Astini: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
. Tag: Dikembalikan menghilangkan bagian [ * ] VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(9 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox murderer
|name=Astini|birth_date={{birth date|1955|9|22}}|death_date={{Death date and age|2005|3|20|1955|9|22}}|victims=3|siblings=|death_place=[[Surabaya]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]|sentence=[[Hukuman Mati]]|country=[[Indonesia]]|image=Astini.jpg
}}
'''Astini Sumiasih''' atau lebih lengkap sering ditulis oleh media sebagai '''Nyonya Astini''' adalah pembunuh berantai dengan motif tersinggung saat ditagih utang. Astini membunuh tiga penagih utangnya, antara lain Puji Astutik, Rahayu, dan Sri Astutik.<ref name=liputan6>{{cite web|url=https://www.liputan6.com/news/read/98517/matinya-seorang-pejagal|title=Matinya Seorang Pejagal|first=|last=|date=29 Maret 2005|website=liputan6.com|accessdate=19 September 2020}}</ref>
==Penagihan hutang==
Astini memang terkenal sering meminjam uang kepada tetangga-tetangganya karena kondisi ekonominya yang kekurangan. Kepada Puji Astutik, ia berhutang Rp20 ribu. Kepada Ibu Sukur atau Rahayu ia berhutang sebesar Rp1.250.000. Kepada Sri Astutik Wijaya, ia berhutang Rp250 ribu dan Rp300 ribu (total Rp550 ribu). Semuanya ditolak untuk dibayar dan membuat si penagih utang berkata-kata kasar. Inilah yang kemudian menjadi dalih tersinggung saat dihina.<ref name=liputan6/>
==Pembunuhan==
Baris 11:
==Penangkapan==
Potongan tubuh Puji Astuti kemudian ditemukan warga Kampung Wonorejo, Surabaya dalam kantong plastik di Sungai Wonorejo, yang kemudian diamankan polisi dan dan disimpan di kamar jenazah [[Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soetomo]]. Jenazah diidentifikasi oleh keluarga korban, Agus Purwanto, yang mengkonfirmasi itu adalah kepala kakaknya, Puji Astuti, yang sebelumnya dilaporkan hilang. Kebetulan saksi melihat bahwa terakhir kali Puji Astuti sebelum hilang masuk ke rumah Astini di Kampung Malang.
==Penahanan==
Polisi segera menahan Astini dan menginterogasinya. Berdasarkan pengakuan Astini, ia melakukan hal serupa kepada Rahayu dan Sri Astutik yang juga hilang dari Kampung Malang pada 1992 dan 1993. Kejahatannya juga sama persis, bermotif tersinggung karena ditagih hutang dengan kata-kata kasar. Ia juga memotong-motong tubuh keduanya menjadi 10 bagian kemudian membuangnya.<ref name=liputan6/> Pada tahun 1993 sempat ditemukan potongan tangan yang belakangan diyakini adalah milik Sri Astutik. Sementara jasad Rahayu tidak pernah ditemukan.
==Vonis dan Eksekusi==
Setelah dihukum mati oleh [[Pengadilan negeri]] Surabaya pada tanggal [[17 Oktober]] 1996, Astini masih berupaya mengulur waktu eksekusi dengan mengajukan banding ke [[Pengadilan Tinggi]]. Sembari menunggu banding, ia ditahan di [[Lembaga Pemasyarakatan]] Wanita Sukun Malang, Jatim. Hasilnya, bandingnya ditolak pada [[Januari 1997]]. Pengadilan Tinggi Jawa Timur malah menguatkan putusan PN Surabaya. Ia lalu mengajukan kasasi ke [[Mahkamah Agung Republik Indonesia|Mahkamah Agung]]. Pada [[Juni 1997]] MA kembali menguatkan putusan tersebut. Ia mencoba lagi PK ke MA yang juga ditolak. Permohonan grasinya kepada Presiden juga tak dikabulkan.<ref name=liputan6/>
Sebelum eksekusi, Astini dipindah dari LP Sukun Malang ke Rutan Medaeng, Sidoarjo, lalu menjalani masa isolasi selama 5 hari, 15-19 Maret 2005. Ia dieksekusi pada [[20 Maret]] 2005, dengan cara ditembak di daerah jantung oleh 12 personel regu tembak [[Korps Brigade Mobil|Brigade Mobil]] [[Kepolisian Daerah Jawa Timur]], dengan 6 peluru. Jasadnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah dokter Soetomo Surabaya, Jatim untuk diotopsi. Ia dinyatakan mati pukul 01:20 WIB.<ref name=liputan6/><ref>[https://nasional.tempo.co/read/58302/kami-puas-hutang-nyawa-dibayar-nyawa ''Kami Puas Hutang Nyawa Dibayar Nyawa''.] dari situs berita tempo</ref>
Pada tanggal [[18 Maret]] 2005, Astini memakan makanan favoritnya berupa roti, cumi-cumi, dan buah-buahan. Ia juga meninggalkan 3 pesan sebelum eksekusi.<ref>[http://litanythrift.blogspot.com/2018/08/makanan-terakhir-terpidana-mati-di.html ''Makanan terahir terpidana mati''.] dari situs litanythrift.blogspot.com</ref>
==Penimbangan ulang hukuman mati==
Kasus Astini sering dijadikan pertimbangan ulang terhadap hukuman mati.<ref>[http://www.geocities.ws/denmasmarto/deadmanwalking.htm ''Dead Man Walking''.] dari situs geocities</ref> Saat menunggu hukuman mati, Astini mengeluh bahwa tidak ada yang memperhatikan nasibnya, bahkan sekedar membesuk. Ia juga mengkhawatirkan nasib 3 anaknya. Ketiga anak Astini pun lantas berada dalam tanggungan Andreas Nurmandala. Bahkan, ia mengaku telah menyekolahkan putra-putri Astini hingga tamat Sekolah Menengah Atas (SMA).<ref>[https://nasional.okezone.com/read/2015/04/28/337/1141575/kisah-pendamping-terpidana-mati ''Kisah Pendamping Terpidana Mati''.] dari situs okezone</ref>
==Peninggalan rumah==
Baris 22 ⟶ 30:
==Referensi==
{{reflist|3}}
[[Kategori:Pembunuh berantai]]
[[Kategori:Pembunuh Indonesia]]
|