Sistiserkosis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
31Dordia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
RianHS (bicara | kontrib)
 
(46 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Penyangkalan-medis}}
{{inuse|30 Mei 2010}}
{{about|infeksi|larva cacing penyebabnya|sistiserkus}}
 
{{Infobox medical condition (new)
{{DiseaseDisorder infobox |
Name |name = Cysticercosis |Sistiserkosis
Image |synonym = Neurocysticercosis.gif |
|image = Neurocysticercosis.gif
Caption = Magnetic resonance image of a patient with neurocysticercosis demonstrating multiple cysticerci within the brain. |
|image_size =
ICD10 = {{ICD10|B|69||b|65}} |
ICD9 |alt = {{ICD9|123.1}} |
|caption = [[Pencitraan resonansi magnetik]] pada orang dengan neurosistiserkosis menunjukkan banyaknya [[kista]] dalam otak
ICDO = |
OMIM |pronounce = |
DiseasesDB |penderita = 3341 |
|specialty =
MedlinePlus = 000627 |
|symptoms = Tidak ada, benjolan kulit, gangguan saraf
eMedicineSubj = emerg |
|complications =
eMedicineTopic = 119 |
|onset =
eMedicine_mult = {{eMedicine2|med|494}} {{eMedicine2|ped|537}} |
MeshID |duration = D003551 |
|types = Sistiserkosis jaringan, [[neurosistiserkosis]]
|causes = [[Sistiserkus]] (larva cestoda ''[[Taenia (cacing pita)|Taenia]]'')
|risks = [[Higiene]] dan [[sanitasi]] rendah
|diagnosis =
|differential =
|prevention =
|treatment =
|medication = Obat cacing ([[praziquantel]], [[albendazol]])
|prognosis =
|frequency =
|deaths =
}}
 
'''Sistiserkosis''' ({{lang-en|cysticercosis}}) adalah [[penyakit]] berupa infeksi [[jaringan]] yang disebabkan oleh [[sistiserkus]] ([[larva]] cacing ''[[Taenia (cacing pita)|Taenia]]'') akibat menelan telur cacing. Penderita sistiserkosis adalah [[inang]] perantara ''Taenia''. Dalam tubuh, sistiserkus menginfeksi jaringan otot, kulit, mata, dan sistem saraf pusat. Jika terjadi pada jaringan saraf, infeksinya disebut [[neurosistiserkosis]]. Penyakit ini tergolong [[zoonosis]] karena dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya.
'''Sistiserkosis''' adalah infeksi [[jaringan]] oleh bentuk [[larva]] [[Taenia]] (sistiserkus) akibat termakan [[telur]] [[Platyhelminthes|cacing pita]] [[''Taenia''(cacing pita)|''Taenia'']]. <ref name="Wandra 2003"> {{en}} Wandra, T., A. Ito, H. Yamasaki, T. Suroso, dan S. S. Margono. 2003. Taenia solium Cysticercosis, Irian Jaya, Indonesia. ''Journal of Emerging Infectious Disease'' 9 (7): 884-885.</ref> [[Cacing pita babi]] dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia, sedangkan [[cacing pita sapi]] tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia.<ref name="Grove"> {{en}} Grove, D. I. 1990. ''A History of Human Helminthology''. United Kingdom: CAB International.</ref> Sedangkan kemampuan ''[[Taenia asiatica]]'' dalam menyebabkan sistiserkosis belum diketahui secara pasti. <ref name="Simanjuntak"/> Terdapat dugaan bahwa ''Taenia asiatica'' merupakan penyebab sistiserkosis di [[Asia]]. <ref name=Simanjuntak>{{cite web
| last = Simanjuntak
| first = Gindo Mangara
| authorlink =
| coauthors =
| year =
| url = http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/abstrak/Gindo.pdf
| title = Studi Taeniasis/Cysticercosis di Kabupaten Jayawijaya Propinsi Irian Jaya
| format = Pdf
| work =
| publisher = Badan Litbang Kesehatan.
| accessdate = 2010-05-13
| accessyear =
| archiveurl =
| archivedate =
| quote =
}}</ref>
 
== Penyebab ==
==Penyebaran di Indonesia==
[[Berkas:Taenia solium Life cycle (02).tif|jmpl|kiri|Daur hidup ''[[Taenia solium|T. solium]]'' yang menggambarkan terjadinya sistiserkosis]]
Di [[Kabupaten]] [[Jayawijaya]] [[Papua]], [[Indonesia]] ditemukan 66,3% (106 orang dari 160 responden) positif menderita taeniasis solium/sistiserkosis selulosae dari [[babi]] <ref name=Simanjuntak/>. Sementara 28,3% orang adalah penderita sistiserkosis yang dapat dilihat dan diraba benjolannya di bawah [[kulit]] <ref name=Simanjuntak/>. Sebanyak 18,6% (30 orang) di antaranya adalah penderita sistiserkosis selulosae yang menunjukkan gejala [[epilepsi]] <ref name=Simanjuntak/>. Dari 257 [[pasien]] yang menderita luka bakar di Papua, sebanyak 82,8% menderita epilepsi akibat adanya sistiserkosis pada otak. <ref name=Simanjuntak/>
''Taenia'' merupakan genus [[cacing pita]] yang [[Daur hidup organisme|daur hidupnya]] memungkinkannya berpindah-pindah dari satu [[inang]] ke inang lainnya. Penderita sistiserkosis adalah inang perantara ''Taenia'', sementara inang definitifnya menderita [[taeniasis]]. Sistiserkosis terjadi saat inang menelan telur cacing atau proglotid gravid (segmen tubuh cacing yang telah matang dan dipenuhi telur) sehingga telur tersebut menetas dalam tubuh inang dan berubah menjadi larva yang disebut sistiserkus.<ref name=":0">{{Cite web|last=|first=|date=12 Juli 2019|title=Parasites: Cysticercosis Biology|url=https://www.cdc.gov/parasites/cysticercosis/biology.html|website=CDC|access-date=25 Juli 2021}}</ref>
 
Umumnya, inang perantara ''Taenia'' adalah hewan. Pada babi, sistiserkosis disebabkan oleh ''[[Taenia solium|T. solium]]'' yang larvanya disebut ''Cysticercus cellulosae'', sedangkan sistiserkosis sapi disebabkan oleh ''[[Taenia saginata|T. saginata]]'' yang larvanya disebut ''Cysticercus bovis'' atau ''Cysticercus innermis''.<ref>{{citation|last=Direktorat Kesehatan Hewan|year=2014|title=Manual Penyakit Hewan Mamalia, cetakan ke-2|pp=375-383|url=http://wiki.isikhnas.com/images/b/b9/Manual_Penyakit_Hewan_Mamalia.pdf|location=Jakarta|publisher=Direktorat Kesehatan Hewan, [[Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan]], [[Kementerian Pertanian Republik Indonesia]]|ref={{sfnRef|Dirkeswan|2014}}}}</ref> Meskipun demikian, manusia dapat menjadi inang perantara dan menderita sistiserkosis jika mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi telur cacing ''Taenia''. Pada manusia, sistiserkosis disebabkan oleh ''T. solium'', sedangkan ''T. saginata'' tidak mengakibatkan sistiserkosis; sementara itu, kemampuan ''[[Taenia asiatica|T. asiatica]]'' dalam menyebabkan sistiserkosis di Asia belum diketahui secara pasti.<ref name=":3">{{Cite book|last=Simanjuntak|first=Gindo Mangara|date=2000|url=http://www.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/20242?show=full|title=Studi Taeniasis/Cysticercosis di Kabupaten Jayawijaya Propinsi Irian Jaya|publisher=Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan|url-status=live|access-date=2021-07-25|archive-date=2021-07-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20210724052628/http://www.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/20242?show=full|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Parasites: Cysticercosis|url=https://www.cdc.gov/parasites/cysticercosis/index.html|website=CDC|access-date=25 Juli 2021}}</ref>
Sebanyak 13,5% (10 dari 74 orang) pasien yang mengalami [[epilepsi]] di [[Bali]] didiagnosa menderita sistiserkosis di [[otak]]. <ref name=Margono ok 2001> {{cite journal
| author = Margono, S. S., T. Wandra, dan T. Suroso
| year = 2001
| month =
| title = Cysticercosis in Indonesia: Epidemiological Aspects
| journal = Southeast Asian J Trop Med Public Health
| volume = 32
| issue = 2
| pages = 79-84
| doi =
| id =
| url =
| format =
| accessdate =
| language = English
}}</ref> Prevalensi taeniasis ''T. asiatica'' di [[Sumatera Utara]] berkisar 1,9%-20,7%. <ref name=Wandra/> Kasus ''T. asiatica'' di [[Provinsi]] ini umumnya disebabkan oleh konsumsi [[daging]] [[babi hutan]] setengah matang. <ref name=Wandra/>
 
==Efek KesehatanPersebaran ==
Sistiserkosis ada di seluruh dunia, tetapi kasusnya lebih banyak dilaporkan di [[kawasan perdesaan]] di negara-negara berkembang di Afrika, Asia, dan [[Amerika Latin]] dengan populasi babi yang tinggi dan penerapan [[higiene]] yang kurang.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=17 April 2014|title=Parsites: Cysticercosis Epidemiology & Risk Factors|url=https://www.cdc.gov/parasites/cysticercosis/epi.html|website=CDC|access-date=25 Juli 2021}}</ref><ref name="WHO2013">{{cite web|date=February 2013|title=Taeniasis/Cysticercosis Fact sheet N°376|url=http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs376/en/|work=World Health Organization|accessdate=18 March 2014}}</ref> Di wilayah-wilayah [[Endemik (epidemiologi)|endemik]], populasi penduduk yang menunjukkan hasil seropositif mencapai 10 hingga 25%.<ref name=":1" /> Sebuah studi tahun 2012 menyatakan bahwa sistiserkosis mengakibatkan 1.200 kematian di seluruh dunia pada tahun 2010 dan lebih dari 700 jiwa pada tahun 1990.<ref>{{Cite journal|last=Lozano|first=Rafael|last2=Naghavi|first2=Mohsen|last3=Foreman|first3=Kyle|last4=Lim|first4=Stephen|last5=Shibuya|first5=Kenji|last6=Aboyans|first6=Victor|last7=Abraham|first7=Jerry|last8=Adair|first8=Timothy|last9=Aggarwal|first9=Rakesh|date=2012|title=Global and regional mortality from 235 causes of death for 20 age groups in 1990 and 2010: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2010|url=https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0140673612617280|journal=The Lancet|volume=380|issue=9859|pages=2095–2128|doi=10.1016/S0140-6736(12)61728-0}}</ref> Penyakit ini merupakan salah satu [[penyakit tropis terabaikan]].<ref>{{Cite web|date=6 April 2020|title=Neglected tropical diseases: Taeniasis and cysticercosis|url=https://www.who.int/news-room/q-a-detail/taeniasis-and-cysticercosis|website=WHO|access-date=25 Juli 2021}}</ref>
Sistiserkosis menimbulkan gejala dan efek yang beragam sesuai dengan [[lokasi]] [[parasit]] dalam tubuh. ref name=Satrija> {{id}} Satrija, F. 2005. Helmintologi: Ciri Umum dan Morfologi Helminth. Bogor: Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Hal 1-5 </ref>Manusia dapat terjangkit satu sampai ratusan sistiserkus di jaringan tubuh yang berbeda-beda. <ref name=Satrija/> Sistiserkus pada manusia paling sering ditemukan di otak (disebut [[neurosistiserkosis]]), [[mata]], [[otot]] dan lapisan bawah [[kulit]]. <ref name=Wandra> {{cite journal
| author = Wandra, T., A. A. Depary, P. Sutisna, S. S. Margono, T. Suroso, M. Okamoto, P. S. Craig, dan A. Ito
| year = 2006
| month =
| title = Taeniasis and Cysticercosis in Bali and North Sumatra, Indonesia.
| journal = Parasitology International
| volume = 55
| issue =
| pages = 155-160
| doi = 10.1016/j.parint.2005.11.024
| id =
| url =
| format =
| accessdate =
}}</ref>
 
==Referensi= Indonesia ===
Di [[Kabupaten Jayawijaya]] [[Papua]], [[Indonesia]] ditemukan 66,3% (106 orang dari 160 responden) positif menderita taeniasis solium/sistiserkosis selulosae dari [[babi]]. Sementara 28,3% orang adalah penderita sistiserkosis yang dapat dilihat dan diraba benjolannya di bawah [[kulit]]. Sebanyak 18,6% (30 orang) di antaranya adalah penderita sistiserkosis selulosae yang menunjukkan gejala [[epilepsi]]. Dari 257 [[pasien]] yang menderita luka bakar di Papua, sebanyak 82,8% menderita epilepsi akibat adanya sistiserkosis pada otak.<ref name=":3" />
 
Sebanyak 13,5% (10 dari 74 orang) pasien yang mengalami [[epilepsi]] di [[Bali]] didiagnosa menderita sistiserkosis di otak.<ref>{{Cite journal|last=Margono|first=S.S.|last2=Subahar|first2=R.|last3=Hamid|first3=A.|last4=Wandra|first4=T.|last5=Sudewi|first5=S.S.|last6=Sutisna|first6=P.|last7=Ito|first7=A.|date=2001|title=Cysticercosis in Indonesia: epidemiological aspects|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12041608|journal=The Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health|volume=32 Suppl 2|pages=79–84|issn=0125-1562|pmid=12041608}}</ref> Prevalensi taeniasis ''T. asiatica'' di [[Sumatera Utara]] berkisar 1,9 hingga 20,7%., dan kasus di provinsi ini umumnya disebabkan oleh konsumsi daging babi hutan setengah matang.<ref>{{Cite journal|last=Wandra|first=Toni|last2=Depary|first2=A.A.|last3=Sutisna|first3=Putu|last4=Margono|first4=Sri S.|last5=Suroso|first5=Thomas|last6=Okamoto|first6=Munehiro|last7=Craig|first7=Philip S.|last8=Ito|first8=Akira|date=2006|title=Taeniasis and cysticercosis in Bali and North Sumatra, Indonesia|url=https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1383576905001285|journal=Parasitology International|volume=55|pages=S155–S160|doi=10.1016/j.parint.2005.11.024}}</ref>
== Gejala klinis ==
[[Masa inkubasi]] penyakit ini beragam. Penderita sistiserkosis bisa saja tidak mengalami gejala klinis selama bertahun-tahun. Gejala sistiserkosis bervariasi, tergantung jumlah dan lokasi sistiserkus, yang dapat hidup di jaringan [[otot lurik]], [[otot jantung]], paru-paru, hati, [[Hipodermis|subkutan]], mukosa mulut, dan sistem saraf pusat.<ref name=":0" /> Di beberapa wilayah endemis seperti di Asia, [[Nodul (medis)|nodul]] (benjolan padat) dapat berkembang di bawah kulit.<ref name=":2">{{Cite web|title=Taeniasis/Cysticercosis Key Facts|url=https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/taeniasis-cysticercosis|website=WHO|access-date=25 Juli 2021}}</ref> Setelah beberapa bulan atau tahun, benjolan tersebut akan membengkak, menjadi lembek, mengalami radang, dan selanjutnya menghilang secara perlahan.<ref name=":1">{{Cite journal|last=García|first=Héctor H.|last2=Gonzalez|first2=Armando E|last3=Evans|first3=Carlton A.W.|last4=Gilman|first4=Robert H.|date=2003|title=Taenia solium cysticercosis|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3103219/|journal=The Lancet|volume=362|issue=9383|pages=547–556|doi=10.1016/S0140-6736(03)14117-7|pmc=PMC3103219|pmid=12932389}}</ref> Sementara itu, neurosistiserkosis menimbulkan gejala saraf, yang di negara-negara berkembang, merupakan salah satu penyebab utama [[epilepsi]].<ref name=":1" /> Kejang dan sakit kepala merupakan gejala yang sering dialami orang dengan neurosistiserkosis, yang kemudian dapat berujung pada [[strok]] dan kematian.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=14 April 2014|title=Parasites: Cysticercosis Disease|url=https://www.cdc.gov/parasites/cysticercosis/disease.html|website=CDC|access-date=25 Juli 2021}}</ref>
 
== Diagnosis ==
Sistiserkosis dapat didiagnosis dengan melakukan biopsi pada benjolan di kulit. Sementara itu, infeksi pada otak dilihat dengan melakukan pemindaian [[tomografi terkomputasi]] (CT) atau [[pencitraan resonansi magnetik]] (MRI). Temuan [[eosinofil]] di [[cairan serebrospinal]] merupakan salah satu indikator neurosistiserkosis.
 
== Pencegahan dan pengobatan ==
Infeksi dapat dicegah dengan menerapkan [[sanitasi]], seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan membersihkan sayur dan buah sebelum dikonsumsi.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=24 Juni 2014|title=Parasites: Cysticercosis Prevention & Control|url=https://www.cdc.gov/parasites/cysticercosis/prevent.html|website=CDC|access-date=25 Juli 2021}}</ref> Sejumlah kasus sistiserkosis tidak perlu diobati.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=14 April 2014|title=Parasites: Cysticercosis Treatment|url=https://www.cdc.gov/parasites/cysticercosis/treatment.html|website=CDC|access-date=25 Juli 2021}}</ref> Pada neurosistiserkosis, pemberian [[praziquantel]] dan/atau [[albendazol]],<ref>{{Cite journal|last=Webbe|first=G.|date=1994|title=Human cysticercosis: Parasitology, pathology, clinical manifestations and available treatment|url=https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/0163725894900388|journal=Pharmacology & Therapeutics|volume=64|issue=1|pages=175–200|doi=10.1016/0163-7258(94)90038-8}}</ref> serta terapi suportif dengan kortikosteroid dan obat antikejang dapat digunakan. Terkadang diperlukan pembedahan untuk mengangkat [[kista]] yang ditimbulkan sistiserkus.<ref name=":2" />
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
[[en:Cysticercosis]]
{{Medical resources
[[ar:داء الكيسات المدنبة]]
| ICD10 = {{ICD10|B|69||b|65}}
[[cs:Cysticerkóza]]
| ICD9 = {{ICD9|123.1}}
[[de:Zystizerkose]]
| ICDO =
[[es:Cisticercosis]]
| OMIM =
[[fr:Cysticercose]]
| DiseasesDB = 3341
[[it:Cisticercosi]]
| MedlinePlus = 000627
[[nl:Cysticercose]]
| eMedicineSubj = emerg
[[pl:Wągrzyca]]
| eMedicineTopic = 119
[[pt:Neurocisticercose]]
| eMedicine_mult = {{eMedicine2|med|494}} {{eMedicine2|ped|537}}
[[ru:Цистицеркоз]]
| MeshID = D003551
| Scholia = Q246068
}}
{{Penyakit hewan menular strategis}}
{{Hama dan penyakit hewan karantina}}
{{authority control}}
 
[[Kategori: Penyakit hewan]]
[[Kategori: ParasitZoonosis]]
[[Kategori:Cacingan]]