ini, hukum-hukum yang berlaku pada masjid tidak dapat diberlakukan.{{Sfn|Adil|2018|p=78}}
[[Berkas:P 20200913 123844 vHDR On.jpg|jmpl|227x227px|Interior masjid Da'wah di [[kota Pekanbaru]], [[Riau]]]]
[[Berkas:Banda Aceh's Grand Mosque, Indonesia.jpg|jmpl|kiri|250px|[[Masjid Raya Baiturrahman]], Banda Aceh.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Landschap met moskee in Minangkabause bouwstijl te Kamp Taboe Sumatra`s Westkust TMnr 60003551.jpg|jmpl|kiri|250px|Masjid khas Minangkabau pada tahun 1895.]]
 
Baris 34 ⟶ 35:
Masjid mulai masuk di daerah India pada abad ke 16 semasa kerajaan [[Mugal]] berkuasa. Masjid di India mempunyai karakteristik arsitektur masjid yang lain, seperti kubah yang berbentuk seperti bawang. Kubah jenis ini dapat dilihat di Masjid Jama, Delhi.
 
Masjid pertama kali didirikan di [[Kesultanan Utsmaniyah]] pada abad ke 11 Masehi, di mana pada saat itu orang-orang Turki mulai masuk agama Islam. Beberapa masjid awal di Turki adalah [[Aya Sofya]], di mana pada zaman Bizantium, bangunan Aya Sofya merupakan sebuah katedral. [[Kesultanan Utsmaniyah]] memiliki karakteristik arsitektur masjid yang unik, terdiri dari kubah yang besar, menara dan bagian luar gedung yang lapang. Masjid di Kesultanan Usmaniyah biasanya mengolaborasikan tiang-tiang yang tinggi, jalur-jalur kecil di antara saf-saf, dan langit-langit yang tinggi, juga dengan menggabungkan [[mihrab]] dalam satu masjid.<ref>{{cite web|url=http://www.ccds.charlotte.nc.us/History/MidEast/04/Jpitts/Jpitts.htm|accessdate=2006-04-07|title=Mosques|publisher=Charlotte Country Day School|archive-date=2006-05-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20060507204557/http://www.ccds.charlotte.nc.us/History/MidEast/04/Jpitts/Jpitts.htm|dead-url=yes}}</ref> Sampai saat ini, [[Turki]] merupakanadalah rumah dari masjid yang berciri khas arsitektur Utsmaniyah.
 
Secara bertahap, masjid masuk ke beberapa bagian di [[Eropa]]. Perkembangan jumlah masjid secara pesat mulai terlihat seabad yang lalu, ketika banyak [[imigran]] [[Muslim]] yang masuk ke Eropa. Kota-kota besar di [[Eropa]], seperti [[München]], [[London]] dan [[Paris]] memilki masjid yang besar dengan kubah dan menara. Masjid ini biasanya terletak di daerah urban sebagai pusat komunitas dan kegiatan sosial untuk para muslim di daerah tersebut. Walaupun begitu, seseorang dapat menemukan sebuah masjid di Eropa apabila di sekitar daerah tersebut ditinggali oleh kaum Muslim dalam jumlah yang cukup banyak.<ref name="saudi-arm">{{cite news|url= http://www.saudiaramcoworld.com/issue/198504/muslims.in.china-the.mosques.htm|accessdate=2006-04-17|last=Lawton|first=John|date=January/February 1979|pages=9–14|org=Saudi Aramco World|title=Muslims in Europe: The Mosque}}</ref> Masjid pertama kali muncul di [[Amerika Serikat]] pada awal abad ke 20. Masjid yang pertama didirikan di [[Amerika Serikat]] adalah di daerah [[Cedar Rapids]], [[Iowa]] yang dibangun pada kurun akhir 1920an. Bagaimanapun, makin banyak imigran Muslim yang datang ke [[Amerika Serikat]], terutama dari [[Asia Selatan]], jumlah masjid di [[Amerika Serikat]] bertambah secara drastis. Di mana jumlah masjid pada waktu 1950 sekitar 2% dari jumlah masjid di [[Amerika Serikat]], pada tahun 1980, 50% jumlah masjid di [[Amerika Serikat]] didirikan.<ref name="mosquesinamerica">{{Cite paper | coauthors=Bagby, Ihsan; Perl, Paul M.; and Froehle, Bryan T. | title=The Mosque in America: A National Portrait | publisher=[[Council on American-Islamic Relations]] | date=2001 | url=http://www.cair-net.org/mosquereport/Masjid_Study_Project_2000_Report.pdf | accessdate=2006-04-17 }} {{WebarchiveCite web |url=https://www.cair-net.org/mosquereport/Masjid_Study_Project_2000_Report.pdf |title=Salinan arsip |access-date=2021-02-27 |archive-date=2007-05-10 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070510015657/https://www.cair-net.org/mosquereport/Masjid_Study_Project_2000_Report.pdf |date=2007dead-05-10url=unfit }}</ref>
 
=== Perubahan tempat ibadah menjadi masjid ===
[[Berkas:Syria, Damascus, The Umayyad Mosque.jpg|ka|jmpl|Masjid Umayyah di [[Damaskus]], [[Suriah]], dahulu merupakan gereja Bizantium]]
[[Berkas:AyaIstanbul sofyaasv2020-02 img45 Hagia Sophia.jpg|jmpl|ka|Masjid Aya Sofya, dahulu merupakan gereja]]
Menurut [[sejarawan]] [[Muslim]], sebuah kota yang ditaklukkan tanpa perlawanan dari penduduknya, maka pasukan [[Muslim]] memperbolehkan penduduk untuk tetap mempergunakan [[gereja]] dan [[sinagoge]] mereka. Tapi, ada beberapa gereja dan sinagoge yang beralih fungsi menjadi sebuah masjid dengan persetujuan dari tokoh agama setempat. Misal pada perubahan fungsi Masjid Umayyah, di mana khalifah [[Bani Umayyah]], Abdul Malik mengambil gereja Santo Yohannes pada tahun 705 dari Umat [[Kristen|Kristiani]]. [[Kesultanan Utsmaniyah]] juga melakukan alih fungsi terhadap beberapa gereja, biara dan kapel di [[Istanbul]], termasuk gereja terbesar [[Ayasofya]] yang diubah menjadi masjid, setelah kejatuhan kota [[Konstantinopel]] pada tahun 1453 oleh [[Muhammad II|Muhammad al-Fatih]]. Beberapa masjid lainnya juga didirikan di daerah suci milik [[Yahudi]] dan [[Kristen]], seperti di [[Yerusalem]].<ref name="Masdjid1" /> Penguasa Muslim di India juga membangun masjid hanya untuk memenuhi tugas mereka di bidang agama.
 
Baris 75 ⟶ 76:
 
=== Pendidikan ===
[[Berkas:Storks samarkandon Tupchiboshi Madrasa, Bukhara.jpg|jmpl|ka|200px|Madrasah Ulugh Beg, yang termasuk dalam kompleks masjid di [[Samarkand]], [[Uzbekistan]]]]
Fungsi utama masjid yang lainnya adalah sebagai tempat [[pendidikan]]. Beberapa masjid, terutama masjid yang didanai oleh pemerintah, biasanya menyediakan tempat belajar baik ilmu keislaman maupun ilmu umum. Sekolah ini memiliki tingkatan dari dasar sampai menengah, walaupun ada beberapa sekolah yang menyediakan tingkat tinggi. Beberapa masjid biasanya menyediakan pendidikan paruh waktu, biasanya setelah subuh, maupun pada sore hari. Pendidikan di masjid ditujukan untuk segala usia, dan mencakup seluruh pelajaran, mulai dari keislaman sampai [[sains]]. Selain itu, tujuan adanya pendidikan di masjid adalah untuk mendekatkan generasi muda kepada masjid. Pelajaran membaca [[Qur'an]] dan [[bahasa Arab]] sering sekali dijadikan pelajaran di beberapa negara berpenduduk Muslim di daerah luar Arab, termasuk [[Indonesia]]. Kelas-kelas untuk ''mualaf'', atau orang yang baru masuk Islam juga disediakan di masjid-masjid di [[Eropa]] dan [[Amerika Serikat]], di mana perkembangan agama Islam melaju dengan sangat pesat.<ref>{{cite book|title=Teaching Islam|last=Wheeler|first=Brannon M.|publisher=Oxford University Press US|date=August 1, 2002|id=ISBN 0-19-515225-5|chapter=Preface|pages=v|quote=and [Islam] remains the fastest growing religion both in the United States and worldwide}}</ref> Beberapa masjid juga menyediakan pengajaran tentang hukum Islam secara mendalam. Madrasah, walaupun letaknya agak berpisah dari masjid, tetapi tersedia bagi umat Islam untuk mempelajari ilmu keislaman.
 
Baris 87 ⟶ 88:
[[Berkas:GD-FR-Paris-Mosquée012.JPG|jmpl|kiri|lurus|Masjid Raya [[Paris]]]]
=== Bantuan ===
Negara yang di mana jumlah penduduk Muslimnya sangat sedikit, biasanya turut membantu dalam hal-hal masyarakat, seperti misalnya memberikan fasilitas pendaftaran pemilih untuk kepentingan pemilu.<ref name="tc">{{cite web |url=http://www.tc.edu/muslim-nyc/research/projects/role%20of%20muslims.html |publisher=Teachers' College – ColumbiaCollege–Columbia University |title=The Role of Mosques in the Civic and Political Incorporation of Muslim American |last=Jamal |first=Amany |accessdate=2006-04-22 |archive-date=2007-09-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070928143701/http://www.tc.edu/muslim-nyc/research/projects/role%20of%20muslims.html |dead-url=yes }}</ref> Pendaftaran pemilih ini melibatkan masyarakat Islam yang tinggal di sekitar Masjid. Beberapa masjid juga sering berpartisipasi dalam demonstrasi, penandatanganan [[petisi]], dan kegiatan politik lainnya.<ref name="tc" />
 
Selain itu, peran masjid dalam dunia politik terlihat di bagian lain di dunia.<ref>{{cite web |title=Study: Islam devotion not linked to terror |url=http://www.umich.edu/~urecord/0405/Jun13_05/03.shtml |publisher=The University Record Online |last=Swanbrow |first=Diane |date=[[2005-06-23]] |accessdate=2007-02-24 |archive-date=2006-12-30 |archive-url=https://web.archive.org/web/20061230212711/http://www.umich.edu/~urecord/0405/Jun13_05/03.shtml |dead-url=yes }}</ref> Contohnya, pada kasus pengeboman Masjid al-Askari di Irak. pada bulan [[Februari]] [[2006]] Imam-imam dan khatib di Masjid al-Askari menggunakan masjid sebagai tempat untuk menyeru pada kedamaian di tengah kerusuhan di [[Irak]].<ref>{{cite news|url=http://news.bbc.co.uk/1/hi/world/middle_east/4747886.stm|date=[[2006-02-24]]|accessdate=2006-04-23|title=Friday prayer plea for Iraq calm|publisher=BBC}}</ref>
Baris 101 ⟶ 102:
{{main|Wahabi}}
 
Walaupun [[Arab Saudi]] telah berperan dalam membangun masjid sejak awal abad ke-20, tetapi pada pertengahan abad ke-20, [[Arab Saudi]] menjadi negara yang paling banyak mendukung atau mendonasikan pembangunan masjid di seluruh dunia.<ref name="money-trails">{{cite news|url=http://www.washingtonpost.com/ac2/wp-dyn/A13266-2004Aug18|title=U.S. Eyes Money Trails of Saudi-Backed Charities|date=[[2004-08-19]]|accessdate=2007-02-24|last=Ottoway|first=David B.|page=A1|publisher=The Washington Post}}</ref> Pada awal 1980-an, pemerintah [[Arab Saudi]], di bawah kepemimpinan [[Khaled]] dan [[Fahd]] mendonasikan biaya untuk pembangunan masjid di beberapa bagian di dunia. Dana sebesar 45 miliar dolar telah dihabiskan untuk membangun masjid di seluruh dunia. Koran ''Ainul Yaqin'' di [[Arab Saudi]] mencatat bahwa pemerintah [[Arab Saudi]] telah membangun setidaknya 1500 masjid dan lebih dari 2000 pusat Islam di seluruh dunia.<ref>{{cite web|url=http://www.usnews.com/usnews/news/articles/031215/15terror.htm |title=The Saudi Connection |date=[[2003-12-15]] |accessdate=2006-04-17 |last=Kaplan |first=David E. |publisher=U.S. News and World Report}}</ref> Di [[Amerika Serikat]] dan [[Italia]], masjid dan pusat pendidikan Islam telah berdiri di [[California]] dan [[Roma]]. Proyek tersebut adalah investasi terbesar bagi pemerintah [[Arab Saudi]].<ref name="money-trails" /><ref>{{cite web |url=http://www.kingfahdbinabdulaziz.com/main/m4506.htm |accessdate=2006-04-17 |publisher=King Fahd bin Abdul Aziz |title=Islamic Center in Rome, Italy |archive-date=2002-01-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20020108064304/http://www.kingfahdbinabdulaziz.com/main/m4506.htm |dead-url=yes }}</ref>
 
== Arsitektur ==
Baris 123 ⟶ 124:
 
=== Kubah ===
[[Berkas:Bruckhaufen (Wien) - Moschee, Hauptportal.JPG|jmpl|200px|Masjid dengan kubah yang besar di [[Pusat Islam [[Wina]]]]
Kubah juga merupakan salah satu ciri khas dari sebuah masjid. Seiring waktu, kubah diperluas menjadi sama luas dengan tempat ibadah di bawahnya. Walaupun kebanyakan kubah memakai bentuk setengah bulat, masjid-masjid di daerah [[India]] dan [[Pakistan]] memakai kubah berbentuk bawang.<ref>{{cite book|title=Architecture of Mughal India|url=https://archive.org/details/architectureofmu0000ashe|last=Asher|first=Catherine B.|date=September 24, 1992|publisher=Cambridge University Press|pages=[https://archive.org/details/architectureofmu0000ashe/page/256 256]|id=ISBN 0-521-26728-5|chapter=Aurangzeb and the Islamization of the Mughal style}}</ref>
[[Berkas:Interiormosquekrekelstraatnijmegen.jpg|jmpl|kiri|200px|Salah satu sudut dalam Masjid dengan [[Mihrab]] pada bagian tengah ruangan]]
 
Baris 148 ⟶ 149:
{{main|Wudhu}}
Masjid merupakan tempat yang suci, maka jamaah yang datang ke masjid harus dalam keadaan yang suci pula. Sebelum masuk masjid, jemaah harus berwudhu di tempat wudhu yang telah disediakan. Selain itu, jemaah tidak boleh masuk ke masjid dengan menggunakan sepatu atau sandal yang tidak bersih. Jemaah sebisa mungkin harus dalam keadaan rapi, bersih, dan tidak dalam keadaan junub. Seorang jamaah dianjurkan untuk [[sikat gigi|bersiwak]] sebelum masuk ke masjid, untuk menghindari bau mulut.<ref>{{cite web|url=http://www.sunnipath.com/Resources/PrintMedia/Hadith/H0002P0016.aspx |publisher=SunniPath |work=SunniPath Library |accessdate=2006-07-12 |title=Chapter 16. The Description of the Prayer}}</ref>
[[Berkas:Mesjid Ar-Rahman.JPG|jmpl|kiri|200px|Mesjid[[Masjid Ar-Rahman]] di [[Pekanbaru]]]]
=== Pakaian ===
[[Islam|Agama Islam]] menganjurkan untuk berpakaian rapi, sopan, dan bersih dalam beribadah. Jemaah laki-laki dianjurkan memakai baju yang longgar dan bersih. Jamaah perempuan diharuskan memakai jubah yang longgar atau memakai hijab. Baik jemaah laki-laki maupun perempuan tidak boleh memakai pakaian yang memperlihatkan [[aurat]]. Kebanyakan umat Islam memakai baju khas [[Timur Tengah]] seperti jubah atau hijab.<ref name="teach-islam" /> Pakaian harus baik sesuai Firman Allah dalam Al-Qur'an surah Al-Araf ayat 31 memerintahkan memakai pakaian indah pada saat memasuki masjid.
 
 
=== [[Konsentrasi di masjid]] ===
Masjid sebagai tempat untuk beribadah tidak boleh diganggu ketenangannya. Pembicaraan dengan suara yang keras di sekitar masjid yang dapat mengganggu jamaah di masjid dilarang. Selain itu, orang tidak boleh berjalan di depan jemaah yang sedang salat.<ref>{{cite paper |author=Connecting Cultures, Inc. |title=Building Cultural Competency: Understanding Islam, Muslims, and Arab Culture |publisher=Connecting Cultures, Inc. |url=http://www.maec.org/2004conferencepapers/ismail.doc |page=p. 15 |format=Doc |accessdate=2006-07-12 }} {{WebarchiveCite web |url=http://www.maec.org/2004conferencepapers/ismail.doc |title=Salinan arsip |access-date=2007-12-07 |archive-date=2006-07-24 |archive-url=https://web.archive.org/web/20060724145207/http://www.maec.org/2004conferencepapers/ismail.doc |date=2006dead-07-24url=yes }}</ref> Para jemaah juga dianjurkan untuk memakai pakaian yang tidak bertulisan maupun berwarna supaya menjaga kekhusyuan salat.
[[Berkas:Mosque of Schwetzingen Castle.jpg|jmpl|kiri|200px|[[Masjid Schwetzingen]] di [[Jerman]]]]
=== Pemisahan gender ===
Pemisahan antara lelaki dan perempuan di masjid sangat penting, agar tidak menimbulkan syahwat. Posisi jemaah wanita di masjid adalah di belakang jemaah pria. Nabi islam [[Muhammad]] dalam hadisnya mengatakan:
{{Kutipan|"Tempat ibadah terbaik bagi perempuan adalah di rumah."}} Bahkan khalifah rasyidin, [[Umar bin Khattab]] melarang wanita untuk salat di masjid.<ref>{{cite web |url=http://www.usc.edu/dept/MSA/humanrelations/womeninislam/womeninsociety.html#mosque |accessdate=2006-04-15 |title=Women in Society |work=Compendium of Muslim Texts |publisher=University of Southern California |last=Doi |first=Abdur Rahman I. |archive-date=2006-04-09 |archive-url=https://web.archive.org/web/20060409200739/http://usc.edu/dept/MSA/humanrelations/womeninislam/womeninsociety.html#mosque |dead-url=yes }}</ref> Pada beberapa masjid di [[Asia Tenggara]] dan [[Asia Selatan]], jemaah perempuan dipisahkan dengan sebuah hijab atau dibedakan lantainya. Sedangkan di [[Masjidil Haram]], jemaah perempuan dan anak-anak diberi tempat khusus untuk beribadah.<ref>{{cite news|url=http://www.columbiajournalist.org/rw1_dinges/2005/article.asp?subj=national&course=rw1_dinges&id=624|accessdate=2006-04-09|date=[[2006-01-26]]|title=Muslim Women Seek More Equitable Role in Mosques|last=Rezk|first=Rawya|publisher=The Columbia Journalist|archive-date=2006-05-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20060527161519/http://www.columbiajournalist.org/rw1_dinges/2005/article.asp?subj=national&course=rw1_dinges&id=624|dead-url=yes}}</ref>
 
=== [[Non-muslim di masjid]]. ===
Berdasarkan pendapat kebanyakan ulama, penganut selain Islam diperbolehkan untuk masuk ke masjid, selama mereka tidak makan atau tidur di dalamnya. Tapi, [[Mazhab Maliki]] memiliki pendapat lain yang melarang penganut selain Islam untuk masuk ke masjid dalam keadaan apa pun.<ref name="mawardi112" />
 
Menurut [[Imam Hambali]], penganut agama samawi, seperti [[Kristen]] maupun [[Yahudi]] masih diperbolehkan untuk masuk ke [[Masjidil Haram]]. Tapi, khalifah [[Bani Umayyah]], [[Umar II]] melarang non-muslim untuk masuk ke daerah [[Masjidil Haram]] dan kemudian berlaku di seluruh penjuru Arab. Masjid-masjid di [[Maroko]] yang menganut [[Mazhab Maliki]] melarang non-muslim untuk masuk ke masjid.<ref>{{cite web|url=http://edition.cnn.com/2003/TRAVEL/DESTINATIONS/02/25/morocco.travel.ap/index.html|title=Morocco travel|publisher=CNN|accessdate=2006-09-22}}</ref> Di [[Amerika Serikat]], non-muslim diperbolehkan untuk masuk, sebagai sarana untuk pembelajaran Islam.<ref>{{cite journal |last=Takim |first=Liyakatali |month=July |year=2004 |title=From Conversion to Conversation: Interfaith Dialogue in Post 9–11 America |journal=The Muslim World |volume=94 |pages=343–355 |url=http://macdonald.hartsem.edu/articles/mw943f.pdf |dead-url=yes|format=PDF |accessdatejournal=2006-06-16The Muslim World|archive-datevolume=2006-06-18 94|pages=343–355|archive-url=https://web.archive.org/web/20060618192654/http://macdonald.hartsem.edu/articles/mw943f.pdf |deadarchive-urldate=yes 2006-06-18|accessdate=2006-06-16|month=July}} [http://www.du.edu/~ltakim/ Liyakatali Takim] is a professor in the Department of [[Religious studies|Religious Studies]] at the [[University of Denver]]</ref><ref>{{cite news|url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/uk_news/4511780.stm|publisher=BBC|accessdate=2006-06-16|title=Laptop link-up: A day at the mosque|date=[[2005-12-05]]}}</ref>
 
Saat ini, di [[Arab Saudi]], kota [[Mekkah]] dan [[Madinah]] hanya diperbolehkan untuk kaum Muslim saja. Sedangkan bagi non-muslim, diarahkan ke kota [[Jeddah]].<ref>{{cite book|title=Dictionary of Beliefs & Religions|last=Goring|first=Rosemary|publisher=Wordsworth Editions|date=May 1, 1997|id=ISBN 1-85326-354-0}}</ref>
Baris 171 ⟶ 172:
 
== Larangan ==
Pada hadis lainnya, pemakmuran masjid secara berlebihan dijadikan tanda kiamat. Dalam hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, membangga-banggakan masjid menjadi pertanda akan terjadinya kiamat. Kegiatan membangga-banggakan masjid ini berupa kegiatan memberikan hiasan-hiasan pada masjid dan mengadakan perlombaan atasnya. Kegiatan menghias masjid mulai dilarang pada masa khalifah Umar bin Khattab. Kegiatan ini dianggap mengganggu ibadah [[Salat lima waktu|salat]] dan merupakan perbuatan yang sia-sia dan berlebihan. Pelarangan ini pertama kali diberlakukan pada [[Masjid Nabawi]].{{Sfn|Adil|2018|p=83}} Umar bin Khattab melarang pengecatan Masjid Nabawi dengan warna [[merah]] atau [[kuning]].{{Sfn|Adil|2018|p=83-84}} An-Nawawi menetapkan kegiatan menghiasi masjid dengan kedudukan [[makruh]].{{Sfn|Adil|2018|p=84}}
 
== Referensi ==
Baris 196 ⟶ 197:
* {{Id}} [http://zonamasjid.com/ Zona Masjid] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20161003061018/http://zonamasjid.com/ |date=2016-10-03 }}
 
{{Masjidtopik di IndonesiaIslam}}
 
[[Kategori:Masjid| ]]
[[Kategori:Arsitektur Islam|Masjid]]
[[Kategori:Seni rupa Islam]]