Bahasa Isyarat Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Swarabakti (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Wonder-dense (bicara | kontrib)
satu sumber
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(35 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{satu sumber}}
{{Infobox language
|name=Bahasa Isyarat Indonesia
Baris 7 ⟶ 8:
|ref=e16
|familycolor=sign
|fam1=[[BahasaRumpun bahasa isyarat Prancis|Isyarat Prancis]]
|fam2=[[Bahasa Isyarat Amerika|Isyarat SerikatAmerika]]
|fam3=[[Bahasa Isyarat Malaysia]]?
|iso3=inl
|glotto=indo1291
Baris 18:
}}
 
'''Bahasa Isyarat Indonesia''' ('''BISINDO''') adalah salah satu [[bahasa isyarat]] yang berlaku di [[Indonesia]]. Berbeda dari SIBI yang merupakan [[bahasasistem buatan]] dan bukan merupakan bahasa, BISINDO merupakan bahasa ibu yang tumbuh secara alami pada kalangan komunitas [[tunarungu|Tuli]] di Indonesia. Perbedaan lainnya adalah SIBI menggunakan isyarat khusus untuk morfem imbuhan mengikuti [[bahasa Indonesia]], sehingga menyebabkan kata-katanya jauh lebih panjang daripada kata-kata dalam bahasa isyarat alami seperti BISINDO.{{sfn|Palfreyman|2015|pp=7–8}} BISINDO kemudian diteliti dan dikembangkan oleh [[Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (PUSBISINDO)]] serta Laboratorium Riset Bahasa Isyarat FIB UI.
 
== Pengertian ==
Istilah BISINDO digunakan pertama kali dalam resolusi kongres ke-7 [[Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia|Gerkatin (GERKATIN)]] yang diselenggarakan di Makassar pada tahun 2006. Walaupun begitu, istilah BISINDO tidak memiliki pengertian yang pasti. Linguis Nicholas Palfreyman (yang juga seorang tunarunguTuli) mencatat tiga pandangan mengenai BISINDO, yaitu 1) bahwa BISINDO adalah bahasa isyarat yang digunakan oleh seluruhkaum tunarunguTuli di Indonesia, dan setiap isyarat dari berbagai ragam harus dipilih untuk disatukan menjadi ragam baku yang definitif; 2) bahwa BISINDO adalah ragam bahasa isyarat yang digunakan di Jakarta, dan ragam inilah yang mesti dipopulerkan ke seluruh Indonesia; dan 3) bahwa BISINDO merupakan bahasa isyarat yang digunakan oleh seluruhkaum tunarungu[[Tuli]] di Indonesia dengan berbagai ragam, dan bahwa ragam-ragam daerah ini unik dan mesti dipromosikan tanpa harus dibakukan. Pandangan ketiga, menurut Palfreyman, merupakan pandangan yang relatif banyak didukung akhir-akhir ini.{{sfn|Palfreyman|2015|p=128}}
 
== Ragam ==
Survei kilat bahasa isyarat di beberapa provinsi Indonesia yang dilakukan oleh Hope Hurlbut (2014) menghasilkan gambaran hubungan leksikal yang tidak begitu jelas antarragam BISINDO di tiap provinsi. Namun, ketika ragam dari pulau yang sama dibandingkan, tingkat kesamaan leksikal yang dihasilkan lebih tinggi, dan Hurlbut menyimpulkan bahwa BISINDO merupakan satu bahasa.{{sfn|Hurlbut|2014|p=14}} Sementara, perbandingan leksikal antara ragam bahasa isyarat yang digunakan di [[Jakarta]] dan [[Yogyakarta]] yang dilakukan oleh beberapa penulis menyimpulkan bahwa keduanya merupakan bahasa yang berbeda, sebab keduanya hanya memiliki sekitar 65% kesamaan dalam leksikonnya.<ref>Silva Tenrisara Pertiwi Isma, 2012, "Signing Varieties in Jakarta and Yogyakarta"[http://www.cuhk.edu.hk/lin/new/doc/ma_papers/macla/Silva_2011-12.pdf] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140113202316/http://www.cuhk.edu.hk/lin/new/doc/ma_papers/macla/Silva_2011-12.pdf|date=2014-01-13}}</ref>{{sfn|Palfreyman|2015|p=19}}
 
Di sisi lain, Palfreyman mengkritisi penggunaan metode leksikostatistik untuk menggolongkan bahasa isyarat tanpa memerhatikan variasi linguistik internal dan identitas pengguna bahasa isyarat itu sendiri. Menurutnya, keragaman bahasa isyarat juga mesti dianalisis secara lebih dekat dengan berbagai metode, baik kuantitatif maupun kualitatif, agar menghasilkan penggolongan ragam bahasa yang lebih mendekati kenyataan.{{sfn|Palfreyman|2015|p=53}}
Baris 64:
}}
 
Pengisyaratan partikel kompletif biasanya disertai dengan ''mouthing'' atau aktivitas menirukan gerakan mulut untuk kata-kata dalam bahasa lisan seperti "sudah" dan "habis" dari bahasa Indonesia.{{efn|''Mouthing'' mesti dibedakan dari ''mouth gesture'' atau isyarat mulut, yaitu aktivitas mulut yang tidak berpadanan dengan bunyi apapun dalam bahasa lisan dan merupakan pengembangan dalam bahasa isyarat itu sendiri {{harv|Palfreyman|2013|p=154}}.}} ''Mouthing'' untuk kata ''wis'' 'sudah' dari [[bahasa Jawa]] ragam ''[[ngoko]]'' juga digunakan pada ragam bahasa isyarat di Solo. Akan tetapi, penutur bahasa isyarat Indonesia di Makassar tidak meminjam ''mouthing'' untuk klitika perfektif ''=mo'' {{gcl|PFV}} dari [[bahasa Makassar]], kemungkinan karena sifat klitika ini yang [[Bahasa Makassar#Kala, aspek, dan modalitas|bentuknya]] dipengaruhi oleh klitika [[pronomina]] sehingga menyebabkan penutur ragam bahasa isyarat di Makassar tidak dapat mengidentifikasinya sebagai unsur kompletif.{{sfn|Palfreyman|2013|p=159}}
 
Aspek kompletif dapat diindikasikan hanya dengan ''mouthing'', seperti dalam contoh-contoh berikut:{{sfn|Palfreyman|2013|p=159}}
Baris 77:
|{{abbr|TKan|tangan kanan}}: SAUDARA HAJI {} HAJI HAJI
|{{abbr|TKir|tangan kiri}}: SAUDARA {} PERTAMA KEDUA KETIGA
|'KakakkuSaudaraku yang pertama sampai ketiga sudah naik haji semua...' {{harv|Palfreyman|2013|p=159}}
|c1=[Makassar]
}}
Baris 136:
== Lihat pula ==
* [[Kata Kolok]], bahasa isyarat yang berlaku di [[Bengkala, Kubutambahan, Buleleng|Bengkala]], [[Bali]].
|fam3=* [[Bahasa Isyarat Malaysia]]?
* [[Sistem Isyarat Bahasa Indonesia]] (SIBI), sistem isyarat di Indonesia.
* [[Isyarat Internasional]]
* [[Pengakuan Hukum Atas Bahasa Isyarat|Pengakuan Hukum atas Bahasa Isyarat]]
 
== Keterangan ==
Baris 154 ⟶ 156:
{{Navigasi bahasa isyarat}}
 
[[Kategori:Bahasa isyarat|Isyarat]]
[[Kategori:Bahasa di Indonesia|Isyarat]]