Teknologi pangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PutraHP (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(21 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{sedang ditulis}}
 
'''Teknologi pangan''' adalah aplikasi ilmu pangan ke dalam sistem seleksi, pengawetan, pengolahan, pengemasan, distribusi, dan pemanfaatan sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang bersifat baik, aman, dan bergizi.
 
Dalam teknologi pangan, dipelajari [[fisika pangan|sifat fisik]], [[mikrobiologi pangan|mikrobiologis]], dan [[kimia pangan|kimia]] dari bahan pangan serta proses yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, di antaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan sebagainya.
 
Sejarah teknologi pangan dimulai ketika [[Nicolas Appert]] mengalengkan bahan pangan, sebuah proses yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun, ketika itu Nicolas Appert mengaplikasikannya tidak berdasarkan ilmu pengetahuan terkait pangan. Aplikasi teknologi pangan berdasarkan ilmu pengetahuan dimulai oleh [[Louis Pasteur]] ketika mencoba untuk mencegah kerusakan akibat [[mikrob|mikroba]]a pada fasilitas [[fermentasi]] [[anggur (minuman)|anggur]] setelah melakukan penelitian terhadap anggur yang terinfeksi. Selain itu, Pasteur juga menemukan proses yang disebut [[pasteurisasi]], yaitu pemanasan [[susu]] dan [[produk susu]] untuk membunuh mikroba yang ada di dalamnya dengan perubahan sifat dari susu yang minimal.
 
Sejarah teknologi pangan di Indonesia menyangkut beberapa aspek. Selain aspek program pendidikan juga berhubungan erat dengan sejarah perkembangan institusi, bidang IPTEK, SDM, prasarana, dan fasilitas, juga menyangkut perkembangan lapangan kerja, industri, dan perdagangan produk pangan serta dinamika masyarakat dan tren konsumsi pangan.
Baris 13 ⟶ 11:
 
== Manfaat teknologi pangan ==
Adanya teknologi pangan sangat memengaruhi ketersediaan pangan. Alam menghasilkan bahan pangan secara berkala, sementara kebutuhan [[manusia]] akan pangan adalah hal yang berlangsung terus menerus tanpa henti. Kita tidak mungkin menunda kebutuhan jasmani hingga masa panen tiba. Oleh karena itu, terciptalah teknologi pengawetan sehingga makanan dapat disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Teknik pengawetan juga memungkinkan untuk [[distribusi pangan|mendistribusikan bahan pangan]] secara merata ke seluruh penjuru dunia. Dulu, orang-orang di Eropa tidak bisa menikmati makanan-makanan dari wilayah [[Asia]]. Namun, sekarang karena teknologi pangan setiap bangsa dapat menikmati makanan khas bangsa lainnya.<ref>[http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/55730/Pemahaman%20dan%20Pemanfaatan%20Teknologi%20Pangan.pdf?sequence=1 Pemahaman dan Pemanfaatan Teknologi Pangan Secara Bijaksana dalam Upaya Pemberdayaan Pangan Rakyat]</ref>
 
Teknologi pangan memungkinkan satu produk memiliki masa kedaluwarsa yang lebih lama dengan mengubah bahan makanan menjadi makanan lain yang lebih tahan lama atau mengubah bentuknya sehingga tidak cepat basi. Sebagai contoh adalah susu sapi. Teknologi pangan memungkinkan perubahan bentuk dari susu cair menjadi susu bubuk yang lebih awet atau mengubah susu menjadi keju sehingga dapat disimpan lebih lama.<ref name=":0">{{Cite web|date=28 Desember 2020|title=Benefits of Food Technology for People|url=https://i3l.ac.id/benefits-of-food-technology-for-people/|website=i3l|language=|access-date=1 Januari 2022}}</ref>
Baris 19 ⟶ 17:
Dengan teknologi pangan, zat gizi dari bahan makanan juga dapat dipertahankan sehingga meskipun tidak langsung dikonsumsi, bahan makanan tersebut tidak berbahaya bagi tubuh dan konsumen masih bisa memperoleh zat gizi yang terkandung.<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|last=Boom|first=R.M.|date=26 September 2013|title=Food processing - Environmental benefits and high nutritional value|url=https://www.wur.nl/en/show/Food-processing-Environmental-benefits-and-high-nutritional-value.htm|website=WUR|language=|access-date=1 Januari 2022}}</ref>
 
Beberapa bakteri mempunyai suhu pertumbuhan antara 20&nbsp;°C-45&nbsp;°C (disebut bakteri mesofilik), ada yang tumbuh di kisaran suhu 44&nbsp;°C-55&nbsp;°C (disebut bakteri termofilik), dan ada yang di bawah suhu 20&nbsp;°C (disebut bakteri psikrofilik).{{Sfn|Syah, Dahrul|2012|p=411-412}} Sehingga teknologi pangan berupa metode pemanasan mampu menghancurkan bakteri yang sebelumnya ada di dalam bahan makanan.{{Sfn|Syah, Dahrul|2012|p=223-224}}
 
== Pengembangan di bidang teknologi pangan ==
Baris 25 ⟶ 23:
 
=== Pembuatan susu bubuk ===
Sejarah pembuatan susu bubuk dimulai sejak abad ke-13 dari catatan [[Marco Polo]] yang menyebutkan bahwa pasukan Mongol[[Mongolia]] membawa susu yang dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Osip Krichevsky mulai memproduksi susu bubuk pada tahun 1802. danSusu bubuk mulai dijual secara komersial pada tahun 1832 oleh seorang ahli kimia [[Rusia]] bernama M. Dirchoff. Namun, baru pada tahun 1855 pembuatan susu bubuk dipatenkan oleh TST. S. Grimwade.<ref>{{Cite webnews|last=Parikesit|first=Anggit Gita|date=10 April 2016|title=Bagaimana Proses Pembuatan Susu Bubuk?|url=https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160406175804-265-122171/bagaimana-proses-pembuatan-susu-bubuk|websitework=[[CNN Indonesia]]|language=|access-date=6 Januari 2022}}</ref><ref>{{Cite book|last=Kalyankar|first=Shrikant|last2=Deshmukh|first2=Mahesh|last3=Chopde|first3=Santosh|last4=Khedkar|first4=Chandraprakash|last5=Lule|first5=Vaibhao|date=1 Januari 2015|url=https://www.researchgate.net/publication/286454833_Milk_Powder|title=Milk Powder|isbn=978-0-12-384953-3|pages=724–728|url-status=live}}</ref>
 
Teknologi ini menjadikan proses distribusi susu menjadi lebih efisien karena dari segi kemasan dan volume lebih ringan, masa penyimpanannya lebih lama tanpa kehilangan kandungan gizinya secara substansial, susu bubuk dapat dengan mudah diubah menjadi susu cair lagi dengan menambahkan air, dan dari segi higienitas terjamin serta tidak mengandung bahan yang bersifat toksik atau organisme patogen.<ref>{{Cite web|title=Condensed and Dried Milks: Lesson 25. Dried Milks: History and Status in India and Abroad|url=http://ecoursesonline.iasri.res.in/mod/page/view.php?id=147406|website=ecoursesonline.iasri.res.in|access-date=12 Januari 2022}}</ref> Susu cair melalui proses pendinginan, pasteurisasi, pencampuran, sterilisasi, homogenisasi, evaporasi, dan pengeringan untuk menjadi susu bubuk.<ref>{{Cite web|last=Shah|first=Priyansh|date=3 Februari 2021|title=Dried Milk Powders- Processing and Manufacturing.|url=https://www.pmg.engineering/dried-milk-powders-processing-and-manufacturing/|website=PMG Engineering|language=|access-date=12 Januari 2022}}</ref><ref>{{Cite web|title=Condensed and Dried Milks: Lesson 25. DRIED MILKS: HISTORY AND STATUS IN INDIA AND ABROAD|url=http://ecoursesonline.iasri.res.in/mod/page/view.php?id=147406|website=ecoursesonline.iasri.res.in|access-date=12 Januari 2022}}</ref>
 
Perubahan susu sapi dari bentuk cair menjadi bentuk bubuk menyebabkan perubahan komposisi zat gizi yang ada berupa berkurangnya vitamin, tetapi kandungan mineralnya bertambah.<ref>{{Cite web|last=Lama|first=Siddhi Camila|date=23 April 2019|editor-last=Renee|editor-first=Janet|title=Is Powdered Milk Less Nutritious Than Fresh Milk?|url=https://www.livestrong.com/article/313491-are-there-nutritional-differences-between-fresh-milk-and-powdered/|website=livestrong.com|language=|access-date=12 Januari 2022}}</ref> Dari penelitian yang dilakukan oleh Mariana Alves dan kawan-kawan pada tahun 2019, proses pengeringan yang dilakukan pada pembuatan susu bubuk tidak menunjukkan penurunan kadar asam lemak yang berarti.<ref>{{Cite journal|last=Alves|first=Mariana Ferreira|last2=Borges|first2=Marília Viana|last3=Florêncio Filho|first3=Daniel|last4=Chaves|first4=Modesto Antônio|last5=Lanna|first5=Dante Pazzanese|last6=Pedreira|first6=Márcio dos Santos|last7=Ferrão|first7=Sibelli Passini Barbosa|last8=Fernandes|first8=Sérgio Augusto de Albuquerque|date=11 November 2019|title=Effect of spray drying on the fatty acids content and nutritional indices of buffalo powdered milk|url=http://www.scielo.br/j/cta/a/pDz7PhFDmMMCChSZ7XMyr4v/?lang=en|journal=Food Science and Technology|language=en|volume=40|pages=230–237|doi=10.1590/fst.36418|issn=0101-2061}}</ref>
 
Universitas Melbourne Australia bekerja sama dengan Universitas Surrey Inggris, menggunakan teknik pembuatan susu bubuk yang prosesnya dapat menghemat penggunaan energi hingga sebesar 20% yang disebut ''forward[[osmosis osmosis''maju]]. ForwardOsmosis osmosismaju yang bekerja pada suhu di bawah 50&nbsp;°C juga dapat digunakan untuk memisahkan air dari bahan makanan cair lainnya. Proses ini juga dapat menghilangkan kandungan garam dari susu atau makanan untuk bayi dan anak hingga sebanyak 70% sehingga akan didapatkan produk yang lebih ramahaman terhadapuntuk ginjal anak.<ref>{{Cite web|last=Melbourne|first=Dr George Chen, Professor Sandra Kentish, Professor Sally Gras, University of|date=12 Februari 2020|title=Making milk powder less energy intensive|url=https://pursuit.unimelb.edu.au/articles/making-milk-powder-less-energy-intensive|website=Pursuit|language=en|access-date=2022-01-12}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Blandin|first=Gaetan|last2=Ferrari|first2=Federico|last3=Lesage|first3=Geoffroy|last4=Le-Clech|first4=Pierre|last5=Heran|first5=Marc|last6=Martinez-Llado|first6=Xavier|date=14 Oktober 2020|title=Forward Osmosis as Concentration Process: Review of Opportunities and Challenges|url=https://www.mdpi.com/2077-0375/10/10/284/htm|journal=Membrane Technologies for Resource Recovery|volume=10|issue=10|pages=284|doi=10.3390/membranes10100284|issn=2077-0375}}</ref>
 
=== Dekafeinasi untuk kopi dan teh, ===
Proses [[dekafeinasi]] secara komersial pertama kali ditemukan oleh pedagang kopi asal [[Jerman]] bernama [[Ludwig Roselius]]. Awalnya, Roselius menerima kiriman biji kopi yang terendam oleh air laut. DiaRoselius memutuskan untuk tetap mengolah biji kopi tersebut.yang terendam air laut Roseluisdan mendapati bahwa kadar kafeinkafeina dalam kopi tersebut berkurang.<ref name=":2">{{Cite web|last=Gannon|first=Megan|date=21 April 2019|title=How Is Decaf Coffee Made?|url=https://www.livescience.com/65278-how-decaf-coffee-is-made.html|website=livescience.com|language=|access-date=13 Januari 2022}}</ref>
 
Roselius kemudian menggunakan [[benzena]] sebagai pelarut untuk mengurangi kadar kafeina di dalam kopi. Namun, saat ini benzena tidak lagi digunakan karena bersifat karsinogenik. Pelarut yang saat inisekarang digunakan adalah [[etil asetat]] atau [[metil klorida]]. Untuk metil klorida, FDA Amerika menetapkan minimal kadarnya di dalam kopi tidak boleh melebihi angka 0,001% karena paparan terhadap metil klorida dalam jumlah besar diduga dapat menyebabkan kerusakan pada [[Sistem saraf pusat|sistem saraf pusat.]].<ref name=":2" />
 
Proses dekafeinasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan menggunakan air atau metode ''Swiss water'', pelarut kimia, dan proses [[karbon dioksida]].<ref name=":3">{{Cite web|last=Petruzzello|first=Melissa|title=How Is Coffee Decaffeinated? {{!}} Britannica|url=https://www.britannica.com/story/how-is-coffee-decaffeinated|website=www.britannica.com|language=|access-date=13 Januari 2022}}</ref><ref>{{Cite web|last=Dayana|first=Anggit Setiani|title=Dekafeinasi Kopi, Proses Metode Hingga Kandungan Gizi|url=https://tirto.id/dekafeinasi-kopi-proses-metode-hingga-kandungan-gizi-ejdn|website=tirto.id|language=|access-date=6 Januari 2022}}</ref>
 
Metode ''Swiss water'' dilakukan dengan merendam biji kopi hijau dengan air panas hingga kafeina yang ada di dalam biji kopi tersebut berkurang. Kelemahan proses ini adalah karakteristik kopi tersebut ikut hilang seiring dengan hilangnya kandungan kafeinnyakafeina. Setelah direndam, air sisa dari rendaman tersebut disaring melalui ''activatedsaringan charcoal filter'' untuk menghilangkan kafeinnya sajakarbon. Air sisa rendaman biji hijau pertama yang sudah difilter ini kemudian dipakaidigunakan lagi untuk merendam biji hijau lainnya karena air rendaman tersebut dinilai memiliki ekstrak biji kopi yang memberi karakteristik pada biji kopi yang akan direndambaru.<ref name=":2" /><ref name=":3" />
 
Metode yang menggunakan pelarut kimia dimulai dengan mengukus biji kopi. Biji kopi ini kemudian dicuci dengan pelarut etil asetat untuk mengurangi kadar kafeinanya''.'' Setelah dicuci dengan larutan kimia tadi, kopi kemudian dikukus lagi dengan menggunakan air yang dipakai di awal proses agar kandungan minyak dapat diserap kembali.<ref name=":2" /><ref name=":3" />
 
Karbon dioksida di bawah tekanan dan temperatur yang tinggi akan memiliki sifat sebagai gas dan cairan. Kondisi CO2karbon dioksida sebagai [[fluida superkritis]] ini digunakan sebagai pelarut biji kopi. Proses ini berlangsung di bawah suhu 200&nbsp;°F dan membutuhkan waktu 5-7 jam. Metode karbon dioksida ini tidak terlalu memengaruhi rasa kopi aslinya karena protein dan karbohodratkarbohidrat yang ada di dalam kopi tetap utuh.<ref name=":3" /><ref>{{Cite journal|last=De Marco|first=Iolanda|last2=Riemma|first2=Stefano|last3=Iannone|first3=Raffaele|date=2017|editor-last=Pierucci|editor-first=Sauro|editor2-last=Klemeš|editor2-first=Jiří Jaromír|editor3-last=Piazza|editor3-first=Laura|editor4-last=Bakalis|editor4-first=Serafim|title=Supercritical Carbon Dioxide Decaffeination Process: a Life Cycle Assesment Study|url=https://https://www.aidic.it/cet/17/57/284.pdf|journal=Chemical Engineering|volume=57|pages=1669-1704|doi=10.3303/CET1757284|isbn=9788895608488|issn=22839216}}</ref>
[[Berkas:Mesin pasteurisasi susu di KPBS Pangalengan.jpeg|jmpl|Mesin pasteurisasi susu di KPBS Pangalengan]]
 
=== Pengolahan dengan suhu tinggi ===
Suhu tinggi dapat membantu merusak atau menghilangkan komponen antigizi (misalnya inhibitor tripsin pada produk [[Leguminosae|leguminosa]]), menyebabkan inaktifnya enzim-enzim perusak, meningkatkan daya cerna protein dan karbohidrat, dan membunuh mikroorganisme. Tiga metode yang dipakai dalam pengolahan dengan suhu tinggi adalah metode ''[[Blanching (teknik memasak)|blanching]]'' (pemanasan pendahuluan), [[pasteurisasi]], dan [[sterilisasi]]. Proses ''blanching'' banyak digunakan untuk sayur dan buah sebelum diolah lebih lanjut dengan memakai air panas atau uap air panas yang dilakukan pada suhu 82&nbsp;°C-93&nbsp;°C selama 3-5 menit. Pasteurisasi dilakukan dengan menggunakan suhu yang tidak terlalu tinggi (di bawah 100°) sedangkan sterilisasi menggunakan suhu 121&nbsp;°C.<ref>{{Cite book|last=Murti|first=Tridjoko Wisnu|date=Juli 2018|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1102746|title=Pangan, Gizi, dan Teknologi Susu|location=Yogyakarta|publisher=UGM Press|isbn=9789794209080|pages=39|url-status=live}}</ref>{{Sfn|Syah, Dahrul|2012|p=229-243}}
 
=== Pengawetan dengan suhu rendah ===
Teknologi pengawetan dengan suhu rendah dilakukan pada kisaran temperatur -2&nbsp;°C hingga -16&nbsp;°C untuk proses pendinginan dan temperatur -18&nbsp;°C hingga -40&nbsp;°C. Proses ini akan menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk. Pendinginan umumnya digunakan untuk mengawetkan produk segar seperti sayur dan buah sedangkan pembekuan digunakan untuk mengawetkan daging, ikan segar, dan produk olahannya.<ref>{{Cite web|title=Freezing of fruits and vegetables|url=https://www.fao.org/3/y5979e/y5979e03.htm|website=www.fao.org|access-date=7 Januari 2022}}</ref>{{Sfn|Syah, Dahrul|2012|p=277278}}
 
[[Berkas:Dried berries.jpg|jmpl|Beri yang dikeringkan 1. beri zante 2. Bebesaran atau [[Bebesaran|murbei]] hitam 3. murbei putih 4. [[ceplukan]] 5. aronia 6. ''sea''-''bucktorn'' 7''.'' [[rasberi]] 8. [[kumkuat]] 9. [[kismis]] 10. [[bluberi]] 11. [[gojiberi]] 12. [[ceri]] 13. [[kranberi]] 14. [[Kersen (Prunus)|kersen]] 15. barberry]]
 
=== Pengeringan makanan ===
Metode ini akan mengeluarkan sebagian besar air yang terkandung di dalam satu bahan makanan sehingga kadar air seimbang dengan kadar udara normal atau kondisi kadar air sesuai dengan nilai aktivitas air (''water activity'') yang aman dari kerusakan mikrobiologis, kimiawi, dan enzimatis. Teknologi ini merupakan metode pengawetan makanan yang paling tua. Bahan makanan yang sering dikeringkan adalah buah-buahan khususnya jenis [[Buah buni{{Sfn|beri]]Syah, [[SayurDahrul|sayur-sayuran]], dan [[jamur]].2012|p=318}}{{Sfn|SyahAsiah, DahrulNurul|20122021|p=3185}}
 
Metode pengeringan terbagi atas lima yaitu metode penjemuran dengan memanfaatkan matahari, pengeringan udara dari pembakaran sistem langsung dengan ''batch system'' dan ''continuous system'', pengeringan dengan sistem tidak langsung dengan ''batch system'' dan ''continuous system'', pengeringan dengan sistem beku (''dehydrofreezing'' dan ''freeze drying''), dan pengeringan dengan gelombang mikro.<ref>{{Cite web|last=Rahayoe|first=Sri|date=28 Oktober 2017|title=Teknik Pengeringan|url=https://kanalpengetahuan.tp.ugm.ac.id/menara-ilmu/2017/755-teknik-pengeringan.html|website=kanalpengetahuan.tp.ugm.ac.id|language=|access-date=13 Januari 2022}}</ref><ref>{{Cite web|last=Schmutz|first=Pamela|last2=Hoyle|first2=E.H.|title=Drying Foods|url=https://hgic.clemson.edu/factsheet/drying-foods/|website=Home & Garden Information Center {{!}} Clemson University, South Carolina|language=|access-date=14 Januari 2022}}</ref>
 
Bahan makanan yang dapat dikeringkan adalah buah-buahan, [[Sayur|sayur-sayuran]],<ref>{{Cite journal|last=Mallik|first=Avijit|last2=Arefin Md|first2=Arman|last3=Kundo|first3=Sonmoy|last4=SR|first4=Al Nahian|last5=Sakif A|first5=Sadman|date=12 Januari 2018|title=Drying and dehydration technologies: a compact review on advance food science|url=https://medcraveonline.com/MOJFPT/MOJFPT-06-00142.pdf|journal=MOJ Food Processing & Technology|language=|volume=Volume 6|issue=Issue 1|pages=36-40|doi=10.15406/mojfpt.2018.06.00142|issn=2381-182X}}</ref> [[jamur]], [[herba]], daging ([[sapi]] dan [[babi]]).<ref>{{Cite web|last=Hendley|first=Alice Jane|last2=Flores|first2=Nancy|title=NMSU: Drying Foods|url=https://aces.nmsu.edu/pubs/_e/E322/welcome.html|website=aces.nmsu.edu|access-date=14 Januari 2022|last3=Davies|first3=Cindy Schlenker}}</ref>
 
=== Pengemasan aseptik ===
Baris 62 ⟶ 64:
 
=== Iradiasi pangan ===
Teknologi pangan ini merupakan metode penyinaran terhadap pangan dengan menggunakan zat radioaktif maupun akselerator untuk mencegah pembusukan dan kerusakan pangan agar bebas dari mikroba. Metode ini akan merusak [[Asam deoksiribonukleat|DNA]] mikroba tanpa merusak rasa dan nilai gizi bahan makanan. Sumber radiasi yang boleh dipergunakan adalah [[Sinar gama|sinar gamma]] dari [[radionuklida]] [[Kobalt|Kobalt-60]] atau [[Sesium-137]], [[sinar-X]] yang dihasilkan dari mesin sumber yang dioperasikan dengan energi yang lebih kecil atau sama dengan 5 MeV, dan [[elektron]] yang dihasilkan dari mesin sumber yang dioperasikan dengan energi yang lebih kecil atau sama dengan 10 MeV.<ref>{{Cite web|date=22 Desember 2006|title=Pangan Iradiasi, Alternatif yang Menjanjikan|url=https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/161/Pangan-Iradiasi---alternatif-yang-menjanjikan|website=pom.go.id|access-date=7 Januari 2022}}</ref><ref>{{Cite webnews|last=Anna|first=Lusia Kus|date=26 November 2012|title=Iradiasi Pangan, dari Makanan Astronot sampai Rendang Halaman all|url=https://lifestyle.kompas.com/read/2012/11/26/09312757/~News%20&%20Features~Health%20Concerns|websitework=KOMPAS[[Kompas.com]]|language=|access-date=12 Januari 2022}}</ref>
 
[[File:HD.6B.452 (11984638133).jpg|thumb|Mesin iradiasi pangan portabel, sekitar tahun 1968]]
Baris 111 ⟶ 113:
|Teknologi Pangan
|-
|[[Universitas SumatraSumatera Utara]]
|Pertanian
|Ilmu dan Teknologi Pangan
Baris 125 ⟶ 127:
|[[Universitas Dr. Soetomo]] Surabaya
|Fakultas Pertanian
|Teknologi Pangan &dan Gizi
|-
|[[Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya]]
Baris 148 ⟶ 150:
|-
|[[Universitas Ciputra]]
|''Fakultas Pariwisata''
|Hospitality
|''Teknologi Pangan''
|[https://www.uc.ac.id/fto International Food Technology]
|-
|Universitas Djuanda Bogor
Baris 157 ⟶ 159:
|Universitas Widya Mataram Yogyakarta
|Fakultas Teknologi Pertanian
|Teknologi Pangan
|-
|[[Institut Teknologi Sumatera]]
|Jurusan Teknologi Produksi dan Industri
|Teknologi Pangan
|}
 
Di Indonesia, [[Institut Pertanian Bogor]] menjadi pionir studi teknologi pangan dengan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan.<ref>{{cite web|title=Ilmu dan Teknologi Pangan: Program Studi|url=http://www.inspirasi-insinyur.com/2013/01/ilmu-dan-teknologi-pangan-program-studi|website=Inspirasi-insinyur.com|archive-url=https://web.archive.org/web/20131113031935/http://www.inspirasi-insinyur.com/2013/01/ilmu-dan-teknologi-pangan-program-studi|archive-date=13 November 2013|dead-url=yes|accessdate=9 November 2013}}</ref>
 
Baris 167 ⟶ 174:
 
* {{Cite book|last=Syah|first=Dahrul|date=2012|url=https://books.google.co.id/books/about/Pengantar_Teknologi_Pangan.html?id=KyoTEAAAQBAJ&redir_esc=y|title=Pengantar Teknologi Pangan|location=Bogor|publisher=IPB Press|isbn=9786024404338|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Asiah|first=Nurul|last2=Djaeni|first2=M.|date=9 Agustus 2021|url=https://www.researchgate.net/publication/353766378_KONSEP_DASAR_PROSES_PENGERINGAN_PANGAN|title=Konsep Dasar Proses Pengeringan Pangan|location=Malang|publisher=AE Publishing|isbn=978-623-306-469-9|url-status=live}}
 
== Pranala luar ==
Baris 172 ⟶ 180:
* [http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/55730/Pemahaman%20dan%20Pemanfaatan%20Teknologi%20Pangan.pdf?sequence=1 Pemahaman dan Pemanfaatan Teknologi Pangan]
* [http://itp.bakrie.ac.id/index.php/id/component/k2/item/53-keamanan-pangan-dan-kesehatan-masyarakat-2 Keamanan Pangan dan Kesehatan Masyarakat ]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* [https://www.uc.ac.id/ftoftp/ Jurusan Teknologi Pangan Universitas Ciputra]
 
{{Teknologi}}