Garuda Indonesia Penerbangan 206: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jelajahlangit (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
→‎Akibat: mem buat
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(6 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 14:
|destination = [[Bandar Udara Internasional Polonia]], [[Medan]]
|passengers = 48
|crew = 5
|injuries = 2
|fatalities = 7 (5 pembajak, 1 komando, dan pilot)
Baris 20:
|Stopover=[[Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II|Bandar Udara Talang Betutu]], [[Palembang]]}}
 
'''Garuda Indonesia Penerbangan 206''' atau juga dikenal dengan sebutan '''Peristiwa''' '''''Woyla''''' adalah sebuah penerbangan [[maskapai penerbangan|maskapai]] [[Garuda Indonesia]] dari [[Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II|Bandar Udara Talang Betutu]], [[Kota Palembang|Palembang]] ke [[Pangkalan Udara Soewondo|Bandar Udara Internasional Polonia]], [[Kota Medan|Medan]] yang mengalamidibajak insidenpada [[pembajakan pesawat]] padatanggal 28 Maret 1981, oleh lima orang [[terorisKomando Jihad]] yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein, dan mengidentifikasi diri sebagai anggota kelompok ekstremisdi [[Komando JihadIndonesia]]. Penerbangan dengan pesawatPesawat [[McDonnell Douglas DC-9|DC]] PK-9GNJ dibajak dalam [[penerbangan domestik]] ''Woyla''dan tersebutdipaksa berangkatmendarat daridi [[DaerahBandar KhususUdara IbukotaInternasional Don Jakarta|JakartaMueang]] pada pukul 08.00di [[pagiBangkok]], [[transitThailand]]. diPara Palembang,pembajak danmenuntut akanpembebasan terbangrekan-rekan kemereka Medandari denganpenjara perkiraanIndonesia sampaidan padamengeluarkan pukultuntutan-tuntutan 10.55lainnya. DalamTiga penerbanganhari kemudian, pesawat tersebut tiba-tiba dibajakdiserbu oleh lima orang teroris yang menyamar sebagai penumpang. Setelah mendarat sementara untuk mengisi bahan bakar di [[BandarKomando UdaraPasukan Internasional Pulau Pinang|Bandara PenangKhusus]], [[Malaysia]],(Kopassus). akhirnyaDalam pesawatoperasi tersebutberikutnya, terbangkelima danpembajak mengalamitewas, dramasementara puncaknyapilot didan [[Bandarsatu Udaraanggota InternasionalKopassus Donterluka Mueang|Bandaparah. UdaraSemua Internasionalpenumpang Donberhasil Mueang]] di [[Bangkok]], [[Thailand]] tanggal 31 Maretdiselamatkan.
 
Imran bin Muhammad Zein, pemimpin sel kelompok Komando Jihad yang melakukan peristiwa teror ini menuntut agar para rekannya yang ditahan pasca [[Peristiwa Cicendo]] di [[Kota Bandung|Bandung]], [[Jawa Barat]], supaya dibebaskan. Dalam Peristiwa Cicendo, 14 anggota Komando Jihad membunuh empat anggota [[polri|polisi]] di Kosekta 65 pada 11 Maret 1981 dini hari. Usai peristiwa itu, sejumlah anggota Komando Jihad ditahan dan terancam hukuman mati.<ref name="oke">[http://news.okezone.com/read/extend/2009/10/15/343/265886/woyla-terorisme-pertama-di-indonesia "Woyla, Terorisme Pertama di Indonesia"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120428102050/http://news.okezone.com/read/extend/2009/10/15/343/265886/woyla-terorisme-pertama-di-indonesia |date=2012-04-28 }} - Okezone.com, diakses 4 Mei 2010.</ref>
 
Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 ''Woyla'' ini menjadi peristiwa terorisme bermotif [[jihad]] pertama yang menimpa [[Indonesia]] dan satu-satunya dalam sejarah [[Daftar maskapai penerbangan Indonesia|maskapai penerbangan Indonesia]].<ref name="oke"/>
 
== Kejadian ==
McDonnell Douglas DC-9, yang diberi nama ''Woyla,'' dijadwalkan lepas landas dari [[Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II|Bandar Udara Talang Betutu]] di [[Kota Palembang|Palembang]], [[Sumatera Selatan]], pada Sabtu pagi, 28 Maret 1981. Pilotnya adalah Kapten Herman Rante. Pesawat berangkat dari [[Bandar Udara Internasional Kemayoran]] di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] pada pukul 08.00 dan dijadwalkan tiba di [[Pangkalan Udara Soewondo|Bandar Udara Internasional Polonia]] di [[Kota Medan|Medan]], [[Sumatera Utara]], pada pukul 10.55. Setelah lepas landas, lima pria bersenjatakandengan [[senapan kisar]] berdiri dari tempat duduk mereka. Beberapa orang mengarahkanmenodongkan senjatanyasenjata ke arah pilot, sementara yang lainlainnya berpatroli di lorong, memantaumengawasi para penumpang. Mereka memintamenuntut pilotnyapilot untuk terbang ke [[Kolombo]], [[Sri Lanka]], namun pesawat tidak memiliki cukup bahan bakar, sehingga mereka mengisi bahan bakar di [[Bandar Udara Internasional Pulau Pinang]] di Bayan Lepas, [[Malaysia]]. Saat sedang mengisi bahan bakar, para pembajak mengeluarkan seorang nenekwanita tua bernama Hulda Panjaitan dari pesawat karena dia terus menangis.

Selanjutnya, pesawat lepas landas dan mendarat di Bandara Don Mueang di Bangkok. Sesampainya di sana, para pembajak membacakan tuntutan mereka. Tuntutan utamanyautama mereka adalah pembebasan 80 orang yang baru-baru ini dipenjara di Indonesia setelah "[[Peristiwa Cicendo]]" dua minggu sebelumnya, di mana kelompok IslamIslamis menyerang sebuah kantor polisi di kecamatan [[Cicendo, Bandung|Cicendo]], [[Kota Bandung|Bandung]]. Para pembajak juga menuntut uang sebesar US$1,5 juta, agar [[Adam Malik]] diberhentikan dari jabatan [[Wakil Presiden Indonesia]], dan agar setiapsemua [[Dua Belas Suku Israel|orang Israel]] dideportasi dari Indonesia. Mereka juga merincimenuntut pembebasan salah satu rekan mereka di sebuah lokasi rahasia. Para pembajak memintamengatakan kepada polisi Thailand untuk menyampaikan tuntutan mereka kepada pemerintah Indonesia, dan mengancam akan meledakkan pesawat beserta seluruh penumpang dan awakkru pesawat jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.
 
== Operasi Woyla ==
Baris 39 ⟶ 37:
| commander1 = {{flagicon|Indonesia}} [[Letnan Kolonel]] [[Sintong Panjaitan]]
| commander2 = Imran bin Muhammad Zein {{surrender}}
| units1 = *{{flagicon image|Flag of the Indonesian Army.svg}} [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]
| units1 =
**{{flagicon image|Flag of the Indonesian ArmyLambang_Kopassus.svg}} [[TentaraKomando NasionalPasukan Indonesia Angkatan DaratKhusus|Kopassus]]
**{{flagicon image|Lambang_Kopassus.svg}} [[Kopassus]]
*{{Flagicon image|Flag of the Royal Thai Air Force.svg}} [[Angkatan Udara Kerajaan Thai|RTAF]]
**Resimen Operasi Khusus
| units2 = Tidak ada unit khusus
| strength1 = 35 prajurit KopassandhaKopassus<br>20 prajurit RTAF
Tidak ada unit khusus
| strength1 = 35 prajurit Kopassandha<br>20 prajurit RTAF
| strength2 = 5 pembajak
| casualties1 = 1 prajurit tewas
Baris 52 ⟶ 48:
| casualties3 =
}}
Wakil Panglima TNI [[Laksamana]] [[Sudomo]] langsung memerintahkan [[Komando Pasukan Khusus|Kopassus]] [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|TNI Angkatan Darat]], melakukan serangan [[Kontraterorisme|kontra teroris]] untuk menyelamatkan para sandera. Pasukan komando meminjam McDonnell Douglas dari Garuda Indonesia yang mirip dengan pesawat yang dibajak selama tiga hari untuk latihan penyergapan. Tim dipersenjatai dengan senjata baru, termasuk [[Heckler & Koch MP5]]. Mereka berangkat ke Thailand menggunakan pesawat Garuda Indonesia [[McDonnell Douglas DC-10]]. Pada hari Senin tanggal 31 Maret 1981, tim telah siap, namun pemerintah Thailand tidak memberikan izin kepada pasukan Indonesia untuk mengambil alih pesawat tersebut karena berada di wilayah Thailand. Dalam keputusasaan, Kepala Intelijen Strategis Indonesia [[Leonardus Benyamin Moerdani|Benny Moerdani]] menghubungi seorang teman di stasiun [[Badan Intelijen Pusat|CIA]] di Bangkok untuk membujuk pemerintah Thailand agar memberikan izin.
 
Wakil Panglima TNI, [[Laksamana]] [[Sudomo]], langsungsegera memerintahkan [[Komando Pasukan Khusus|Kopassus]] [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|TNI Angkatan Darat]], untuk melakukan seranganpenyerbuan [[Kontraterorisme|kontra teroris]] untuk menyelamatkan para sandera. Pasukan komando meminjam sebuah pesawat McDonnell Douglas dari Garuda Indonesia yang mirip dengan pesawat yang dibajak selama tiga hari untuk latihanmelatih penyergapanpenyerbuan. Tim ini dipersenjatai dengan senjata baru, termasuk [[Heckler & Koch MP5]]. Mereka berangkat ke Thailand dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia [[McDonnell Douglas DC-10]] milik Garuda Indonesia. Pada hari Senin tanggal, 31 Maret 1981, tim telah siap, namun pemerintah Thailand tidak memberikan izin kepadabagi pasukan Indonesia untuk mengambil alih pesawat tersebut karena pesawat itu berada di wilayah Thailand. Dalam keputusasaan, Kepala Badan Intelijen Strategis Indonesia, [[Leonardus Benyamin Moerdani|Benny Moerdani]], menghubungi seorang teman di stasiunkantor [[Badan Intelijen Pusat|CIA]] di Bangkok untuk membujuk pemerintah Thailand agar memberikan izin.
Pemerintah Thailand akhirnya menyetujui penggerebekan tersebut dengan bantuan Resimen Pasukan Keamanan Angkatan Udara Kerajaan Thailand (SFR). Pada hari Selasa, 31 Maret, tim memulai operasi penyelamatan sandera, membagi diri menjadi tiga kelompok: Tim Merah, Tim Biru, dan Tim Hijau. Tim Merah dan Biru berada di bagian belakang pesawat, sedangkan tim Hijau masuk dari pintu belakang pesawat. Anggota tim SFR Thailand ditempatkan di [[Pelataran pesawat|landasan]] jika pembajak mencoba melarikan diri. Saat tim Kopassus masuk ke dalam pesawat, para pembajak terkejut dan menembaki tim tersebut, namun tiga orang pembajak tewas saat tim membalas tembakan. Salah satu anggota Kopassus tertembak, mungkin oleh rekan-rekannya, begitu pula pilotnya, mungkin juga oleh anggota Kopassus. Sandera lainnya dibebaskan tanpa cedera. Dua pembajak menyerah kepada pasukan komando Thailand, namun mereka [[Pembunuhan di luar hukum|dibunuh di luar hukum]] oleh pasukan komando Kopassus dalam perjalanan kembali ke Jakarta.<ref name="Conboy">{{Cite book|last=Conboy|first=Kenneth J.|date=2003|url=https://archive.org/details/kopassusinsidein00conb|title=Kopassus : Inside Indonesia's Special Forces|location=Jakarta|publisher=Equinox Pub|isbn=978-9799589880|edition=1st Equinox ed. 2003|pages=280–289|oclc=51242376|url-access=limited}}</ref>
 
Pemerintah Thailand akhirnya menyetujui penggerebekanpenyerbuan tersebut dengan bantuan Resimen Pasukan Keamanan Angkatan Udara Kerajaan Thailand (SFR). Pada hari Selasa, 31 Maret, tim memulai operasi penyelamatan [[sandera,]] dengan membagi diri menjadi tiga kelompok: Tim Merah, Tim Biru, dan Tim Hijau. Tim Merah dan Biru berada di bagian belakang pesawat, sedangkansementara timTim Hijau masuk dari pintu belakang pesawat. Anggota tim SFR Thailand ditempatkandiposisikan di [[Pelataranlandasan pesawat|landasanpacu]] jika pembajak mencoba melarikan diri. SaatKetika tim Kopassus masuk ke dalammemasuki pesawat, para pembajak terkejut dan menembaki tim tersebut, namun tiga orang pembajak tewas saatketika tim membalas tembakan. Salah satu anggota Kopassus tertembak, mungkin oleh rekan-rekannya, begitu pulajuga dengan pilotnya, mungkin juga oleh anggota Kopassus. SanderaSisa sandera lainnya dibebaskan tanpa cedera. Dua dari pembajak menyerahmenyerahkan diri kepada pasukan komando Thailand, namuntetapi mereka [[Pembunuhan di luar hukum|dibunuh di luar hukum]] oleh pasukan komando Kopassus dalam perjalanan kembali ke Jakarta.<ref name="Conboy">{{Cite book|last=Conboy|first=Kenneth J.|date=2003|url=https://archive.org/details/kopassusinsidein00conb|title=Kopassus : Inside Indonesia's Special Forces|location=Jakarta|publisher=Equinox Pub|isbn=978-9799589880|edition=1st Equinox ed. 2003|pages=280–289|oclc=51242376|url-access=limited}}</ref>
 
== Akibat ==
[[Achmad Kirang]], anggota tim Kopassus yang terluka akibat tembakantertembak di bagian [[abdomen]], meninggal dunia keesokan harinya pada tanggal 1 April 1981 di Rumah Sakit Bhumibol Adulyadej di Bangkok. Kapten Herman Rante, pilot pesawat yang tertembak dalam [[baku tembak]], juga tewasmeninggal di Bangkok beberapa hari kemudian. Jenazah Kirang dan Rante diangkutditerbangkan dari Bangkok ke Jakarta, di mana keduanya kemudian dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata|Taman Makam Pahlawan Kalibata]].
 
 
Nama pesawat pun berubah menjadi
Porong.
 
Seluruh timanggota Kopassus, termasuk pimpinanpemimpinnya Letkol[[Letnan Kolonel]] [[Sintong Panjaitan]], dianugerahi [[Bintang Sakti]] oleh [[pemerintah Indonesia]] dan [[Promosi jabatan|dipromosikannaik pangkat]]. Achmad Kirang secara [[anumerta]] dipromosikanmendapat kenaikan pangkat dua kali lipat.<ref name="Wiwoho">{{cite book|author=B Wiwoho|year=2016|title=Operasi Woyla - Pembebasan Pembajakan Pesawat Garuda Indonesia|publisher=Kompas Gramedia Group|isbn=978-602-412-122-8|page=151}}</ref>
 
Garuda Indonesia tetap mengoperasikan penerbangan nomor penerbangan 206 hinggaper Maret 2024, yang kini melayani rute [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]-[[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] dengan menggunakan armada [[Boeing 737|Boeing 737-800]].<ref>{{Cite web|title=GA206 (GIA206) Garuda Indonesia Flight Tracking and History|url=http://flightaware.com/live/flight/GIA206|website=FlightAware|language=en|access-date=17 January 2023}}</ref>
Seluruh tim Kopassus, termasuk pimpinan Letkol [[Sintong Panjaitan]], dianugerahi [[Bintang Sakti]] oleh [[pemerintah Indonesia]] dan [[Promosi jabatan|dipromosikan]]. Achmad Kirang secara [[anumerta]] dipromosikan dua kali lipat.<ref name="Wiwoho">{{cite book|author=B Wiwoho|year=2016|title=Operasi Woyla - Pembebasan Pembajakan Pesawat Garuda Indonesia|publisher=Kompas Gramedia Group|isbn=978-602-412-122-8|page=151}}</ref>
 
== Dalam budaya populer ==
Garuda Indonesia tetap mengoperasikan penerbangan nomor 206 hingga Maret 2024, kini melayani rute [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]-[[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] dengan menggunakan Boeing 737-800.<ref>{{Cite web|title=GA206 (GIA206) Garuda Indonesia Flight Tracking and History|url=http://flightaware.com/live/flight/GIA206|website=FlightAware|language=en|access-date=17 January 2023}}</ref>
Sebuah film yang didasarkan pada insiden tersebut dijadwalkan untuk diproduksi pada tahun 2014, tetapi dibatalkan.<ref>{{Cite news |last=Mappapa |first=Pasti Liberti |date=5 October 2016 |title=Film Operasi Woyla Terhambat Dana |publisher= |url=https://news.detik.com/x/detail/intermeso/20161005/Film-Operasi-Woyla-Terhambat-Dana/ |access-date=1 December 2021}}</ref>
 
== Lihat pula ==