Penghapusan bertahap bahan bakar fosil: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
paragraf pembuka sudah ada
 
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Cleanup reorganize|date=November 2019}}
{{paragraf pembuka}}
 
'''Penghapusan Bertahap Bahan Bakar Fosil''' adalah sebuah aksi tindakan menghentikan aktifitas penggunanaan sumber energi fosil secara bertahap hingga berhenti total. Penghapusan bertahap bahan bakar fosil ini mulai muncul dikampanyekan merujuk Kesepakatan Paris (Paris Agreement) yang dihasilkan dalam Confrence of Parties (COP) 21 di Paris pada 2015 untuk mengurangi terjadinya laju pemansan global.<ref name="CNN Indonesia">{{Cite news|url=https://www.cnnindonesia.com/internasional/20151213040726-134-97819/ktt-iklim-sepakati-pengurangan-bahan-bakar-fosil|title=KTT Iklim Sepakati Pengurangan Bahan Bakar Fosil|last=N|first=Basuki Rahmat|work=[[CNN Indonesia]]|language=en|access-date=2019-11-13|date=2015-12-13}}</ref> Sebelumnya terdapat silang pendapat mengenai isu penghapusan bertahap bahan bakar fosil diduga oleh mulai menipisnya ketersediaan energi fosil dunia dan ketakutan akan isu polusi namun sebagian besar analis bersepakat isu penghapusan bertahap bahan bakar fosil penting dilakukan guna menjaga sumberdaya dan menekan buruknya laju polusi, pemanasan global yang memicu perubahan iklim.<ref>{{Cite web|url=https://www.project-syndicate.org/commentary/climate-change-fossil-fuels-continued-reliance-by-samuele-furfari-2017-12/indonesian|title=Mitos Penghapusan Bertahap Penggunaan Bahan Bakar Fosil {{!}} by Samuele Furfari|last=Furfari|first=Samuele|date=2017-12-12|website=Project Syndicate|language=id|access-date=2019-11-13}}</ref> Bahan bakar fosil terbentuk dari endapan mahluk hidup jutaan tahun lalu.
Baris 12 ⟶ 11:
Penggunaan energi fosil atau disebut juga sebagai energi kotor dianggap membahayakan manusia dan mahluk hidup lainnya. [[Greenpeace]] menyebutkan sebagai contoh [[PLTU Batubara|PLTU batubara]] yang dianggap sebagai pembunuh senyap. PLTU Batubara mengotori udara kita dengan polutan beracun, termasuk merkuri, timbal, arsenik, kadmiun dan partikel halus namun beracun, yang telah menyusup ke dalam paru-paru masyarakat. Menurut Greenpeace dalam penelitian bersama Universitas Harvard pada tahun 2015 terdapat 3 juta manusia di dunia mengalami kematian dini akibat pembakaran batubara untuk tenaga listrik. Di Indonesia kematian dini itu mencapai 6,500 jiwa per tahun.<ref>{{Cite web|url=https://www.greenpeace.org/indonesia/publikasi/1223/hasil-penelitian-harvard-ancaman-maut-pltu-batu-bara-indonesia|title=Hasil Penelitian Harvard : Ancaman Maut PLTU Batu bara - Indonesia|website=Greenpeace Indonesia|language=id-ID|access-date=2019-11-13}}</ref>
 
Sebuah studi di [[Universitas Tsinghua]] di Cina, Universitas California, Lembaga Ilmu Pengetahuan Carnegie, dan Pemantau Energi Global di [[Amerika Serikat]] menemukan dampak emisi karbon dari pembangkit dan proyek energi bahan bakar fosil. Penelitian menyebutkan bila semua PLTU batubara di dunia terus beroperasi maka target menahan suhu bumi pada 1,5 derajat celcius akan gagal. Dalam studi disebutkan pada 2018 terdapat 1.579 gigawat (GW) dari PLTU batubara, 583 kapasitas pembangkit berbahan bakar minyak dan 40 GW diusulkan untuk dibangun selama beberapa tahun ke depan. Dampaknya, jika infrastruktur bahan bakar fosil yang ada di seluruh dunia terus beroperasi akan menghasilkan sekitar 658 gigaton (Gt) CO2.<ref>{{Cite web|url=https://www.gatra.com/detail/news/425708/internasional/pembangkit-listrik-energi-fosil-sebabkan-pemanasan-global|title=Pembangkit Listrik Energi Fosil Sebabkan Pemanasan Global {{!}} Internasional|last=Nusantara|first=Solusi Sistem|website=www.gatra.com|language=en-US|access-date=2019-11-13}}</ref>
 
Penggunaan secara tak terkontrol bahan bakar fosil tidak saja menyasar kesehatan masyarakat dunia namun juga mengakibatkan ke banyak hal. Menghangatnya suhu laut dunia berdampak pada gelombang kuat yang mengancam masyarakat pesisir dengan naiknya permukaan laut dan tingginya intensitas badai.<ref>{{Cite web|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/131614038/laut-dunia-semakin-menghangat-gelombang-kuat-ancam-warga-pesisir|title=Laut Dunia Semakin Menghangat, Gelombang Kuat Ancam Warga Pesisir - Nationalgeographic.grid.id|website=nationalgeographic.grid.id|language=id|access-date=2019-11-13}}</ref> Dampak pemanasan global mengakibatkan [[Perubahan iklim di Arktika|perubahan iklim]] yang banyak menyasar seluruh kehidupan masyarakat dunia. Abrasi parah dan akut juga menghantui kawasan pesisir wilayah barat pada Pulau Sumatera yang menghadap langsung pada Samudera Hindia dalam satu tahun tidak kurang dari 1,5 meter daratan tergerus akibat naiknya permukaan air laut.<ref>{{Cite news|url=https://regional.kompas.com/read/2014/01/20/1021543/Abrasi.Efek.Perubahan.Iklim.Ancaman.Tersembunyi.Kedaulatan.NKRI|title=Abrasi, Efek Perubahan Iklim Ancaman Tersembunyi Kedaulatan NKRI|work=[[Kompas.com]]|access-date=2019-11-13|editor-last=Wadrianto|editor-first=Glori K.|last=Firmansyah|date=2014-01-20}}</ref> Lebih jauh di Provinsi Bengkulu sebagai contoh dalam riset yang dilakukan Woman Crisis Center (WCC) Cahaya Perempuan, Bengkulu, pada 2040 terdapat 20 desa diprediksi akan hilang akibat tergerus oleh abrasi dan naiknya permukaan air laut akibat pemanasan global.<ref>{{Cite news|url=https://regional.kompas.com/read/2013/12/04/2110247/Tahun.2040.20.Desa.di.Bengkulu.Diprediksi.Menghilang|title=Tahun 2040, 20 Desa di Bengkulu Diprediksi Menghilang|work=[[Kompas.com]]|access-date=2019-11-13|editor-last=Assifa|editor-first=Farid|last=Firmansyah|date=2013-12-04}}</ref>
Baris 51 ⟶ 50:
{{reflist|2}}
 
[[Kategori:Kebijakan Uni Eropa]]
[[Kategori:Artikel EUforia Wiki4Climate]]
[[Kategori:Kebijakan energi]]
[[Kategori:Bahan bakar fosil]]